LEWATNYA SEORANG WANITA, KELEDAI DAN ANJING HITAM DEPAN ORANG SHOLAT, APAKAH MEMUTUSKAN SHOLAT?
Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
====
====
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
أَمَّا بَعْدُ:
Lewatnya seorang wanita, seekor anjing hitam, dan seekor keledai di hadapan seseorang yang sedang sholat, apakah membatalkan shalatnya?.
Ada tiga pendapat:
RINGKASNYA:
Pertama: tidak ada yang memutuskan sholat. Ini pendapat Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’ii dan Jumhur Ulama.
Kedua: Hanya Anjing Hitam yang memutuskan sholat. Ini Pendapat Imam Ahmad dan inilah yang menjadi pegangan Madzhab Hanbali. (Lihat Al-Mughni, Ibnu Qudamah 2/183, Al-Iqnaa’, al-Hajjaawi 1/132).
Ketiga : Wanita, anjing hitam dan keledai memutuskan shalat. Ini adalah salah satu riwayat dari Imam Ahmad. Dan ini pendapat Ibnu Al-Mundzir, Ibn Hazm, Ibn Taymiyyah, dan Ibn Al-Qayyim, Al-Syawkaani, Syeikh Bin Baaz, dan Syeikh Ibnu Utsaimin.
RINCIANNYA:
Uraian perbedaan pendapat tentang lewatnya seorang wanita, seekor anjing hitam, dan seekor keledai di hadapan seseorang yang sedang sholat, apakah membatalkan shalatnya?.
Ada tiga pendapat:
PENDAPAT PERTAMA: TIDAK ADA YANG MEMBATALKAN SHOLAT & MEMUTUSKANNYA
Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’ii dan Jumhur Ulama.
Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah (الدر المختار وحاشية ابن عابدين 1/634), Imam Malik (مواهب الجليل, karya al-Hatthoob 1/535), dan Asy-Syafií (تحفة المحتاج, karya Al-Haitami 2/160) dan Jumhur para ulama (“المنهاج في شرح صحيح مسلم” 4/227).
Ibnu Quddaamah berkata:
وَقَالَ عُرْوَةُ، وَالشَّعْبِيُّ، وَالثَّوْرِيُّ، وَمَالِكٌ، وَالشَّافِعِيُّ، وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ: لَا يَقْطَعُ الصَّلَاةَ شَيْءٌ؛ لِمَا رَوَى أَبُو سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «لَا يَقْطَعُ الصَّلَاةَ شَيْءٌ». رَوَاهُ أَبُو دَاوُد.
‘Urwah, asy-Sya'bii, ats-Tsawri, Malik, asy-Syafi'i, dan ashhaabur Ro’yi (yakni al-Hanafiyyah) mengatakan: Tidak ada sesuatu apapun yang memutuskan shalat ; berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Sa’iid, dia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا يَقْطَعُ الصَّلَاةَ شَيْءٌ»
"Tidak ada suatu apapun yang memutuskan shalat." Diriwayatkan oleh Abu Daud
(Selesai. Baca: al-Mughni 2/184).
Al-Haazimi dalam kitab “الناسخ والمنسوخ” hal. 216-217 berkata:
ذَهَبَ أَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ إِلَى أَنَّهُ لَا يُقْطَعُ الصَّلَاةَ شَيْءٌ، وَقَالَ جَمَاعَةٌ مِنْهُمْ: هَذِهِ الْأَحَادِيثُ وَإِنْ حَمَلْنَاهَا عَلَى ظُوَاهِرِهَا فَهِيَ مَنْسُوخَةٌ بِحَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ لِأَنَّهُ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، فَيَكُونُ بَعْدَ حَدِيثِ ابْنِ نَمْرَانَ بِمَدَّةٍ، وَمِمَّنْ ذَهَبَ إِلَى هَذَا الْقَوْلِ: عُثْمَانَ، وَعَلِيٌّ، وَعَائِشَةٌ، وَابْنُ عَبَّاسٍ، وَابْنُ الْمَسِيبِ، وَالشَّعْبِيُّ، وَعُبَيْدَةٌ، وَعُرْوَةٌ، وَإِلَيْهِ ذَهَبَ أَبُو حَنِيفَةَ، وَسُفْيَانُ، وَأَهْلُ الْكُوفَةِ، وَمَالِكٌ، وَأَهْلُ الْمَدِينَةِ، وَالشَّافِعِيُّ، وَأَصْحَابُهُ، وَأَكْثَرُ أَهْلِ الْحِجَازِ.
