Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HADITS-HADITS TENTANG DAKWAH DAN MENGAJAR ILMU AGAMA DIJADIKAN SEBAGAI SUMBER MATA PENCAHARIAN

[Bukan Sekedar Niat, akan tetapi benar-benar melakukannya]


Di Susun oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

*****
بسم الله الرحمن الرحيم

HADITS KE 1:

Dari Sahal bin Sa’ad as-Saa’idi, berkata:

" خرج علينا رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يوماً ونحن نقريء فقال: الحمدُ لله، كتابُ الله واحدٌ، وفيكم الأحْمَرُ وفيكم الأبْيَضُ وفيكم الأسْوَد اقْرَؤوهُ قَبْل أنْ يَقْرَأَهُ أقْوامٌ يُقيمُونَهُ كما يُقَوَّمُ السَّهْمُ يَتَعَجَّلُ أَجْرَهُ ولا يتَأجَّلُهُ ".

“ Pada suatu hari Rosulullah SAW keluar menemui kami, dan saat itu kami sedang membaca al-Qur’an, maka beliau SAW bersabda:

“ Al-Hamdulillah, Kitab Allah satu, sementara di antara kalian ada yang berkulit merah, berkulit putih dan berkulit hitam (Yakni ada etnis Arab dan Non Arab).

Bacalah kalian al-Quran sebelum adanya kaum-kaum membaca al-Qur’an, mereka menegakkan bacaanya seperti anak panah yang diluruskan (yakni mereka memperbagus dan memperfasih bacaannya), namun dia mempercepat upahnya (di dunia) dan tidak menundanya (untuk akhirat).

(HR. Abu Daud 1/220 No. 831. Di Shahihkan oleh Syeikh al-Baani dlm Shohih Abu Daud 1/157 No. 741, beliau berkata: Hasan Shahih).

HADITS KE 2:

Dari Jabir bin Abdullah RA, berkata:

دَخَلَ النَّبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم المسجدَ، فإذا فيه قومٌ يَقرَؤُونَ القُرآنَ، قال: " اقْرَؤُوا القُرآنَ، وابْتَغُوا به اللهَ مِن قَبْلِ أن يَأتِيَ قَوْمٌ يُقِيمونَه إِقَامَةَ القِدْحِ، يَتَعَجَّلُونَه ولا يَتَأَجَّلُونَه".

Nabi SAW masuk masjid, dan ternyata di dalamya terdapat orang-orang yang sedang baca al-Qur’an.

Beliau SAW bersabda: “ Bacalah kalian al-Qur’an, dan dengannya semata-mata karena mengharapkan Allah, sebelum datangnya kaum yang menegakkan bacaannya seperti anak panah yang diluruskan (yakni mereka memperbagus dan memperfasih bacaanya), namun dia mempercepat upahnya (di dunia) dan tidak menundanya (untuk akhirat).

(HR. Imam Ahmad 3/357 dan Abu Daud 1/220 No. 831. Di Shahihkan oleh Syeikh al-Baani dlm Shohih Sunan Abu Daud 1/156 no. 740.

SYARAH HADITS KE 1 DAN KE 2:

Muhammad Syamsul haq al-Adziim Aabadi dalam kitabnya “عون المعبود” 3/42 [Syarah Sunan Abi Daud] berkata:

فقد أخبر النَّبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم عن مجيء أقوام بعده يُصلحون ألفاظ القرآن وكلماته ويتكلَّفون في مراعاة مخارجه وصفاته، كما يُقام القِدْح - وهو السَّهْم قبل أنْ يُعمل له رِيشٌ ولا نَصْلٌ - والمعنى: أنَّهم يُبالغون في عمل القراءة كمالَ المبالغة؛ لأجل الرِّياء والسُّمعة والمباهاة والشُّهرة. أيها الإخوة الكرام.. هؤلاء تعجَّلوا ثواب قراءتهم في الدُّنيا ولم يتأجَّلوه بطلب الأجر في الآخرة، إنهم بفعلهم يؤثرون العاجلة على الآجلة ويتأكَّلون بكتاب الله تعالى ، وهذا من أعظم أنواع هجر القرآن الكريم، فبئس ما يصنعون. 

