Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

QUNUT SHUBUH, QUNUT NAAZILAH DAN QUNUT WITIR

QUNUT SHUBUH QUNUT NAAZILAH DAN QUNUT WITIR

Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhri

Kajian Nida As-Sunnah

-----


----
===***===

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

Tidak ada perbedaan pendapat antara para fuqoha bahwa Nabi pernah qunut dalam sholatnya . 

Mereka sepakat bahwa beliau pernah qunut sebelum Ruku, yaitu dengan memperpanjang berdiri sebelum ruku’ sambil berdoa .

Dan mereka juga sepakat bahwa Nabi qunut juga dalam sholatnya setelah berdiri tegak dari ruku’ pada rakaat kedua setelah beliau mengucapkan “سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ“ lalu beliau berdoa untuk kebaikan orang-orang tertentu atau berdoa keburukan atas orang-orang tertentu.

Akan tetapi mereka berbeda pendapat dengan perbedaan yang luar biasa tentang letak Qunut apakah sebelum ruku’ atau sesudahnya? dan waktunya dari waktu-waktu sholat tersebut, apakah pada sholat lima waktu atau Maghrib dan Isya atau Shubuh?

[Baca: Tafsir al-Qurthubi 45/129, “Al-Mubdi’” 2/13 karya Ibnu Muflih, “Kasyaf al-Qina’” karya al-Bahuuty 1/397, “Al-Raudh al-Murabba’” 1/76].

===***===

BERIKUT INI PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG QUNUT :

*****

PENDAPAT PERTAMA : DI SYARIATKAN NYA QUNUT SUBUH

Ini adalah pendapat Madzhab Maliki , Madzhab Syafi’ii dan sekelompok dari kalangan para ulama Hijaz ( Makkah , Madinah dan sekitarnya )

Imam Asy Syaukani, menyebutkan dari Al-Hazimi tentang para ulama yang berpendapat bahwa qunut shubuh adalah masyru’ (disyariatkan), yaitu :

Mayoritas kaum muslimin dari kalangan shahabat, tabi’in, orang-orang setelah mereka dari kalangan ulama besar, sejumlah shahabat dari khalifah yang empat, hingga sembilan puluh orang shahabat nabi, Abu Raja’ Al ‘Atharidi, Suwaid bin Ghaflah, Abu Utsman Al Hindi, Abu Rafi’ Ash Shaigh, dua belas tabi’in, juga para imam fuqaha seperti Abu Ishaq Al Fazari, Abu Bakar bin Muhammad, Al Hakam bin ‘Utaibah, Hammad, Imam Malik, penduduk Hijaz, dan Al Auza’i.

Dan, kebanyakan penduduk Syam, Imam Asy Syafi’i dan shahabat-sahabatnya. Sementara dari Ats Tsauri ada dua riwayat.

Lalu dia (Al Hazimi) mengatakan: “Kemudian banyak para ulama lainnya (yang berpendapat bahwa qunut shubuh adalah masyru’ (disyariatkan)”.

Al-Hafidz Zainuddin Al-‘Iraqi menambahkan sejumlah nama para ulama yang mensyariatkna qunut shubuh, seperti : “Abdurraman bin Mahdi, Sa’id bin Abdul ‘Aziz At Tanukhi, Ibnu Abi Laila, Al Hasan bin Shalih, Daud, Muhammad bin Jarir, juga sejumlah ahli hadits seperti Abu Hatim Ar Razi, Abu Zur’ah Ar Razi, Abu Abdullah Al Hakim, Ad Daruquthni, Al Baihaqi, Al Khathabi, dan Abu Mas’ud Ad Dimasyqi “. ( Baca : Nailul Authar, karya asy-Syaukaani 2/345-346) .

Itu adalah nama-nama para ulama yang menyetujui qunut shubuh pada rakaat kedua.

Kemudian para ulama yang berpendapat di syariatkannya Qunut Shubuh terbagi menjadi dua golongan tentang letak Qunut:

GOLONGAN PERTAMA : SEBELUM RUKU

Madzhab Maliki dan sekelompok para ulama hijaz . mereka mengatakan : Tidak ada Qunut kecuali di waktu sholat Fajar dan disunnahkan qunutnya sebelum Ruku’.

Al-Imam al-Qurthubi berkata :

قَالَ الْحَسَنُ وَسَحْنُونُ: "إِنَّهُ سُنَّةٌ"، وَهُوَ مُقْتَضَى رِوَايَةِ عَلِيِّ بْنِ زِيَادٍ عَنْ مَالِكٍ بِإِعَادَةِ تَارِكِهِ لِلصَّلَاةِ عَمْدًا.