Sebagian besar ahli ilmu bermadzhab/ berpendapat bahwa tidak ada sesuatu apapun yang memtuskan shalat, dan sekelompok dari mereka berkata: Hadis-hadis ini, meskipun kita membawanya pada makna yang nampak, itu di mansukh / dihapus hukumnya oleh hadits Ibnu Abbas ; Karena hadits Ibnu Abbas itu terjadi pada haji Wadaa’, maka kejadiannya setelah hadits Ibnu Nimraan.
Dan dari mereka yang berpendapat pendapat ini adalah: Utsman, ‘Ali, Aisyah, Ibnu ‘Abbaas, Ibnu Al-Musayyib, Asy-Sya’bi, ‘Ubaidah, dan ‘Urwah.
Dan ini adalah Madzhabnya Abu Hanifah, Sufyan, penduduk Kufah, Malik, penduduk Madinah, al-Syafi'i, para sahabatnya, dan sebagian besar penduduk Hijaz “. (Selesai kutipan dari al-Haazimi)
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
وَقَالَ مَالِك وَأَبُو حَنِيفَة وَالشَّافِعِيّ رَضِيَ اللَّه عَنْهُمْ وَجُمْهُور الْعُلَمَاء مِنْ السَّلَف وَالْخَلَف: لَا تَبْطُل الصَّلَاة بِمُرُورِ شَيْء مِنْ هَؤُلَاءِ وَلَا مِنْ غَيْرهمْ، وَتَأَوَّلَ هَؤُلَاءِ هَذَا الْحَدِيث عَلَى أَنَّ الْمُرَاد بِالْقَطْعِ نَقْص الصَّلَاة لِشُغْلِ الْقَلْب بِهَذِهِ الْأَشْيَاء، وَلَيْسَ الْمُرَاد إِبْطَالهَا.
وَفِي صَحِيْح مُسْلِم عَنْ مَسْرُوْقٍ عَنْ عَائِشَةَ ذُكِرَ عِنْدَهَا: مَا يَقْطَعُ الصَّلَاةَ الْكَلْبُ وَالْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ فَقَالَتْ شَبَّهْتُمُونَا بِالْحُمُرِ وَالْكِلَابِ وَاللَّهِ لَقَدْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَإِنِّي عَلَى السَّرِيرِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ مُضْطَجِعَةً فَتَبْدُو لِي الْحَاجَةُ فَأَكْرَهُ أَنْ أَجْلِسَ فَأُوذِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَنْسَلُّ مِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ
Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhum, dan Jumhur ulama salaf dan khalaf, berkata: Shalat TIDAKLAH BATAL dengan lewatnya sesuatu dari semua itu dan tidak pula yang lainnya.
Mereka mentakwilkan makna hadits terputusnya shalat adalah berkurang nya nilai shalat karena telah membuat hatinya menjadi sibuk (kekhusu’annya terganggu) disebabkan oleh hal-hal tersebut, bukan bermakna batal shalatnya.
Dan dalam Shahih Muslim dari Masruuq dari ‘Aisyah: bahwa telah ditanyakan kepada ‘Aisyah RA: Tentang sesuatu yang dapat memutuskan shalat, yaitu ; anjing, keledai dan wanita.