Maka sungguh Nabi SAW telah mengkabarkan: sesudahnya akan munculnya kaum-kaum yang memperbagus lafadz-lafadz dalam membaca al-Quran dan kalimat-kalimatnya, bahkan berlebihan di dalam memperhatikan makhroj-makhroj dan sifat-sifat dari huruf-huruf al-Quran, seperti halnya orang yang memperbagus atau meluruskan batang panah sebelum di pasangkan padanya bulu-bulu dan besi tajam diujungnya.

Maksudnya: Mereka sangat berlebihan di dalam mempercantik dan menyempurnakan bacaan al-Quran dengan tujuan agar mendapatkan sanjungan dari manusia, popularitas, berbangga-banggaan dan ketenaran.

Wahai para ikhwan yang mulia, mereka adalah orang-orang yang tergesa-gesa untuk mendapatkan upah bacaan al-Qurannya di dunia, mereka tidak sabar menundanya untuk mendapatkan pahala di akhirat.

Sesungguhnya perbutan mereka itu adalah sama dengan mengutamakan dunia dari pada akhirat, dan mereka makan dan minumnya dengan Kitab Allah Ta’la. Dan ini adalah jenis perbuatan PEMBOIKOTAN al-Quran yang paling dahsyat, maka ini adalah sebusuk-busuknya yang mereka lakukan. (Baca: “عون المعبود” Syarah Sunan Abu Daud 3/42)

Dan Ibnu al-Atsir (w. 630 H) berkata:

قوله: « يقيمونه كما يُقَوَّمُ السَّهم » أي: يُحَسِّنون النُّطق به. وقوله: « يَتَعَجَّلُ أَجْرَهُ ولا يتَأجَّلُهُ » أي: يطلب بذلك أجر الدنيا من مال وجاه ومنصب، ولا يطلب به أجر الآخرة.

Sabda beliau SAW: "Mereka menegakkan bacaannya seperti halnya anak panah diluruskan " Yakni: mereka memperbagus dalam pengucapannya.

Dan sabdanya: “dia mempercepat upahnya (di dunia) dan tidak menundanya (untuk akhirat)”. Artinya: dia dengan bacaanya itu untuk mencari upah duniawi, berupa harta, kehormatan dan kedudukan. Dia tidak bertujuannya dengannya itu untuk mencari pahala akhirat.

[Baca: جامع الأصول karya Ibnu al-Atsiir 2/450 – 451].

HADITS KE 3:

Dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

(تَعَلَّموا القرآنَ، وَسَلُوا اللهَ بِهِ الجنَّةَ، قَبْلَ أنْ يَتعَلَّمَهُ قَوْمٌ، يَسْأَلُونَ به الدُّنْيا، فَإِنَّ القُرآنَ يَتَعَلَّمُهُ ثَلاثَةٌ: رَجُلٌ يُباهِي بِهِ، وَرَجُلٌ يَسْتَأْكِلُ بِهِ، وَرَجُلٌ يَقْرَأُهُ لله).

“Kalian Belajarlah Al-Quran dan mintalah kepada Allah surga dengannya, sebelum muncul satu kaum yang mempelajari Al-Quran untuk tujuan duniawi.

Sesungguhnya ada tiga kelompok yang mempelajari Al-Quran:

• Seseorang yang mempelajarinya untuk membanggakan diri,
• Seseorang yang mencari makan dengannya,
• dan seseorang yang membaca karena Allah Subhanahu Wata’ala.”

(HR. Baihaqi dan Abu ‘Ubeid dalam kitab “فضائل القرآن”, Bab: القارئ يستأكل بالقرآن hal. 206. Hadits ini di sebutkan oleh Syeikh al-Baani dalam “السلسلة الصحيحة “ 1/118-119 No. 258, dan beliau berkata:

وللحديث شواهد أخرى تؤيد صحَّته عن جماعة من الصحابة

“ Hadits ini memiliki syahid-syahid lain yang memperkuat keshahihannya dari jemaah para sahabat “)

HADITS KE 4:

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu’anhu, Rasululullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda,

بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ، وَالرِّفْعَةِ، وَالنَّصْرِ، وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ، فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمِ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ.

