Di Susun oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
DAFTAR ISI:
· PENDAHULUAN:
· ULAMA YANG MERIWAYATKAN IJMA [KONSENSUS] BAHWA BUMI ITU BULAT:
· PERTAMA: SYEIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH.
· KEDUA: IBNU HAZM ADZ-DZOHIRI:
· KETIGA: IBNU QOYYIM AL-JAUZIYAH:
· PARA ULAMA KONTEMPORER YANG BERPENDAPAT BAHWA BUMI ITU BULAT:
· FATWA AL-LAJNAH AD-DAA'IMAH:
· SYEIKH BIN BAAZ:
· SYEIKH AL-ALBAANI:
· SYEIKH IBNU UTSAIMIN:
· SYEIKH ABDUD DAA'IM AL-KUHAIL:
· SYEIKH ALI ASH-SHOLAABI:
· DALIL AYAT-AYAT AL-QUR'AN YANG MENUNJUKKAN BAHWA BUMI ITU BULAT:
· ULAMA YANG BERPENDAPAT BAHWA BUMI ITU DATAR DAN BERTEPI:
· DALIL-DALIL YANG BERPENDAPAT BAHWA BUMI ITU DATAR DAN BERTEPI:
· KESIMPULAN:
===*****===
BUMI ITU BULAT MENURUT IJMA’ PARA ULAMA
====****====
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
*****
PENDAHULUAN:
Syeikh Ali Muhammad Ash-Sholaabi dalam artikel " كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا " mengatakan:
"نَرَى الإِعْجَازَ العِلْمِيَّ فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ، فَالقَائِلُ هُوَ اللَّهُ، وَالخَالِقُ هُوَ اللَّهُ، وَالمُتَكَلِّمُ هُوَ اللَّهُ، فَجَاءَ فِي جُزْءٍ مِنْ آيَةِ قُرْآنِيَّةٍ: ﴿ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ ﴾ لِيُخْبِرَنَا إِنَّ الأَرْضَ كُرْوِيَّةٌ وَأَنَّهَا تَدُوْرُ حَوْلَ نَفْسِهَا".
Kita melihat banyak keajaiban-keajaiban ilmiah di dalam Al-Qur’an, dan itu bukan hal yang aneh karena Al-Quran adalah firman Allah . Dan Sang Pencipta alam semesta adalah Allah. Diantaranya yang terdapat dalam sebagian ayat Al-Qur'an adalah.
﴿ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ ﴾
" Dia melingkarkan malam atas siang dan melingkarkan siang atas malam. (QS. Az-Zumar: 5).
Ayat ini memberi tahu kita bahwa Bumi itu bulat dan berputar mengelilingi dirinya sendiri".
Lalu Syeikh Ali Muhammad Ash-Sholaabi berkata pula:
القُرْآنُ الكَرِيمُ لَا يَقُولُ أَبَدًا بِثَبَاتِ الْأَرْضِ أَوْ بِأَنَّهَا مُسْطَحَةٌ.
اكْتَشَفَ عُلَمَاءُ الْفَلَكِ حَقِيقَةً أَنَّ الْأَرْضَ كُرَوِيَّةُ الشَّكْلِ بَعْدَ دِرَاسَاتٍ وَبُحُوْثٍ اسْتَغْرَقَتْ عَشْرَاتِ السِّنِينَ، وَلَكِنَّ قَبْلَ أَكْثَرَ مِنْ 1400 عَامًا كَانَ لِلْقُرْآنِ الكَرِيمِ السَّبْقُ فِي ذِكْرِ هَذِهِ الْحَقِيقَةِ، حَيْثُ تُشِيرُ آيَاتُهُ وَتُؤَكِّدُ عَلَى أَنَّ الْأَرْضَ كُرَوِيَّةُ الشَّكْلِ، وَهِيَ بِذَلِكَ لَيْسَتْ فِي حَقِيقَتِهَا مُمْتَدَّةً امْتِدَادًا يَنْتَهِي عِنْدَ حَافَّةٍ مِنَ الْحَوَافِ كَمَا كَانَ يَتَصَوَّرُ الْأَقْدَمُونَ وَيَعْتَقِدُونَ، وَلَكِنَّ الْأَرْضَ ذَاتُ شِكْلٍ بَيْضَوِيٍّ كَالْكُرَةِ، وَذَلِكَ مَا تَقْتَضِيهِ سُنَّةُ الطَّبِيعَةِ فِي دَوْرَتِهَا الرَّتِيبَةِ الْمُنْتَظِمَةِ، وَمَا تَقْتَضِيهِ عَجْلَةُ الْكَوْنِ الْمُتَحَرِّكِ الدَّقِيقِ، وَلَوْ لَمْ تَكُنِ الْأَرْضُ عَلَى هَذَا النَّحْوِ مِنَ الِاسْتِدَارَةِ لَتَعَطَّلَتْ نَوَامِيسُ الْخَلْقِ عَلَى هَذَا الْكَوْكَبِ، وَلَبَاتَتْ الْحَيَاةُ عَلَى ظَهْرِهَا مَشْلُولَةً أَوْ مُسْتَحِيلَةً.