Maka beliau berkata:
“Kalian telah menyamakan kami dengan keledaidan anjing! Demi Allah, aku pernah melihat Nabi ﷺ shalat sedangkan aku berbaring di atas ranjang antara beliau dan arah kiblatnya. Sampai ketika aku ada suatu keperluan dan aku tidak ingin duduk hingga menyebabkan Nabi ﷺ terganggu, maka aku pun turun perlahan-lahan merayap dari sisi kedua kaki ranjang.”(HR. Bukhari no. 514 dan Muslim no. 512)
(Selesai Kutipan dari Imam an-Nawawi. Lihat: “المنهاج في شرح صحيح مسلم” 4/227)
Imam al Bukhari, mencantumkan hadits ini dalam bab 3-15:
بَابُ: مَنْ قَالَ لاَ يَقْطَعُ الصَّلاَةُ شَيْءٌ
(Orang yang berpendapat shalat tidak terputus oleh suatu apa pun).
Maka, kesimpulannya lewatnya wanita, keledai, anjing, atau lainnya di hadapan orang shalat bukanlah penyebab batalnya shalat. Itulah pendapat mayoritas ulama.
Al-Baihaqi dlm al-Ma’rifah menyebutkan riwayat dari Sammak dari ‘Ikrimah:
“ Ditanyakan kepada Ibn Abbas: Haruskah memutuskan shalat: wanita, anjing, dan keledai?
Dia menjawab: “ Allah SWT berfirman:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ﴾ [فاطر: 10]
Artinya: Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. (QS. Faathir: 10)
Maka Ini tidak memutuskannya, akan tetapi makruh “.
(Lihat: “معرفة السنن والآثار” 3/200-201 karya Imam al-Baihaqi)
Dan Al-Bayhaqi dalam “ As-Sunan al-Kubra” berkata:
"وَرَوَّيْنَا عَنْ عُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَابْنِ عُمَرَ، وَعَائِشَةٍ وَغَيْرِهِمْ: "لَا يَقْطَعُ الصَّلَاةَ شَيْءٌ مِمَّا يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيِ الْمُصَلِّي".
“Telah diriwayatkan kepada kami dari Utsman, ‘Ali, Ibnu ‘Umar, A’isyah, dan lainnya: Tidak memutuskan sholat sesuatu yang lewat di depan orang yang shalat “. (Baca kitab “معرفة السنن والآثار” 3/201 karya Imam al-Baihaqi dan As-Sunan al-Kubraa 2/274-275)
Dalam kitab Abu Nu’aim:
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ كَذَلِكَ، وَكَذَلِكَ هُوَ أَيْضًا عَنْ الْحَسَنِ، وَحُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ، وَعَطَاءٍ، وَسَعِيدِ بْنِ الْمَسِيبِ، وَعَبْدَاللَّهِ بْنِ عَمْروِ بْنِ الْعَاصِ، وَالشُّعْبِيِّ.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas juga begitu, dan begitu juga dari Al-Hasan, Hudhaifah bin Al-Yaman, Athoo, Sa’iid bin Al-Musayyib, Abdullah bin Amr bin Al-‘Aash, dan Al-Sya'bii
(Selesai. Di kutip dari Syarah Sunan Ibnu Majah karya ‘Alaauddin Mughlathoy 3/574-575)
Dan ath-Thahawi berkata:
أَجْمَعُوا أَنَّ مُرُورَ بَنِي آدَمَ بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ لَا يُقْطِعُ الصَّلَاةَ. وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ، وَأُمِّ سَلْمَةَ، وَمَيْمُونَةَ: "أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي، وَكُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ مُعْتَرِضَةٌ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ"، وَكُلُّهَا ثَابِتَةٌ.
وَقَدْ أَفْتَى ابْنُ عُمَرَ: "أَنَّ الصَّلَاةَ لَا يُقْطِعُهَا شَيْءٌ"، وَقَدْ رُوِيَ عَنْ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَرْءُ الْمُصَلِّي مَنْ مَرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ، قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ: فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى ثُبُوتِ نَسْخٍ عَنْهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، وَأَنَّهُ عَلَى وَجْهِ الْكَرَاهَةِ".