Al-Hasan dan Sahnuun berkata tentang Qunut Shubuh : “ Itu Sunnah “. Dan yang di simpulkan dari riwayat Ali bin Ziyad dari Imam Malik , yaitu : mengulangi sholatnya jika meninggalkan qunut dengan sengaja “.  ( Baca : Tafsir al-Qurthubi 4/129).

GOLONGAN KEDUA : SETELAH RUKU

Madzhab Syai’ii , al-Imam ath-Thobari dan sekelompok para ulama hijaz.

Di sunnahkan Qunut rootibah pada waktu sholat Fajar . Adapun di selain shalat Fajar , maka tidak di sunnahkan qunut , kecuali qunut naazilah .

Letak qunutnya setelah berdiri tegak dari Ruku’ ( I’tidaal ) pada rakaat ke dua .
Dan tidak disunnahkan qunut dalam sholat witir kecuali di pertengahan akhir di bulan Ramadlan.

Adapun Qunut Naazilah di lakasnakan ketika ada bencana pada sholat lima waktu.

[Baca : al-Muhadzdzab karya asy-Syairozy 1/116 , Tafsir al-Qurthubi 4/129 , Fathul Mu’iin karya al-Malaybaari hal. 22 dan I’aanatuththoolibiin karya ad-Dimyaathi 1/158].

Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab 3/504 berkata:

مَذْهَبُنَا أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ الْقُنُوتُ فِيهَا سَوَاءٌ نَزَلَتْ نَازِلَةٌ أَمْ لَمْ تَنْزِلْ، وَبِهَا قَالَ أَكْثَرُ السَّلَفِ وَمِنْ بَعْدِهِمْ أَوْ كَثِيرٌ مِنْهُمْ، وَمِمَّنْ قَالَ بِهِ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَالْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ بِأَسَانِيدٍ صَحِيحَةٍ وَقَالَ بِهِ مِنَ التَّابِعِينَ فَمَنْ بَعْدِهِمْ خَلَائِقٌ، وَهُوَ مَذْهَبُ ابْنِ أَبِي لَيْلَى وَالْحَسَنِ ابْنِ صَالِحٍ وَمَالِكٍ وَدَاوُدَ.

“Dalam mazhab kami Qunut Shubuh itu disunnahkan. Baik ketika ada nazilah ataupun tidak terjadi nazilah. Dan ini adalah pendapat sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Ibnu abbas dan Al-Barro’ bin azib rodhiyallohu 'anhum. Hal ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad yang sahih. Para tabiin juga berpendapat demikian. Dan ini juga pendapat Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin Sholih dan Dawud “.

****

PENDAPAT KEDUA : TIDAK DI SYARIATKANNYA QUNUT SHUBUH

Ini adalah pendapat Madzhab Hanafi , Madzhab Hanbali , para ulama Irak dan Kuufah. Dan ini adalah Madzhab al-Laits , Yahya bin Yahya al-Laitsi al-Andalusy dia adalah sahabat Imam Malik . Dan juga asy-Sya’by, beliau terrmasuk orang yang mengingkari Qunut . (Baca : Tafsir al-Qurthubi 4/129)

Berikut ini penjelasan dan Rincian dari madzhab Hanafi dan Hanbali :

Madzhab al-Hanafi dan para ulama Iraq mengatakan :

Wajib qunut dalam sholat witir . Tidak ada Qunut di waktu Shalat Subuh dan lainnya , kecuali qunut naazilah (qunut bencana), maka hanya seorang Imam yang boleh berqunut ketika sholat Fajar dan di amini oleh makmum,  adapaun orang yang sholat munfarid tidak di syariatkan berqunut naazilah .

Sementara Madzhab Hanbali menyatakan:

Disyariatkan Qunut sholat witir, tidak di syariatkan di selainnya, kecuali Qunut Naazilah. Tempatnya setelah Ruku’ pada rakaat trakhir .

RIWAYAT IMAM AHMAD TERKAIT DENGAN QUNUT NAZILAH

Dan dari Imam Ahmad sendidri terdapat beberapa Riwayat terkait dengan qunut Naazilah :

A]. Riwayat imam Ahmad tentang siapa saja orang-orang yang di sunnahkan untuk berqunut naazilah ?

Ada 5 riwayat :

1]. Di sunnahkan bagi seorang Imam Besar .

2]. Wakil Imam besar .

3]. Yang dmendapatkan Izin dari Imam Besar .

4]. Imam sholat berjamaah .

5]. Masing-masing orang yang sholat.  

B]. Riwayat Imam Ahmad tentang waktu Qunut Naazilah.

Ada 3 Riwayat :

1]- Waktunya hanya pada waktu sholat subuh .  

