Studi Hadits : Jangan kamu katakan : " celakalah syeithan" . Akan tetapi, ucapkanlah : ‘Bismillah’
====
Oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
****
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
===***===
PERTANYAAN :
JIKA TERKENA MUSIBAH ATAU KECELAKAAN, APAKAH
BENAR TIDAK BOLEH SELAIN UCAPAN "BISMILLAH" ???
Ada
beberapa da’i di tanah air -diantara mereka bergelar doktor dari UIM- yang melarang
ucapan selain ucapan “bismillaah” saat terkena musibah atau kecelakaan. Dan
mereka mengatakan bid’ah ucapan selain “bismillah”, berdalil dengan hadits
diatas. Menurut mereka termasuk bid’ah ucapan “astaghfirullah”, ucapan “innalillaahi
wainna ilaihi roji’un” dan juga ucapan “a’udzubillah minasy syaaithonir rojiim”.
****
BENARKAH ? MARI KITA BERTABAYYUN DAN KITA KAJI !
Berikut
ini hadits-hadits yang terkait dengan masalah ini :
Dari
Walid Abu Malih, ayahnya yang pernah dibonceng Rasulullah ﷺ menceritakan:
"كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِىِّ ﷺ
فَعَثَرَتْ دَابَّتُهُ فَقُلْتُ تَعِسَ الشَّيْطَانُ . فَقَالَ : «لاَ تَقُلْ
تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ
مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ
فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ» ".
Ketika
aku dibonceng Nabi ﷺ tiba-tiba
unta beliau tergelincir. Serta merta aku mengatakan, “Celakalah syetan.”
Maka beliau ﷺ bersabda, “Jangan kamu katakan, ‘celakalah syetan,’ sebab jika kamu katakan seperti itu maka syetan akan membesar sebesar rumah dan dengan sombongnya syetan akan berkata; ‘itu terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, ucapkanlah ‘Bismillah’ sebab jika engkau mengucapkan basmalah syetan akan mengecil hingga seukuran lalat.”
(HR.
Abu Daud no. 4982 ) Di shahihkan al-Albaani dalam shahih Abi Daud .
Dalam
riwayat lain : dari Abu al-Mulaih, dari ayahnya Usaamah bin 'Umair bahwa Nabi ﷺ bersabda :
«لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: لَعَنَ اللهُ الشَّيْطَانَ،
فَإِنَّهُ إِذَا سَمِعَهَا تَعَاظَمَ حَتَّى يَصِيرَ كَالْجَبَلِ، وَلْيَقُلْ: أَعُوذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، فَإِنَّهُ إِذَا قَالَهَا تَضَاءَلَ وَتَصَاغَرَ»
Janganlah
salah seorang dari kalian mengatakan : " Semoga Allah melaknat Syaitan
" , karena sesungguhnya jika syeitan mendengarnya , maka dia semakin
membesar sehingga menjadi sebesar gunung . Maka katakanlah :
أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ
"Aku berlindung kepada Allah dari Syeitan yang
terkutuk "
Maka
syeitan itu akan semakin kurus dan mengecil .
Dalam
lafadz lain :
«لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: أَخْزَى اللهُ الشَّيْطَانَ»
Janganlah
salah seorang dari kalian mengatakan : " Semoga Allah menghinakan Syaitan
"
[
HR. An-Nasaai dalam Sunan Kubro no. 1313 , 'Amalul yaum wal lailah no. 555 ,
Abu Ya'la dalam Mu'jam asy-Syuyukh no. 71 , ath-Thohaawi dlam Syarah Musykil
al-Atsar no. 368 dan ath-Thabraani dlm al-Mu'jam al-Kabiir no. 516 dan
al-Haakim 4/292 .
Dishahihkan
oleh al-Haakim , adz-Dzahabi dan Ibnu al-Arabi (w. 543 H) dalam al-Masaalik
2/329 [ Cet. Dar al-Ghorb al-Islami] dan al-Qobas 1/196 [ Tahqiq DR. Muhammad
Walad Kariim Cet. Dar al-'Arabi al-Islaami]
Al-Haakim
berkata :
"هٰذَا حَديثٌ
صَحيحُ الإِسْنادِ وَلَمْ يُخَرِّجاهُ".