Mereka telah ber Ijma’ bahwa lewatnya anak cucu Adam satu sama lain tidak membatalkan shalat.
Hal itu diriwayatkan dari Nabi ﷺ dari arah lain dari hadits Aisyah, Ummu Salamah, dan Maymuunah: “ Bahwasannya Beliau ﷺ sholat, dan masing-masing dari mereka melintang di antara beliau ﷺ dan kiblat.” Semua riwayatnya tsaabitah (Shahih).
Ibnu Umar mengeluarkan fatwa: “ bahwa shalat tidak terputus oleh apapun”. Dan diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ: “ bahwa orang yang shalat harus mencegah orang yang lewat di hadapannya “.
Abu Ja’far berkata: Ini menunjukkan akan adanya ketetapan nasakh / penghapusan hukum dari Nabi ﷺ, dan itu berarah pada hukum makruh “. (Baca: “شرح معاني الآثار” 1/461-463)
Al-Qodhi ‘Iyaadl beliau berkata,
(أو يَكُوْن "تَقْطَعُ الصَّلَاةَ" بِمَعْنَى تَقْطَعُ الإِقْبَالَ عَلَيْهَا وَالشُّغْلَ بِهَا، فَالشَّيْطَانُ بِوَسْوَسَتِهِ وَنَزْغِهُ، وَالْمَرْأَةُ بِفِتْنَتِهَا وَالنَّظَرِ إِلَيْهَا، وَالْكَلْبُ وَالْحِمَارُ بِقُبْحِ أَصْوَاتِهِمَا وَكَثْرَتِهَا وَعُلُوِّهَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : "إِنَّ أَنكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ"، وَقَالَ: "فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ" الآية، وَلِنُفُوْرِ النَّفْسِ مِنَ الْكَلْبِ، لَا سِيمَا الْأَسْوَدِ، وَكَرَاهَةِ لَوْنِهِ وَخَوْفِ عَادَيْتِهِ، وَالْحِمَارُ لِلْجَاجَتِهِ وَقِلَّةِ تَأَتِّيهِ عِنْدَ دَفْعِهِ وَمُخَالَفَتِهِ) ه.
“Atau bisa juga “تقطع الصلاة” bermakna memutuskan dari berkonsentrasi pada shalat dan membuat hatinya sibuk dengan sesuatu yang lewat, syaithon datang dengan mewas-wasinya dan menggodanya, dan wanita dengan fitnahnya dan memandanginya. Adapun anjing dan keledai karena buruk suaranya, banyak mengonggong dan juga nyaring suaranya.
Allah SWT berfirman:
]إِنَّ أَنكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ[
“Sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara keledai” (QS. Luqman: 19)
Dan juga Allah SWT berfirman,
]فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْركْهُ يَلْهَث[
“Maka perumpamaannya seperti permisalan anjing jika kamu menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia (tetap) menjulurkan lidahnya.” (QS. Al-A’raaf: 176).
Dan karena keengganan jiwa terhadap anjing, terutama yang hitam, dan ketidaksukaan terhadap warnanya dan ketakutan akan kebuasannya. Dan adapun keledai karena jarang menurut ketika didorong supaya pergi dan selalu menentangnya “.
(Selesai. Silahkan Baca: “إكمال المعلم بفوائد مسلم” 2/426 karya Al-Qodhi ‘Iyadh)
Jadi jelas dari sini bahwa yang benar menurut mayoritas ulama adalah tidak batalnya shalat dengan berlalunya ketiga sosok tadi, dan yang dimaksud dengan terputus adalah: berkurangnya pahala karena kesibukan hatinya dengan sesuatu yang lewat dari salah satu nya.
Berdasarkan hal ini, maka barangsiapa melewati di depannya salah satu dari ketiganya, maka dia tidak boleh menghentikan sholatnya dan harus tetap melanjutkannya, dan dia harus tahu bahwa sholat tidak terputus oleh keragu-raguan.