Al-Qur'an Yang Mulia tidak pernah mengatakan bahwa bumi itu diam tidak bergerak atau bumi itu didatarkan.
Para astronom menemukan fakta bahwa Bumi berbentuk bulat setelah studi dan penelitian yang memakan waktu puluhan tahun, tetapi lebih dari 1400 tahun yang lalu, Al-Qur'an menempati urutan pertama dalam menyebutkan fakta ini.
Dimana ayat-ayat al-Qur'an menunjukkan dan menegaskan bahwa bumi berbentuk bulat, dan dengan demikian sebenarnya bukanlah membentang datar yang bentangannya berakhir di salah satu tepi dari tepi-tepinya seperti yang dibayangkan dan diyakini oleh orang-orang terdahulu.
Tetapi Bumi berbentuk bulat telur seperti bola, dan itulah yang selaras dengan tuntutan hukum tabiat alam dalam siklus monotonnya yang teratur.
Dan apa yang selaras dengan tuntutan roda alam semesta yang bergerak halus dan lembut, dan jika bumi tidak berputar seperti ini, maka hukum alam makhluk di planet bumi ini akan terganggu, rusak dan terhenti. Dan kehidupan di permukaannya menjadi lumpuh atau menjadi mustahil. [Selesai Kutipan dari Syeikh Ali].
[Sumber: " كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا.. إِعْجَازٌ عِلْمِيٌّ وَسَبْقُ قُرْآنِيٌّ رِسَالَةٌ جَدِيدَةٌ للملحدين" oleh Ali ash-Sholaby]
Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:
وَأَمَّا دَلَالَةُ الْوَاقِعِ فَإِنَّ هَذَا قَدْ ثَبَتَ، فَإِنَّ الرَّجُلَ إِذَا طَارَ مِنْ جِدَّةَ مُثَلًّا مُتَّجِهًا إِلَى الْغَرْبِ خَرَجَ إِلَى جِدَّةَ مِنَ النَّاحِيَةِ الشَّرْقِيَّةِ إِذَا كَانَ عَلَى خَطٍّ مُسْتَقِيمٍ، وَهَذَا شَيْءٌ لَا يَخْتَلِفُ فِيهِ اثْنَانِ.
Adapun bukti dalam kehidupan nyata, maka ini telah terbukti. Yaitu: Jika seseorang terbang dari Jeddah, misalnya, menuju ke barat, maka dia akan kembali ke Jeddah dari timur jika dia terbang dalam garis lurus. Ini adalah sesuatu yang tak seorang pun berbeda pendapat.
[Akhir kutipan dari Fataawa Noor 'ala ad-Darb]
Dengan demikian diketahui bahwa Bumi itu bulat, dan itu tidak bertentangan dengan fakta bahwa ia bulat seperti telur. Sebaliknya pandangan yang salah adalah yang mengklaim bahwa bumi itu datar, seperti yang dulu diyakini Gereja . Dan karena alasan itulah digunakan untuk mengutuk dan membakar para ilmuwan yang mengatakan bahwa bumi itu bulat.
[Lihat: العلمانية نشأتها وتطورها (1/130)]
ULAMA YANG MERIWAYATKAN : IJMA [KONSENSUS] BAHWA BUMI ITU BULAT:
Lebih dari satu ulama telah meriwayatkan akan adanya IJMA' [konsensus] bahwa Bumi itu bulat. Diantara mereka adalah sbb:
-------
PERTAMA: SYEIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH.
Apa yang diriwayatkan Syekhul-Islam Ibnu Taimiyah - semoga Allah merahmatinya- dari Abu'l-Husain ibn al-Munaadi, dengan mengatakan:
" وَقَالَ الْإِمَامُ أَبُو الْحَسَيْنِ أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ الْمُنَادِيِّ مِنْ أُعْيَانِ الْعُلَمَاءِ الْمَشْهُورِينَ بِمَعْرِفَةِ الْآثَارِ وَالتَّصَانِيفِ الْكُبَرِ فِي فُنُونِ الْعُلُومِ الدِّينِيَّةِ مِنَ الطَّبَقَةِ الثَّانِيَةِ مِنْ أَصْحَابِ أَحْمَدَ: لَا خِلَافَ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ أَنَّ السَّمَاءَ عَلَى مِثَالِ الْكُرَةِ......".
Imam Abu'l-Husain Ahmad bin Ja'far bin al-Munaadi meriwayatkan dari para ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu pengetahuannya tentang atsar-atsar dan karya-karya tulisnya yang besar-besar dalam ilmu-ilmu agama, dari kalangan para sahabat Imam Ahmad tingkat kedua: Bahwa tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama bahwa tatasurya [yakni: Matahari, bulan, bintang dan planet] itu bulat seperti bola.....