[Ini
Hadits Shahih Sanadnya , namun Bukhori dan Muslim tidak memasukkannya].
===***===
PERTAMA : PEMAHAMAN HADITS :
Hadits
tersebut yg di fahami para ulama bahwa melaknat Setan itu tidak ada faidahnya .
Karena setan itu makhluk terlaknat, maka jika kita laknat, maka syeitan akan
semakin bertambah bangga .
Intinya
kita diperintahkan untuk mengingat Allah ketika terkena musibah bukan mengutuk
syeitan atau mendoakan kecelakan untuk syetan atau menghinakannya .
Ibnu
al-Arabi (w. 543 H) dalam dalam al-Qobas 1/196 dan al-Masaalik 2/329 berkata
setelah menyebutkan hadits Abu al-Mulaih ini :
"لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : ﴿وَإِنَّ
عَلَيْكَ ٱللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ﴾ فَمَا أَثَّرَ ذٰلِكَ فِيهِ، فَكَيْفَ
يُسْأَلُ عَنْ لَعْنَةِ غَيْرِ اللهِ".
Karena
Allah Ta'ala berfirman: {Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai
hari kiamat}, maka doanya tidak berpengaruh terhadapnya , jadi bagaimana
mungkin dia memohon laknat atasnya selain laknat yang telah Allah laknatkan
atasnya ?".
****
Fatwa SYEIKH UTSAIMIN :
Syekh
Ibnu Utsaimin, semoga Allah merahmatinya, ditanya: Apa hukum mengutuk setan?
Beliau
menjawab:
" لَا يَجُوزُ؛ لِأَنَّهُ قَدْ وَرَدَ أَنَّهُ
يَتَعَاظَمُ عِنْدَ ذٰلِكَ ، وَلٰكِنْ يُسْتَعَاذُ مِنْهُ كَمَا ذَكَرَ ذٰلِكَ ابْنُ
الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللهُ فِي زَادِ الْمَعَادِ " اِنْتَهَى مِنْ "ثَمَرَاتِ
التَّدْوِينِ".
Tidak
boleh, karena telah ada riwayat hadits bahwa syetan akan memperbesar pada saat
itu, akan tetapi sesorang harus memohon perlindungan kepada Allah darinya
seperti yang disebutkan oleh Ibn al-Qayyim, semoga Allah merahmatinya, dalam
kitab Zaad al-Ma'ad. [Di kutip dari "ثَمَرَاتُ
التَّدْوِين".
===***===
PENULIS SIMPULKAN :
Maka
yang benar , secara umum ketika kita kena Musibah kita di anjurkan utk
mengingat Allah . Dan cara mengingat Allah tidak harus mengucapkan bismillah ,
namun bisa pula dgn mengatakan ucapan-ucapan sebagai berikut :
Pertama :
Ucapan
: " Bismillah" . Berdasarkan hadits diatas .
Kedua :
Memohon
perlindungan kepada Allah dengan mengatakan :
﴿أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ﴾.
"Aku
berlindung kepada Allah dari Syeitan yang terkutuk "
Ini
berdasarkan hadits di atas . Dan berdasarkan firman Allah :
﴿وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ
نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ﴾
Dan
jika kamu ditimpa sesuatu dari gangguan syaitan maka berlindunglah kepada Allah
[ QS. Al-A'raf : 200 ]
Syekh
Al-Amin Al-Shanqiti, semoga Allah merahmatinya, berkata:
"
بَيَّنَ فِي هٰذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ مَا يَنْبَغِي
أَنْ يُعَامَلَ بِهِ الْجُهَّلَةُ مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ، فَبَيَّنَ
أَنَّ شَيْطَانَ الْإِنْسِ يُعَامَلُ بِاللِّينِ، وَأَخْذِ الْعَفْوِ، وَالْإِعْرَاضِ
عَنْ جَهْلِهِ وَإِسَاءَتِهِ، وَأَنَّ شَيْطَانَ الْجِنِّ لَا مَنْجَى مِنْهُ إِلَّا
بِالِاسْتِعَاذَةِ بِاللهِ مِنْهُ ".