Barang siapa masuk dalam ibadah shalat maka dia wajib menyelesaikannya kecuali tiba-tiba ada sesuatu yang membatalkannya secara yakin, atau melihat sesuatu yang mengharuskan dirinya bergerak cepat, jika tidak maka akan menyebabkan binasa nya jiwa seseorang yang terhormat, seperti ada orang buta atau anak kecil yang di depannya ada api dan akan jatuh ke dalamnya jika orang yang sholat itu tidak segera memutuskan shalatnya. Maka dia harus memutuskan shalatnya untuk menyelamatkan hidupnya. Wallahu a’lam
PENDAPAT KE DUA:
Al-Imam Ahmad maka beliau berpendapat hanya anjing hitamlah yang jika lewat depan orang shalat yang membatalkan shalatnya. Dan inilah yang dijadikan pegangan oleh madzhab Hambali. (Lihat: Al-Inshoof karya Al-Mardawi 2/77, Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah 2/183, Al-Iqnaa’, karya al-Hajjaawi 1/132).
Dalam kitab Abu Nu’aim di sebutkan:
قَالَ: وَثَنَا يُونُسُ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: "لَا يُقْطَعُ صَلَاةَ الْمُسْلِمِ إلَّا الْهِرُّ الْأَسْوَدُ، وَالْكَلْبُ الْبَهِيمُ"، انْتَهَى.
Dia berkata: Telah bercerita kepada kami Yunus dari Mujahid dari ‘Aisyah RA bahwa dia berkata: "Tidak ada yang memutuskan sholat seorang Muslim kecuali kucing hitam dan anjing yang hitam legam". (selesai. Di kutip dari Syarah Sunan Ibnu Majah karya ‘Alaauddin Mughlathoy 3/574-575)
Al-Khoththoobi menghikayatkan:
"أَنَّ عَائِشَةَ ذَهَبَتْ إلَى أَنَّ الْكَلْبَ الْأَسْوَدَ يُقْطِعُ الصَّلَاةَ، وَبِهِ قَالَ أَحْمَدُ، وَإِسْحَاقُ، وَرَوَى أَبُو دَاوُدَ عَنِ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: "أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِي بَادِيَةٍ لَنَا وَمَعَهُ عَبَّاسٌ فَصَلَّى فِي صَحْرَاءَ لَيْسَ بَيْنَ يَدَيْهِ سُتْرَةٌ وَحِمَارَةٌ لَنَا وَكَلْبَةٌ تَعْبَثَانِ بَيْنَ يَدَيْهِ فَمَا بَالَى ذَلِكَ".
Bahwa Aisyah berpendapat bahwa anjing hitam itu memutuskan shalat, dan dengan ini Imam Ahmad dan Ishaq berpendapat.
(Di Kutip dari kitab Syarah Sunan Ibnu Majah karya ‘Alaa uddin Mughlathoy hal. 1605)
Imam Ahmad berkata:
يقطعها الْكَلْب الْأَسْوَد، وَفِي قَلْبِي مِنْ الْحِمَار وَالْمَرْأَة شَيْء
Anjing hitam membatalkan shalat, tapi untuk keledai dan wanita, di hatiku ada ganjalan. (Lihat: “المنهاج في شرح صحيح مسلم” 4/227).
Ibnu Quddaamah berkata:
هَذَا الْمَشْهُورُ عَنْ أَحْمَدَ - رَحِمَهُ اللَّهُ -، نَقَلَهُ الْجَمَاعَةُ عَنْهُ. قَالَ الْأَثْرَمُ: سُئِلَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَا يَقْطَعُ الصَّلَاةَ؟ قَالَ لَا يَقْطَعُهَا عِنْدِي شَيْءٌ إلَّا الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ الْبَهِيمُ.