“Berilah kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, ketinggian, kemenangan dan kekokohan di muka bumi. Barang siapa di antara mereka melakukan amalan ukhrawi untuk meraih dunia; pada hari akhirat kelak ia tidak akan memperoleh bagian (pahala)”.

(HR. Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Haakim. Dan dinilai sahih oleh al-Hakim, adz-Dzahaby, adh-Dhiya’ al-Maqdisy juga Syeikh al-Albany dalam “صحيح الترغيب والترهيب” 23-(2) hal.116/1876)

HADITS KE 5:

Dari Imran bin Hushain رَضِيَ اللَّهُ عَنْه:

‏ ‏" أَنَّهُ مَرَّ عَلَى قَارِئٍ ‏ ‏يَقْرَأُ الْقُرْآنَ ثُمَّ يَسَأَلَ النَّاسَ بِهِ فَاسْتَرْجَعَ عِمرانُ ، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ‏ ‏يَقُولُ: " ‏مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فَلْيَسْأَلْ اللَّهَ بِهِ فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَسْأَلُونَ بِهِ النَّاسَ ".

“Suatu ketika ia melewati seorang qori sedang membaca Al-Qur'an, kemudian setelah membacanya meminta (upah) kepada orang-orang, maka Imran ber istirja’ (Yakni berkata: Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Rooji’uun dan menyuruhnya untuk mengembalikan), dan berkata: Aku mendengar Rosulullah SAW bersabda:

" Barangsiapa membaca Al Quran maka hendaknya ia memohon kepada Allah dengan Al Quran itu, karena suatu saat akan datang sekelompok kaum yang membaca Al Quran lalu mereka meminta (upah) kepada manusia dengan (bacaan) Al Quran itu ".

(HR. Turmudzi no. 2917 dan dia berkata: " Hadits Hasan ").

Dan Syeikh Al-Albany dalam sahih Targhib 2/80 no. 1433 mengatakan: " Sahih karena ada yang lainnya ". Dan dalam Sahih wa Dloif al-Jami' no. 11413 serta Shahih wa Dloif Sunan Turmudzi 6/417 no. 2917 beliau mengatakan: " Hasan ".

SYARAH HADITS:

Al-Mubaarokfuury dalam تحفة الأحوذي syarah Sunan Tirmidzi berkata:

قوله (يقرأ) أي: يقرأ القرآن.
وقوله: (ثم سأل) أي: طَلَبَ القارئُ من الناس شيئاً من الرِّزق لقراءته القرآن.
وقوله: (فاسترجع) أي: قال عمران رضي الله عنه: ﴿ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴾ [البقرة: 156]؛ لابتلاء القارئ بهذه المصيبة، وهي سؤال النَّاس بالقرآن، أو لابتلاء عمران - رضي الله عنه - بمشاهدة هذه الحالة الشَّنيعة، وهي من أعظم المصائب.

Sabda-nya: (membaca), yaitu dia membaca Al-Qur’an.
Dan sabdanya: (Kemudian dia meminta) artinya: Qoori itu meminta rizki dari orang-orang karena dia telah membaca Al-Qur'an.

Dan sabdanya: (Maka dia meminta untuk mengembalikannya) artinya: Imran radhiyallahu ‘anhu berkata: “ Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali” [Al-Baqarah: 156].

Dia berkata demikian karena perbuatan itu adalah bala / mushibah yang menimpa Qoori.

Atau karena Imran – semoga Allah meridhoinya – merasa menderita ketika menyaksikan situasi yang sangat keji ini, yang mana perbuatan tsb merupakan salah satu bencana terdahsyat.

[Baca: تحفة الأحوذي بشرح جامع الترمذي 8/235].