"Dalam
ayat yang mulia ini Allah SWT menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh
seseorang ketika menghadapi para makhluk bodoh dari kalangan syeithan manusia
dan jin.
Dia
menjelaskan bahwa setan manusia adalah diperlakukan dengan lemah lembut ,
memberi maaf , dan berpaling dari kebodohannya dan pelecehannya. Dan dalam
menghadapi Syeithan Jin maka tidak bisa luput darinya kecuali dengan berlindung
kepada Allah darinya.” [ Akhir kutipan dari أَضْوَاءُ
الْبَيَانِ (8/90)
].
Ketiga :
Mengucapkan
: " Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roojiuun.
Ini
Berdasarkan firman Allah
﴿الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ
قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ﴾.
Artinya
: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna
lillahi wa inna ilaihi raji'un. (QS. Al-Baqarah: 156)
IBNU KATSIR : ketika menafsiri ayat ini , beliau
berkata :
Mereka
menghibur dirinya dengan mengucapkan kalimat tersebut manakala mereka tertimpa
musibah, dan mereka yakin bahwa diri mereka adalah milik Allah.
Dia
memberlakukan terhadap hamba-hamba-Nya menurut apa yang Dia kehendaki.
Mereka
meyakini bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala di sisi-Nya seberat biji
sawi pun kelak di hari kiamat.
Maka
ucapan ini menanamkan di dalam hati mereka suatu pengakuan yang menyatakan
bahwa diri mereka adalah hamba-hamba-Nya dan mereka pasti akan kembali
kepada-Nya di hari akhirat nanti. Karena itulah maka Allah Subhanahu wa Ta'ala
memberitahukan tentang pahala yang akan diberikan-Nya kepada mereka sebagai
imbalan dari hal tersebut melalui firman-Nya:
﴿أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ
رَبِّهِمْ﴾
"Mereka
itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya".
(Al-Baqarah: 157)
Maksudnya,
mendapat pujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala . Sedangkan menurut Sa'id ibnu
Jubair, yang dimaksud ialah aman dari siksa Allah.
Dan
Firman-Nya :
﴿وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ﴾
Dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah: 157)
Amirul
Muminin Umar ibnul Khattab Radhiyallahu Anhu pernah mengatakan :
Bahwa
sebaik-baik kedua jenis pahala ialah yang disebutkan di dalam firman-Nya:
﴿أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ
رَبِّهِمْ﴾
"
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya.
(Al-Baqarah: 157) .
Kedua
jenis pahala tersebut adalah : berkah dan rahmat yang sempurna. Dan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya :
﴿وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ﴾
Dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah: 157)
adalah
pahala tambahannya, yang ditambahkan kepada salah satu dari kedua sisi
timbangan hingga beratnya bertambah.
Demikian
pula keadaan mereka; mereka diberi pahala yang setimpal berikut
tambahannya".
BAHKAN SETELAH ITU IBNU KATSIR BERKATA PULA :
"
Sehubungan dengan pahala membaca ISTIRJA' di saat tertimpa musibah, banyak
hadis-hadis yang menerangkannya. Yang dimaksud dengan ISTIRJA' ialah ucapan “Inna
lillahi wainna ilaihi raji'un” (artinya : Sesungguhnya kita adalah
milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kita semua dikembalikan) ".
Penulis
katakan :
"
Diantaranya adalah hadits Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata : Aku
mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ
مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ
أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ
فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ
أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى
خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ
"Tak
seorang hamba (muslim) tertimpa musibah lalu ia berdoa :
﴿إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ﴾
'Sesungguhnya
kita ini milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali.
Ya
Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik
daripadanya.' Ummu Salamah berkata: Saat Abu Salamah wafat, aku berdoa
sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah kepadaku, lalu Allah memberi ganti
untukku yang lebih baik darinya, yakni Rasulullah ﷺ."