وَهَذَا قَوْلُ عَائِشَةَ وَحُكِيَ عَنْ طَاوُسٍ وَرَوَى عَنْ مُعَاذٍ وَمُجَاهِدٍ أَنَّهُمَا قَالَا: الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ الْبَهِيمُ شَيْطَانٌ، وَهُوَ يَقْطَعُ الصَّلَاةَ.
وَمَعْنَى الْبَهِيمِ الَّذِي لَيْسَ فِي لَوْنِهِ شَيْءٌ سِوَى السَّوَادِ.
Ini adalah yang masyhur dari Ahmad - semoga Allah merahmatinya -, sekelompok jemaah telah menukil darinya.
Al-Atsrom berkata: Abu Abdullah ditanya apa yang memutuskan shalat?
Dia menjawab: Menurut Saya tidak ada yang memutuskannya kecuali anjing hitam kelam.
Ini adalah yang dikatakan oleh ‘Aisyah RA, dan diriwayatkan dari Thowus, dan dari Mu’adz dan Mujahid, bahwa mereka berdua berkata: Anjing yang hitam kelam adalah syaithan, dan ia memutuskan sholat.
Dan makna “الْبَهِيمِ” adalah sesuatu yang warnanya tidak yang lain kecuali hitam semua”. (Baca: al-Mughni 2/184 no. masalah 1224).
Adapun wanita dan keledai apakah membatalkan shalat, maka ada dua riwayat dari al-Imam Ahmad. Riwayat pertama: tidak membatalkan. Riwayat kedua: membatalkan shalat.
Al-Mardawai menyatakan: yang benar dalam Madzhab Hanbali adalah lewatnya seekor anjing hitam kelam itu membatalkan shalat, akan tetapi lewatnya seorang wanita dan seekor keledai itu tidak membatalkannya. (Lihat: ((Al-Inshoof)) oleh Al-Mardawi (2/77)).
PENDAPAT KE TIGA:
Lewatnya seorang wanita, seekor anjing hitam, dan seekor keledai di depan seseorang yang sedang Shalat itu membatalkan shalatnya.
Ini adalah salah satu riwayat dari Ahmad (1).
Dan ini adalah pendapat sekelompok para ulama salaf dan para ahli hadits (2), dan Ibn Al-Mundhir (3), Ibn Hazm (4), Ibn Taymiyyah (5), dan Ibn Al-Qayyim (6), Al-Syawkaani (7), Syeikh Bin Baaz (8), dan Syeikh Ibnu Utsaimin (9).
Dan ini adalah pendapat yang dilipih oleh para ulama al-Lajnah ad-Daaimah (Lihat Fatawa al-Lajnah ad-Daaimah 7/87).
REFERENSI DAN PERNYATAAN MEREKA:
Al-Mardawai berkata:
(...وَالرِّوَايَةُ الثَّانِيَةُ: تَبْطُل؛ اخْتَارَهَا الْمَجْدُ، وَرَجَّحَهُ الشَّارِحُ، وَقَدَّمَهُ فِي الْمُسْتَوْعَبِ، وَابْنُ تَمِيمٍ، وَحَوَاشِيُّ ابْنِ مُفْلَحٍ، وَجَزَمَ بِهِ نَاظِمُ الْمُفْرَدَاتِ، وَهُوَ مِنْهَا، وَاخْتَارَهُ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ، وَقَالَ: هُوَ مَذْهَبُ أَحْمَدَ)
(... Dan riwayat kedua dari Imam Ahmad: membatalkan sholat ; ini yang dipilih oleh Al-Majd, dan ditarjih oleh pensyarah kitab, dan disebutkan dalam kitab Al-Mustaw'ib, dan Ibnu Tamim, dan Ibnu Muflih dalam “Hawaasyi” nya dan telah menjadi ketetapan penyusun nadzom al-Mufrodaat, dan itu bagian dari nya, dan dipilih oleh Taqiyuddiin, lalu dia berkata: Ini adalah Madzhab Imam Ahmad). (al-Inshoof (2/78).