2]. Maghrib dan Shubuh . Ini pendapat Abul Khoththob , dengan alasan adanya hadits dlam Shahih Muslim bahwa Rosulullah Qunut pada waktu Sholat Maghrib dan Shubuh .

3]. Maghrib, Isya dan Shubuh . Ini adalah pendapat yang Masyhur dalam madzhab Hanbali.

Baca: “Al-Mubdi’” karya Ibnu Muflih 2/17, “Hashiyat Radd al-Muhtar” karya Ibnu ‘Abidin, dan “Kasyaf al-Qina’” karya al-Bahhuti 1/397.

***

PERKATAAN IBNU TAIMIYAH TENTANG QUNUT :

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan dalam kitabnya “Majmu’ al-Fatawa” 22/269 dan “Al-Fatawa al-Kubra” 2/118, dia berkata:

اِخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ اخْتِلَافًا كَثِيرًا حَوْلَ مَحَلِّ الْقُنُوتِ وَأَوْقَاتِهِ؛

فَطَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْعِرَاقِ اعْتَقَدَتْ أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَمْ يَقُنُتْ إِلَّا شَهْرًا ثُمَّ تَرَكَهُ عَلَى وَجْهِ النَّسْخِ لَهُ فَاعْتَقَدُوا أَنَّ الْقُنُوتَ فِي الْمَكْتُوبَاتِ مَنْسُوخٌ،

وَطَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْحِجَازِ اعْتَقَدُوا أَنَّ النَّبِيَّ مَا زَالَ يَقُنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا، ثُمَّ مِنْهُمْ مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّهُ كَانَ يَقُنُتُ قَبْلَ الرُّكُوعِ، وَمِنْهُمْ مَنْ كَانَ يَعْتَقِدُ أَنَّهُ كَانَ يَقُنُتُ بَعْدَ الرُّكُوعِ (ابْنُ تَيْمِيَّةَ: فَتَاوَى، 22/269).

 

وَأَمَّا فُقَهَاءُ أَهْلِ الْحَدِيثِ كَأَحْمَدَ وَغَيْرِهِ فَيُجَازُونَ كِلَا الْأَمْرَيْنِ، لِمَجِيءِ السُّنَّةِ الصَّحِيحَةِ بِهِمَا، وَإِنِ اخْتَارُوا الْقُنُوتَ بَعْدَهُ لِأَنَّهُ أَكْثَرُ وَأَقِيسُ؛ فَإِنَّ سَمَاعَ الدُّعَاءِ مُنَاسِبٌ لِقَوْلِ الْعَبْدِ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَإِنَّهُ يُشْرَعُ الثَّنَاءُ عَلَى اللهِ قَبْلَ دُعَائِهِ، كَمَا بُنِيَتْ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ عَلَى ذَلِكَ، أَوَّلُهَا ثَنَاءٌ وَآخِرُهَا دُعَاءٌ. (ابْنُ تَيْمِيَّةَ: فَتَاوَى، 23/100)

Artinya :

“Para ulama telah terjadi perbedaan pendapat sekitar qunut dan waktu-waktu nya dengan perbedaan yang banyak  .

[ PERTAMA ] : SEGOLONGAN ULAMA AHLI IRAQ :

Mereka ber i’tiqod bahwa Nabi tidak ber qunut kecuali hanya sebulan saja kemudian meninggalkannya , sebagai bentuk penghapusan syariat qunut , maka mereka ber i’tiqod bahwa syariat Qunut dalam sholat-sholat maktubah telah di hapus (مَنْسُوخٌ).

[ KEDUA ] : SEGOLONGAN ULAMA AHLI HIJAZ

(yakni : Makkah , Madinah dan sekitarnya):

Mereka beri’tiqod bahwa Nabi masih terus berQunut hingga beliau meninggal dunia . Kemudian – letak qunutnya - diantara mereka (ada 3 pendapat ) :

Pertama : Ada yang beri’tiqad bahwa beliau berqunut sebelum Ruku’ .

Kedua : Sebagian mereka beri’tiqad bahwa beliau berqunut setelah ruku’. ( Baca : Majmu’ Fataawaa 22/269 )

Ketiga : adapun para Fuqoha Ahli Hadits seperti Imam Ahmad dan lainnya : Mereka membolehkan dua-duanya (qunut sebelum ruku dan sesudahnya).

Karena adanya dalil sunnah yang shahih untuk masing-masing . Dan jika memilih setelah Ruku’ maka itu adalah sunnah yang lebih banyak diamalkan dan lebih sesuai dengan Qiyas (analogi); karena mendengar doa setelah ruku’ itu terdapat munasabah (kecocokan) dengan perkataan seorang hamba “سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ”; karena dengan demikian hamba tersebut memulainya dengan pujian kepada Allah sebelum berdoa , sama seperti urutan kandungan dalam surat al-Fatihah , diawali dengan pujian dan di akhiri dengan doa “. (Baca : Majmu’ Fataawaa 23/100).