(Muttafaq
'Alaih , yakni HR. Bukhori dan Muslim dgn lafadz yang sama )
Keempat : Istighfaar
Dari
Ibnu Abbaas radhiyallahu ‘anhu , bahwa Nabi ﷺ bersabda
:
«مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ
لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ
حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ»
“Barang
siapa yang senantiasa mendwawamkan istighfar; niscaya Allah memberikan baginya
jalan keluar dari setiap kesedihannya, kelapangan dari setiap kesempitannya dan
rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. (HR. Abu Daud no. 1518 )
Di
Dhaifkan oleh al-Albaani dalam Dhaif Abi Daud , dan oleh Muhammad al-Munaawi
dalam Takhriij Ahaadits al-Mashaabiih 2/290 dan oleh Syeikh Bin Baaz dalam
Majmu Fataawaanya 26/90 . Begitu pula At-Tabrani mendha’ifkan sanad hadits ini
(lihat: Al-Mu’jam Al-Ausath, 6/240). Begitu pula Imam Baihaqi dalam Sunan
Al-Baihaqi (3/35, no: 6651).
Namun
hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dengan lafadz :
«مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ ؛
جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا،
وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ»
“Barang
siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap
kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang
tidak disangka-sangka.”
(
HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim 4/262 serta
Ahmad Syakir . Baca : الدُّرَّةُ الْيَتِيمَةُ فِي تَخْرِيجِ
أَحَادِيثِ التُّحْفَةِ الْكَرِيمَةِ (37)].
Syaikh
‘Utsaimin pernah ditanya mengenai status keshahihan hadits ini. Lantas beliau
menjawab :
أوَّلًا : هَذَا الْحَدِيثُ ضَعِيفٌ،
وَلَكِنْ مَعْنَاهُ صَحِيحٌ؛ لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: (وَأَنْ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ) وَقَالَ تَعَالَى عَنْ هُودٍ: (وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ
قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ).
وَلَا شَكَّ أَنَّ الِاسْتِغْفَارَ
سَبَبٌ لِمَحْوِ الذُّنُوبِ، وَإِذَا مُحِيَتِ الذُّنُوبُ تَخَلَّفَتْ آثَارُهَا الْمُرَتَّبَةُ
عَلَيْهَا وَحِينَئِذٍ يَحْصُلُ لِلْإِنْسَانِ الرِّزْقُ وَالْفَرَجُ مِنْ كُلِّ كَرْبٍ
وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ.
فَالْحَدِيثُ ضَعِيفُ السَّنَدِ،
لَكِنَّهُ صَحِيحُ الْمَعْنَى.
“Pertama
: hadits ini dha’if akantetapi maknanya benar. Karena Allah ta’ala berfirman,
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى
وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
”
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan
memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya.” (QS. Hud:3)
Dan
firman Allah ta’ala tentang kisah Hud,
﴿وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً
إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ﴾
Dan
(Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa.” (QS. Hud: 52)
Tidak
ada keraguan bahwa istighfar itu merupakan sebab terhapusnya dosa. Jika dosa
telah terhapus maka akan memberikan efek positif yang bermacam-macam. Terkadang
seorang yang terampuni dosanya ia akan mendapat rizki dab kebahagiaan dari
setiap kesusahan dan kesedihan hidupnya. Maka hadits ini (memang) dha’if namun
maknanya benar.”
[Lihat
: فَتَاوَى نُورٍ عَلَى الدَّرْبِ لِلْعُثَيْمِين (2/571)]
Dan
Syeikh Bin Baaz berkata :
الْحَدِيثُ الْمَذْكُورُ رَوَاهُ
أَبُو دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهْ وَهَذَا ضَعِيفٌ؛ لِأَنَّ فِي إِسْنَادِهِ الْحُكْمَ
بْنَ مُصْعَبٍ وَهُوَ مَجْهُولٌ؛ وَلَكِنَّ الْأَدِلَّةَ الْكَثِيرَةَ مِنَ الْآيَاتِ
وَالْأَحَادِيثِ تَدُلُّ عَلَى فَضْلِ الِاسْتِغْفَارِ وَالتَّرْغِيبِ فِيهِ.