Namun yang benar dalam Madzhab Hanbali menurut al-Mardawi adalah bahwa lewatnya seekor anjing hitam kelam itu membatalkan shalat, tetapi lewatnya seorang wanita dan seekor keledai itu tidak membatalkannya. (Lihat: ((Al-Inshoof)) oleh Al-Mardawi (2/77)).
Ibnu Al-Mundzir berkata:
(وقالتْ طائفةٌ: يَقطعُ الصلاةَ الكلبُ الأسودُ، والمرأة الحائض، والحمار؛ هذا قولُ طائفةٍ من أصحابِ الحديث)
(Sekelompok orang berkata: Anjing hitam, wanita haid, dan keledai memutuskan sholat. Ini adalah perkataan sekelompok para ahli hadits ((الأوسط) (5/92)).
Ibnu Abdil Barr berkata:
(فقالت طائفة: يقطع الصلاةَ على المصلِّي إذا مر بين يديه الحمارُ والكلب والمرأة، وممَّن قال بها: أنسُ بن مالك، وأبو الأحوص، والحسن البصري، وحُجَّتهم حديثُ أبي ذرٍّ، وحديثُ ابن عباس بذلك عن النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم)
(Sekelompok orang berkata: Sholat seseorang terputus jika seekor keledai, anjing dan seorang wanita lewat di depannya. Dan yang mengatakannya adalah: Anas bin Malik, Abu Al-Ahwash, dan Al-Hasan Al-Bashri.) ((الاستذكار (2/84))
Ibnu Khuzaymah berkata:
(والخبر ثابت صحيحٌ عن النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: أنَّ الكلب الأسود، والمرأة الحائض، والحمار، يَقطعُ الصلاةَ، وما لم يثبتْ خبرٌ عن النبي صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بضدِّ ذلك لم يجُزِ القولُ والفتيا بخلافِ ما ثبَتَ عن النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم)
(Hadits ini terbukti shahih dari Nabi ﷺ: bahwa anjing hitam, wanita haid, dan keledai memutuskan shalat.
Dan hadist yang tidak terbukti shahih dari Nabi ﷺ tidak diperbolehkan untuk mengatakan dan memberikan fatwa yang bertentangan dengan apa yang telah terbukti shahih dari Nabi ﷺ. (صحيح ابن خزيمة 2/23)
Lihat: ((شرح صحيح البخاري)) oleh Ibnu Baththool (2/141), ((فتح الباري)) oleh Ibnu Rajab (4/115)
Ibnu al-Mundhir berkata:
(أمَّا حُجَّة مَن قال: «يقطعُ الصلاةَ الكلبُ، والمرأة، والحمار»، فظاهرُ خبر عُبَيد الله بن الصَّامت، عن أبي ذرٍّ، قال: وهو خبر صحيح لا عِلَّة له، فالقولُ بظاهره يجِبُ، وليس ممَّا يثبُت عن رسول الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إلَّا التسليمُ له، وتركُ أن يُحمَل على قياسٍ أو نظر)
(Adapun dalil orang yang mengatakan: “Seekor anjing, seorang wanita, dan seekor keledai memutuskan sholat,” maka itu berdasarkan yang dzohir dari hadits Ubaidillah bin ash-Shoomit, dari Abu Dzar RA.
Dan berkata: Ini adalah hadits shahih yang tidak ada celanya, maka pernyataan yang nampak itu hukumnya wajib, dan tidak ada dalil yang shahih dari Rasulullah ﷺ, kecuali berserah diri kepadanya. dan meninggalkan untuk mengarahkannya pada analogi atau pertimbangan. (lihat “الأوسط” 5/94).
Ibnu Hazm berkata:
(ويَقطعُ صلاةَ المصلِّي كونُ الكلبِ بين يديه، مارًّا أو غير مار، صغيرًا أو كبيرًا، حيًّا أو ميتًا، أو كون الحمار بين يديه كذلك أيضًا، وكون المرأة بين يدي الرَّجُل)
(Sholat seseorang terputus oleh adanya anjing di hadapannya, baik lewat maupuan diam di hadapannya, kecil atau besar, hidup atau mati, atau adanya keledai di hadapannya juga. Dan adanya wanita di hadapan seorang pria yang sholat). ((Al-Muhallaa 2/320.)