----

Kemudian Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mentarjih pendapat yang ke tiga. Beliau berkata:

وَالصَّوَابُ هُوَ الْقَوْلُ الثَّالِثُ الَّذِي عَلَيْهِ جُمْهُورُ أَهْلِ الْحَدِيثِ وَكَثِيرٌ مِنْ أَئِمَّةِ أَهْلِ الْحِجَازِ.

وَهُوَ الَّذِي ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ وَغَيْرِهِمَا: أَنَّهُ ﷺ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى رَعْلٍ وَذُكْوَانَ وَعَصِيَّةَ ثُمَّ تَرَكَ هَذَا الْقُنُوتَ.

ثُمَّ إِنَّهُ بَعْدَ ذَلِكَ بِمُدَّةٍ بَعْدَ خَيْبَرٍ.

وَبَعْدَ إِسْلَامِ أَبِي هُرَيْرَةَ قَنَتَ، وَكَانَ يَقُولُ فِي قُنُوتِهِ: "اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ، اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ".

فَلَوْ كَانَ قَدْ نُسِخَ الْقُنُوتُ لَمْ يَقُنُتْ هَذِهِ الْمَرَّةَ الثَّانِيَةَ.

وَقَدْ ثَبَتَ عَنْهُ فِي الصَّحِيحِ أَنَّهُ قَنَتَ فِي الْمَغْرِبِ وَفِي الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ.

وَفِي السُّنَنِ: أَنَّهُ كَانَ يَقُنُتُ فِي الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، وَأَكْثَرُ قُنُوتِهِ كَانَ فِي الْفَجْرِ. وَلَمْ يَكُنْ يُدَاوِمُ عَلَى الْقُنُوتِ فِي الْفَجْرِ وَلَا فِي غَيْرِهَا، بَلْ قَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ قَالَ: لَمْ يَقُنُتْ بَعْدَ الرُّكُوعِ إِلَّا شَهْرًا.

Artinya :

Dan yang benar adalah pendapat yang ke tiga , yaitu pendapat Jumhur Ahli Hadits dan kebanyakan para Imam Ahli Hijaz .

Dan itu adalah yang sesuai dengan yang terdapat dalam shohih Bukhori , Muslim dan lainnya: bahwa beliau berqunut satu bulan berdoa atas Ra’al , Dzakwan dan ‘Ushaiyyah, kemudian beliau meninggalkan qunut ini .

Kemudian setelah lewat satu masa Beliau berQunut lagi setelah perang Khaibar .

Dan juga setelah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu masuk Islam, Beliau qunut lagi . Doa qunut yang beliau ucapkan adalah :

"اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الوَلِيدَ بْنَ الوَلِيدِ ، اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، اللَّهُمَّ أَنْجِ المُسْتَضْعَفِينَ مِنَ المُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ".

Artinya : "Ya Allah, selamatkan ‘Ayyash bin Abi Rabi’ah, ya Allah, selamatkan Al-Walid bin Al-Walid, ya Allah, selamatkan Salamah bin Hisham, ya Allah, selamatkan orang-orang yang tertindas dari kalangan orang mukmin, ya Allah, kuatkan langkah kakimu terhadap Mudar, ya Allah, jadikan itu bagi mereka seperti tahun-tahun Yusuf."

Maka , jika seandainya amalan qunut itu di mansukh (di hapus dan diganti), tentunya Beliau tidak akan mengulang untuk kedua kalinya .

Dan juga telah ada hadits Shahih bahwa beliau Qunut di waktu Sholat Maghrib dan Isya akhir.

Dan Dalam kitab-kitab hadits Sunan di sebutkan : bahwa  beliau berqunut dalam sholat lima waktu , akan tetapi yang paling banyak qunutnya di waktu sholat shubuh . Namun tidak terus menerus berqunut , baik di waktu shubuh maupun di waktu lainnya . Bahkan telah ada ketetapan dalam dalam Shahih Bukhori dan Muslim dari Anas bhw beliau berkata : “ Beliau tidak berqunut setelah Ruku’ kecuali satu bulan “. ( Selesai perkataan Ibnu Taimiyah)

Baca: “Majmu’ al-Fatawa” 22/269 dan “Al-Fatawa al-Kubra” 2/118. 

BERSAMBUNG ......

Artikel berikutnya dalam blog ini berjudul :

PENDAPAT PERTAMA : "QUNUT SHUBUH" DISUNNAHKAN SETIAP HARI . BERDALIL DENGAN 49 DALIL

Posting Komentar

0 Komentar