Hadits
tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, dan ini lemah ; Karena di
dalam sanadnya ada Al-Hakam bin Mush'ab, dan dia itu tidak diketahui. Akan
tetapi banyak dalil dari ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan
ISTIGHFAAR [meminta ampun] dan menganjurkan beristghfaar di dalamnya ". [ مَجْمُوعُ فَتَاوَى الشَّيْخِ ابْنِ بَازٍ (26/90-91) ].
Syaikh
Ibrahim bin Shalih Al-Khuraishiy mengatakan :
وَهُنَا يَنْتَبِهُ طَالِبُ الْعِلْمِ
إِلَى أَنَّهُ لَيْسَ كُلُّ مَا قِيلَ فِيهِ إِنَّهُ حَدِيثٌ ضَعِيفٌ أَنَّ مَعْنَاهُ
لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ كَذَلِكَ، بَلْ رُبَّمَا كَانَ مَعْنَاهُ مَعْمُولًا بِهِ بِإِجْمَاعِ
الْعُلَمَاءِ؛ فَتَأَمَّلْ وَرَاجِعْ
”
Ini perlu diperhatikan oleh para penuntut ilmu, bahwa tidak setiap hadits yang
dinilai dha’if (sanadnya) lantas maknanya (matannya) juga otomatis ikut dha’if.
Boleh jadi maknanya bisa diamalkan dengan kesepakatan para ulama.. Maka
perhatikanlah hal ini dan pelajarilah.”
(
Lihat : التَّنْبِيهَاتُ الْمُخْتَصَرَةُ شَرْحُ الْوَاجِبَاتِ
الْمُتَحَتِّمَةِ الْمَعْرِفَةِ عَلَى مُسْلِمٍ وَمُسْلِمِينَ hal: 57)
Kelima : Dan lain – lain
Tidak ada batasan yang mewajibkan ucapan khusus ketika tertimpa musibah atau terjadi kecelakan, selama ucapan tersebut kandungannya baik dan bisa mengingatkan dirinya kepada Allah SWT. Adapun yang dilarang itu adalah ungkapan yang mengandung kutukan kepada syaitan dan ungkapan yang membuat sesorang lupa dan lalai kepada Allah swt.
===**===
KEDUA : PERNYATAAN SEBAGIAN PARA ULAMA :
Pertama
: Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata:
وَفِي حَدِيثٍ آخَرَ: "إِنَّ
الْعَبْدَ إِذَا لَعَنَ الشَّيْطَانَ يَقُولُ: إِنَّكَ لَتَلْعَنُ مَلْعُونًا".
وَمِثْلُ هَذَا قَوْلُ الْقَائِلِ: أَخْزَى اللهُ الشَّيْطَانَ، وَقَبَّحَ اللهُ الشَّيْطَانَ،
فَإِنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ يُفْرِحُهُ، وَيَقُولُ: عَلِمَ ابْنُ آدَمَ أَنِّي قَدْ نِلْتُهُ
بِقُوَّتِي، وَذَلِكَ مِمَّا يُعِينُهُ عَلَى إِغْوَائِهِ، وَلَا يُفِيدُهُ شَيْئًا،
فَأَرْشَدَ النَّبِيُّ ﷺ مَنْ مَسَّهُ شَيْءٌ مِنَ الشَّيْطَانِ أَنْ يَذْكُرَ اللهَ
تَعَالَى، وَيَذْكُرَ اسْمَهُ، وَيَسْتَعِيذَ بِاللهِ مِنْهُ، فَإِنَّ ذَلِكَ أَنْفَعُ
لَهُ، وَأَغْيَظُ لِلشَّيْطَانِ". اِنْتَهَى
Dalam
hadits lain: “Jika seorang hamba mengutuk setan, Beliau ﷺ bersabda : Sesungguhnya kamu mengutuk makhluk yang
terkutuk.”
Dan
yang demikian itu sama seperti perkataan seseorang yang mengatakan :
"Semoga
Allah menghinakan syethan, dan semoga Allah menjelekkan setan ", karena
semua itu akan membuat syethan gembira , dan syethan akan berkata : “Padahal
anak cucu Adam tahu bahwa aku telah memperolehnya dengan kekuatanku” .
Dan
ini malah akan membantunya untuk semakin menyesatkannya , dan sama sekali tidak
menguntungkannya.