Ibnu Taimiyah berkata:
(والصَّواب: أنَّ مرور المرأة والكلب الأسود والحمار بين يَدي المصلِّي دون سُترته يقطعُ الصلاةَ)
(Dan yang benar adalah: lewatnya seorang wanita, seekor anjing hitam, dan seekor keledai di depan orang shalat di bagian dalam sutrahnya itu memutuskan shalat) ((Al-Mustadrok pada Majmu' Al-Fataawaa)) (3/99).
Ibnu al-Qayyim berkata:
(صَحَّ عَنْهُ أَنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ: الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ، وَثَبَتَ ذَلِكَ عَنْهُ مِنْ رِوَايَةِ أَبِي ذَرٍّ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ، وَابْنِ عَبَّاسٍ، وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ. وَمُعَارِضُ هَذِهِ الْأَحَادِيثِ قِسْمَانِ: صَحِيحٌ غَيْرُ صَرِيحٍ، وَصَرِيحٌ غَيْرُ صَحِيحٍ؛ فَلَا يُتْرَكُ الْعَمَلُ بِهَا لِمُعَارِضِ هَذَا شَأْنُهُ)
(Diriwayatkan secara shahih bahwa sesungguhnya memutuskan: seorang wanita, seekor keledai, dan seekor anjing hitam, dan ini terbukti darinya dari riwayat Abu Dzar, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Mughaffal.
Yang kontradiksi terhadap hadits-hadits ini ada dua jenis: shahih tapi tidak jelas, dan Jelas tapi tidak shahih. Maka jangan meninggalkan untuk mengamalkan nya demi untuk hadits yang bertentangan yang kondisinya seperti tadi “. ((زاد المعاد 1/306))
Asy-Syaukaani berkata:
(إذا تقرَّر لك ما أسلفنا عرفتَ أنَّ الكلبَ الأسودَ والمرأة الحائض يقطعانِ الصلاة، ولم يعارض الأدلَّة القاضية بذلك معارضٌ إلَّا ذلك العمومُ على المذهب الثاني، وقد عرفتَ أنَّه مرجوح)
Jika hal di atas telah ditentukan untuk Anda, maka Anda menjadi tahu bahwa anjing hitam dan wanita yang sedang haid memutuskan shalat, dan tidak ada yang menentang terhadap dalil-dalil yang telah memutuskannya, kecuali dalil umum terhadap madzhab kedua, dan Anda tahu bahwa madzhab kedua itu marjuh (tidak rajiih). (lihat “نيل الأوطار” 3/18).
Syeikh Bin Baaz berkata:
(يَقطعُ الصلاةَ: المرأةُ، والحمارُ، والكلب الأسود، كما صحَّت بذلك الأحاديث)
(Wanita, keledai, dan anjing hitam memutuskan sholat, sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadit shahih) ((Majmu’ Fataawa Bin Baaz (11/90)).
Ibnu Utsaimin berkata:
الْمَرْأَةُ، وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ، وَالْحِمَارُ إذا مَرَّ وَاحِدٌ مِنْهَا بَيْنَ الْمُصَلِّي وَبَيْنَ سُتْرَتِهِ، بَطَلَتْ الصَّلَاةُ، وَوَجَبَ اسْتِئْنَافُهَا مِنْ جَدِيدٍ.
(Seorang wanita, seekor anjing hitam, dan seekor keledai, jika salah satu dari mereka melewati antara orang yang shalat dan sutrahnya, maka shalatnya batal, dan wajib memulai lagi sholatnya dari awal). ((Fatwa Majmu' Fataawwa wa Rosaa'il Al -Utsaimin) (13/318). Dan lihat pula Lihat Liqoo al-Baab al-Maftuuh 9/78))
0 Komentar