HADITS KE 6:

Dari Abu ad-Dardaa’ RA, Rosulullah SAW bersabda:

(مَنْ أخذَ علَى تعليمِ القرآنِ قوْسًا ، قلَّدَهُ اللهُ مكانَها قوسًا مِنْ نارِ جَهَنَّمَ يومَ القيامَةِ)

Barang siapa menerima Busur Panah dari Mengajar al-Qur’an, maka Allah akan mengalungkan sebagai gantinya kelak busur dari api neraka Jahannam pada hari Kiamat “.

(HR. al-Tabarani dalam "Musnad al-Syamiyiin" (279), dan Abu Na'im dalam "Hilyat al-Awliya'" (6/86), dan al-Bayhaqi 6/126 (12020) dengan sedikit perbedaan.

Di shahihkan oleh Syeikh al-Baani dalam kitab “صحيح الجامع “ no. 5982 dan dalam kitab “السلسلة الصحيحة “ 1/113 no. 256)

HADITS KE 7:

Dari Ubadah bin ash-Shoomit RA, berkata:

" عَلَّمْتُ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ الْكِتَابَ وَالْقُرْآنَ فَأَهْدَى إِلَيَّ رَجُلٌ مِنْهُمْ قَوْسًا فَقُلْتُ لَيْسَتْ بِمَالٍ وَأَرْمِي عَنْهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لآتِيَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلأَسْأَلَنَّهُ فَأَتَيْتُهُ
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَجُلٌ أَهْدَى إِلَيَّ قَوْسًا مِمَّنْ كُنْتُ أُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْقُرْآنَ وَلَيْسَتْ بِمَالٍ وَأَرْمِي عَنْهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ.
قَالَ صلى الله عليه وسلم: (إِنْ كُنْتَ تُحِبُّ أَنْ تُطَوَّقَ طَوْقًا مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهَا)
وعند ابن ماجه (إِنْ سَرَّكَ أَنْ تُطَوَّقَ بِهَا طَوْقًا مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهَا)
وعنه في رواية أخرى: فَقُلْتُ مَا تَرَى فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: (جَمْرَةٌ بَيْنَ كَتِفَيْكَ تَقَلَّدْتَهَا أَوْ تَعَلَّقْتَهَا).

" Aku telah mengajarkan Al Qur’an pada seseorang dari Ahli ash-Shuffah kemudian dia menghadiahiku sebuah busur (panah). Maka aku berkata:

“ Ini bukanlah harta, tetapi ini bisa digunakan untuk berjihad fii sabilillah, namun demikian aku harus menghadap dulu ke Rosulullah SAW, aku mau menanyakannya, lalu aku mendatangi beliau SAW, dan aku berkata pada nya:

“ Wahai Rosulullah, seseorang telah menghadiahi ku Busur panah, orang tsb salah seorang yang aku mengajarkan al-Kitab dan al-Qur’an padanya, dan ini bukan HARTA, dan aku bisa memanfaatkannya untuk berjihad di jalan Allah “.

Rosulullah SAW menjawab: “ Jika kau suka busur itu kelak akan dikalung kan pada dirimu dari api Neraka, maka silahkan ambil !!! “. Lalu aku pun mengembalikannya.”

Dalam lafadz lain: “ Itu Bara Api diantara dua pundakmu, kamu telah melingkarkannya atau kamu mengalungkannya “.

(HR. Imam Ahmad No. 21632, Abu Daud no. 2964 dan Ibnu Majah No. 2148).

Di Shahihkan oleh al-Haakim dan Syeikh al-Baani dlm “سلسلة الأحاديث الصحيحة” 1/115, Shahih Abu Daud no. 3416 dan dalam Shahih Turmudzi “.

HADITS KE 8:

Dari Ubay bin Ka’ab RA, dia berkata:

" عَلَّمْتُ رَجُلاً الْقُرْآنَ فَأَهْدَى إِلَيَّ قَوْسًا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالَ: (إِنْ أَخَذْتَهَا أَخَذْتَ قَوْسًا مِنْ نَارٍ) فَرَدَدْتُهَا ".