Maka
Nabi ﷺ memberi petunjuk :
"
Siapa pun yang tersentuh oleh sesuatu dari setan agar segera mengingat Allah
Ta'aalaa, dengan menyebut nama-Nya, dan memohon perlindungan kepada Allah
darinya ; karena yang demikian itu lebih bermanfaat baginya dan membuat setan
marah.
[
Akhir kutipan dari Zaad al-Ma'ad (2 /355)].
Kedua
: Syekh Abdur-Rahman al-Barraak,
semoga Allah menjaganya, ditanya:
هَلْ وَرَدَتِ التَّسْمِيَةُ عِنْدَمَا
يَسْكُبُ الإِنْسَانُ مَاءً حَارًّا أَوْ عِنْدَ سُقُوطِ طِفْلٍ أَوْ شَيْءٍ مَا؟
Apakah
ada hadits perintah baca bismillah ketika seseorang menuangkan air panas atau
ketika seorang anak jatuh atau semacamnya?
Jawabannya
:
لَا أَذْكُرُ أَنَّهُ وَرَدَ النَّدْبُ
فِي التَّسْمِيَةِ فِي خُصُوصِ مَا ذُكِرَ، وَلَكِنْ ذِكْرُكَ لِلَّهِ مِنَ الأَسْبَابِ
الَّتِي دَلَّتِ النُّصُوصُ أَنَّهُ يَطْرُدُ الشَّيَاطِينَ وَيَمْنَعُ مِنْ شَرِّهِمْ،
كَمَا شُرِعَتِ التَّسْمِيَةُ عِنْدَ الاِضْطِجَاعِ، وَعِنْدَ دُخُولِ الْمَنْزِلِ،
وَعِنْدَ الْخُرُوجِ، وَعِنْدَ دُخُولِ الْمَسْجِدِ، وَعِنْدَ الْخُرُوجِ مِنْهُ، وَكَذَلِكَ
عِنْدَ دُخُولِ الْخَلاءِ،
فَأَرْجُو أَنَّ مَا يَفْعَلُهُ
النَّاسُ فِي مِثْلِ هَذِهِ الأَحْوَالِ الَّتِي أُشِيرَ إِلَيْهَا فِي السُّؤَالِ
أَرْجُو أَنَّهُ حَسَنٌ؛ لِأَنَّ صَبَّ الْمَاءِ الْحَارِّ وَلا سِيَّمَا فِي بَعْضِ
الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُمْكِنُ أَنْ تَكُونَ مَسْكَنًا لِلْجِنِّ يُخْشَى أَنْ يَكُونَ
لَهُ أَثَرٌ انْتِقَامِيٌّ، فَإِذَا ذَكَرَ الإِنْسَانُ اسْمَ اللَّهِ فَقَالَ: بِسْمِ
اللَّهِ، كَانَ ذَلِكَ سَبَبًا فِي طَرْدِ مَا يُخْشَى مِنْ شَرِّ الشَّيَاطِينِ،
وَكَذَلِكَ إِذَا سَقَطَ الإِنْسَانُ
أَوْ سَقَطَ الطِّفْلُ، وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ رُجِيَ أَنْ يَكُونَ سَبَبًا
فِي سَلامَتِهِ مِنِ اعْتِدَاءِ بَعْضِ الشَّيَاطِينِ، فَالْحَاصِلُ أَنَّ ذِكْرَ اسْمِ
اللَّهِ فِيهِ خَيْرٌ، وَهُوَ أَعْظَمُ أَسْبَابِ السَّلامَةِ مِنَ الشُّرُورِ الظَّاهِرَةِ
وَالْبَاطِنَةِ.
"
Saya tidak ingat bahwa ada sunnah baca bismillah secara khusus sehubungan
dengan apa yang disebutkan, tetapi penyebutan Anda nama Allah , itu adalah
salah satu sebab yang terdapat nash-nash yang menunjukkan bahwa penyebutan nama
Allah itu bisa mengusir setan dan menjaga nya dari kejahatan mereka, seperti
halnya disyariatkan baca bismillah ketika hendak berbaring, ketika memasuki rumah,
ketika mau pergi, ketika memasuki masjid, dan ketika meninggalkannya , begitu
juga ketika memasuki toilet.