“ Aku mengajar al-Qur’an pada seseorang, lalu dia menghadiahkan Busur panah pada ku. Maka aku menceritakannya pada Rosulullah SAW, maka beliau bersabda:

“ Jika kamu mengambilnya, maka kamu telah mengambil busur dari api neraka “.

Lalu Aku mengembalikannya.

(HR. Ibnu Majah No. 2149 dan di Shahihkan oleh syeikh al-Baani dalam kitab “ إرواء الغليل “ No. 1493).

ATSAR SAHABAT DAN TABI’II:

Ada banyak atsar dari para Sahabat Nabi SAW bahwa mereka menolak untuk menerima upah mengajar ilmu agama, mereka membencinya atau melarangnya, diantara nya:

ATSAR SAHABT KE 1: ABDULLAH BIN SYAQIIQ AL-ANSHORI

Dari Abdullah bin Syaqiiq al-Anshori, berkata:

"يكره أرش المعلم، فإن أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم كانوا يكرهونه ويرونه شديداً"

“ Upah mengajar itu di benci, maka sesungguhnya para sahabat Rosulullah SAW sangat membencinya, dan sangat keras melarangnya “.

(Di riwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf 6/223 no. 884 dari kitab “البيوع والأقضية”, bab “من كره أجر المعلم”. Lihat juga “المحلى” 7/20.

Dan di riwayatkan pula dari sahabat lainnya seperti Ubadah dan lain-lainnya. Bahkan Ibnu Hazem dlm kitabnya “المحلى” 7/20 no. 1307 telah menyebutkan atsar yang banyak dari para sahabat رضي الله عنهم.

ATSAR SAHABAT KE 2: ‘AMR BIN AN-NU’MAAN رَضِيَ اللَّهُ عَنْه (عمرو بن النعمان البياضي الأنصاري)

Dari Abi Iyyaas, berkata:

كُنْتُ نَازِلاً عَلَى عَمْرِو بْنِ النُّعْمَانِ فَأَتَاهُ رَسُولُ مُصْعَبِ ابْنِ الزُّبَيْرِ حِينَ حَضَرَهُ رَمَضَانُ بِأَلْفَيْ دِرْهَمٍ فَقَالَ: إِنَّ الأَمِيرَ يُقْرِئُكَ السَّلامَ وَقَالَ إِنَّا لَمْ نَدَعْ قَارِئًا شَرِيفًا إِلا وَقَدْ وَصَلَ إِلَيْهِ مِنَّا مَعْرُوفٌ فَاسْتَعِنْ بِهَذَيْنِ عَلَى نَفَقَةِ شَهْرِكَ هَذَا.فَقَالَ:
(أَقْرِئِ الأمِيرَ السَّلامَ وَقُلْ لَهُ إِنَّا وَاللَّهِ مَا قَرَأْنَا الْقُرْآنَ نُرِيدُ بِهِ الدُّنْيَا وَدِرْهَمَهَا)

Dulu aku pernah singgah di rumah ‘Amr bin Nu’maan. Lalu datanglah kepadanya utusan Mush’ab bin Zubair ketika Bulan Ramadhan tiba sambil membawa uang 2000 dirham, maka dia berkata:

“ Sesungguhnya gubernur berkirim salam pada anda, dan dia berkata: Sesungguhnya kami tidak akan membiarkan seorang qoori’ yang terhormat kecuali aku mengirim untuknya bantuan kebaikan, maka dengan uang 2000 dirhan ini semoga bisa membantu mu untuk nafkah satu bulan ini “.

Maka beliau menjawab: Sampaikan salamku kepada Gubernur, dan tolong sampaikan pula padanya: Demi Allah sesungguhnya kami membaca al-Qur’an bukan karena dunia dan dirhamnya.

(HR, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, كتاب فضائل القرآن, من كره أن يتآكل بالقرآن 7/164).

ATSAR TABI’II: ABDURRAHMAN BIN MA’QIL (عبد الرحمن بن مَعْقِل بن مُقَرّن المُزَني)

Dari Ubeid bin al-Hasan, berkata:

قَسَمَ مُصْعَبُ بْنُ الزُّبَيْرِ مَالاً فِي قُرَّاءِ أَهْلِ الْكُوفَةِ حِينَ دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فَبَعَثَ إِلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَعْقِلٍ بِأَلْفَيْ دِرْهَمٍ فَقَالَ لَهُ اسْتَعِنْ بِهَا فِي شَهْرِكَ هَذَا ، فَرَدَّهَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَعْقِلٍ وَقَالَ:{ لَمْ نَقْرَأِ الْقُرْآنَ لِهَذَا }

Mush’ab bin az-Zubeir bagi-bagi uang untuk para Qoori’ Ahli Kuufah ketika masuk bulan Romadhan, lalu dia mengirim untuk Abdurrahman bin Mi’qool 2000 dirham, dan berkata kepadanya: “ Semoga dengan 2000 dirham ini bisa membantumu untuk satu bulan ini “.

Maka Abdurrahman bin Mi’qool menolaknya dan mengambalikannya, sambil berkata: “ Kami membaca al-Qur’an bukan untuk ini “.

(HR. Ad-Daarimii dalam Sunan nya, di Muqoddimah, bab Shiyanatul ilmi 1/152 no. 574)

AMALAN AHLI MADINAH:

إن أخذ الأجرة على تعليم العلوم الشرعية ليس عليه عمل أهل المدينة

Masyarakat Madinah al-Munawwarah tidak ada yang mengambil upah dalam mengajarkan ilmu-ilmu syar’i.

انظر: البيان والتحصيل: (8/ 452 - 454)، حاشية الدسوقي: (4/ 18)، حاشية العدوي على شرح كفاية الطالب الرباني: (2/ 197).

KAIDAH UMUM DALAM MASALAH IBADAH:

الأصل في أعمال القرب كتعليم العلم ونحوه أن يقوم بها الإنسان محتسباً مخلصاً لوجه الله عز وجل، لا يريد بذلك عرضاً من الدنيا، وهذا هو الأفضل بلا شك، وهو الذي كان عليه الصحابة والتابعون.

Pada asalnya hukum semua amalan yang diperuntukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti mengajarkan ilmu agama dan sejenisnya, adalah seseorang melakukannya harus betul-betul ikhlas semata-mata karena Allah dan dengan tujuan agar mendapatkan pahala dari-Nya. Tidak bertujuan untuk memperoleh dunia, dan Ini adalah yang paling afdlol tidak diragukan lagi, dan itulah yang diamalkan oleh para Sahabat dan Taabi'in

Allah Ta’ala berfirman:

(مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ. أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [QS. Hud: 15-16].

Ringkasnya: Belajar dan mengajar ilmu agama serta berdakwah dan berjihad itu masuk dalam katagori IBADAH.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

والصحابة والتابعون وتابعو التابعين وغيرهم من العلماء المشهورين عند الأمة بالقرآن والحديث والفقه إنما كانوا يعلِّمون بغير أجرة، ولم يكن فيهم من يعلم بأجرة أصلاً. ا.هـ.

Para Sahabat, Tabi’iin, Tabi’it Tabi’iin, dan ulama lainnya yang masyhur akan keilmuannya di kalangan Umat dalam bidang ilmu Al-Qur'an, Hadits dan Fikih, sesungguhnya mereka itu mengajar tanpa upah, dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengenal tentang upah dalam berdakwah sama sekali. (Baca: مختصر الفتاوى المصرية hal. 481 dan مجموع الفتاوى jilid 30 hal. 204).

Namun Para Fuqohaa telah sepekat akan bolehnya menerima tunjangan dari baitul maal (Kas Negara) atas pengajaran ilmu-ilmu syar’i yang membawa manfaat dan yang semisalnya. 
 
https://www.islam.com.kw



Posting Komentar

0 Komentar