Saya
berharap apa yang dilakukan orang dalam hal-hala seperti ini yang dimaksud
dalam pertanyaan, saya berharap itu amalan yang baik. Karena menuangkan air
panas itu , terutama di beberapa tempat yang bisa menjadi tempat tinggal jin,
dikhawatirkan akan menimbulkan efek dendam.
Maka
jika seseorang menyebut nama Allah dan mengatakan : Bismillah , maka itu adalah
bisa jadi sebab untuk mengusir apa yang dia takuti dari kejahatan para syetan.
Dan
demikian pula jika seseorang terjatuh atau anak kecil terjatuh, lalu nama Allah
disebut kan kepadanya, maka diharapkan itu akan menjadi sebab keselamatannya
dari serangan sebagian para setan.
Singkatnya,
menyebut nama Allah itu didalamnya terdapat kebaikan, dan itu adalah sarana
keselamatan terbesar dari kejahatan yang tampak dan tersembunyi".
===***===
KETIGA
: TIDAK SEMUA PERINTAH NABI ﷺ MENUNJUKKAN
LARANGAN SELAINNYA :
Contohnya
:
PERINTAH ADZAN KETIKA MELIHAT PENAMPAKAN HANTU
Hadits
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah ﷺ bersabda
:
«إِذَا تَغَوَّلَتْ بِكُمُ الْغِيلَانُ فَنَادُوا
بِالْأَذَانِ»
“Jika
al-Ghoilaan (jin hantu ) menampakkan diri di hadapan kalian maka
kumandangkanlah adzan”.
[HR.
Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushannaf-nya 6/93 no.29741, Imam Ahmad dalam
Al-Musnad 22/178 no.14277 dan 23/315 no.15091, An-Nasaiy dalam As-Sunan
Al-Kubra 9/349 no.10725,Abu Ya’la dalam Musnad-nya 4/153 no.2219, Ibnu
Khazaimah dalam kitab Shahih-nya 4/145 no.2549, dan Ibnu As-Sunniy dalam kitab
‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah no.532]
Lihat
ta’liq syekh Al-Albaanii pada shahih Ibnu Khuzaimah 4/145 no.2549 !.
Makna
Hadist dikumandangkan adzan ketika melihat Ghuul / Syetan
Hadits
ini meskipun jelas dan tegas menyatakan agar mengumandangkan Adzan saat melihat
adanya penampakan hantu , namun yang di fahami oleh para ulama adalah mengingat
Allah , yang diantaranya adalah dengan adzan .
Imam
al-Jazary ketika mensyarahi hadits ini , dia mengatakan :
((أي ادْفَعُوا شَرَّها بِذِكْرِ الله))
Yakni
: Kalian tolaklah keburukannya dengan mengingat Allah ( dzikrullah ).
[Lihat
Fathul Majiid hal. 356 , Tahqiiq Abdul Qodiir al-Arnauth . Cet. Maktabah Darul
Bayaan]
Dan
Telah Berkata Pula Syaikh Sholih Fauzan:
“
Makna hadits ini, jika setan ghuul menjelma di hadapanmu segeralah berdzikir
kepada Allah sebab dzikir kepada-Nya mengusir syaiton, maka jika engkau
berdzikir kepada Allah atau engkau membaca Al-Quran hilanglah perbuatan setan
tersebut. (I’anatul Mustafid 2/11)
Begitu
pula yang di katakan syeikh Abdullah al-Gunaimaan dalam syarah kitab
at-Tauhid :
يَعْنِي: إِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا
مِنْ هَؤُلَاءِ فَاذْكُرُوا اللَّهَ جَلَّ وَعَلَا، فَإِنَّهُمْ يَهْرُبُونَ
Yakni
: Jika kalian melihat sesuatu dari mereka , maka ingatlah kepada Allah Jalla wa
'Alaa ; karena mereka pasti akan kabur melarikan diri.
[
Syarah kitab at-Tauhid , al-Mausuu'ah asy-Syaamilah 20/79].
0 Komentar