Dan Ibnu Taimiyah berkata:
وَكَذَلِكَ أَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ الْأَرْضَ بِجَمِيعِ حَرَكَاتِهَا مِنَ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ مِثْلَ الْكُرَةِ ...
Demikian pula mereka berijma' [sepakat] bahwa bumi, dengan semua pergerakannya di daratan dan lautan adalah seperti bola.
Dan Ibnu Taimiyah untuk memperkuat pernyataanya bahwa bumi itu bulat, maka beliau berkata:
وَيَدُلُّ عَلَيْهِ أَنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالْكَوَاكِبَ لَا يُوجَدُ طُلُوعُهَا وَغُرُوبُهَا عَلَى جَمِيعِ مَنْ فِي نَوَاحِي الْأَرْضِ فِي وَقْتٍ وَاحِدٍ، بَلْ عَلَى الْمَشْرِقِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ".
Dan yang menunjukan hal itu adalah fakta bahwa matahari, bulan dan bintang tidak terbit dan terbenam pada waktu yang sama di atas mereka semua yang berada di belahan bumi yang berbeda, melainkan lebih dahulu terjadi di timur sebelum terjadi di barat. [[Akhir kutipan dari Majmu' al-Fataawa (25/195)]]
Dan Syeikhul Islam Ibnu Taimiah pernah ditanya: tentang dua orang yang berselisih tentang bagaiamana sifat langit [yakni: matahari, bulan, bintang, planet] dan bumi:
" هَلْ هُمَا " جَسْمَانِ كُرَوِيَّانِ "؟ فَقَالَ أَحَدُهُمَا كُرَوِيَّانٌ؛ وَأَنْكَرَ الْآخَرُ هَذِهِ الْمَقَالَةَ وَقَالَ: لَيْسَ لَهَا أَصْلٌ وَرَدَّهَا فَمَا الصَّوَابُ؟"
Apakah keduanya jisim yang bulat? Salah satu dari mereka berdua mengatakan: " ya", tetapi yang lain menyangkalnya dan mengatakan tidak ada dasarnya untuk itu. Lalu bagaimana pandangan yang benar?
Beliau menjawab:
" السَّمَوَاتُ مُسْتَدِيْرَةٌ عِنْدَ عُلَمَاءِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَقَدْ حَكَى إِجْمَاعُ الْمُسْلِمِيْنَ عَلَى ذَلِكَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ أَئِمَّةِ الْإِسْلَامِ: مِثْلَ أَبِي الْحَسَيْنِ أَحْمَدَ بْنَ جَعْفَرَ بْنِ الْمُنَادِيِّ أَحَدَ الْأَعْيَانِ الْكِبَارِ مِنَ الطَّبَقَةِ الثَّانِيَةِ مِنْ أَصْحَابِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ وَلَهُ نَحْوُ أَرْبَعِمِائَةِ مُصَنَّفٍ، وَحَكَى الْإِجْمَاعَ عَلَى ذَلِكَ الْإِمَامُ أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ حَزَمٍ وَأَبُو الْفَرَجِ بْنُ الْجَوْزِيِّ، وَرَوَى الْعُلَمَاءُ ذَلِكَ بِالْأَسَانِيدِ الْمَعْرُوفَةِ عَنْ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَذَكَرُوا ذَلِكَ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ، وَبَسَّطُوا الْقَوْلَ فِي ذَلِكَ بِالدَّلَائِلِ السَّمْعِيَّةِ، وَإِنْ كَانَ قَدْ أُقِيْمَ عَلَى ذَلِكَ أَيْضًا دَلَائِلُ حِسَابِيَّةٌ، وَلَا أَعْلَمُ فِي عُلَمَاءِ الْمُسْلِمِيْنَ الْمَعْرُوفِيْنَ مَنْ أَنْكَرَ ذَلِكَ، إِلَّا فِرْقَةً يَسِيْرَةً مِنْ أَهْلِ الْجِدَلِ لَمَّا نَاظَرُوْا الْمُنْجِمِيْنَ قَالُوا عَلَى سَبِيْلِ التَّجْوِيْزِ: يَجُوْزُ أَنْ تَكُوْنَ مُرْبَعَةً أَوْ مُسَدَّسَةً أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، وَلَمْ يَنْفُوْا أَنْ تَكُوْنَ مُسْتَدِيْرَةً، لَكِنْ جَوَّزُوْا ضِدَّ ذَلِكَ، وَمَا عَلِمْتُ مِنْ قَالَ إِنَّهَا غَيْرُ مُسْتَدِيْرَةٍ - وَجَزَمَ بِذَلِكَ - إِلَّا مَنْ لَا يُؤَبِّهِ لَهُ مِنَ الْجُهَالِ..."
Langit-langit [planet, bintang, bulan, bumi dan matahri] itu bulat, menurut para ilmuwan Muslim. Lebih dari satu ulama dan Imam kaum Muslimin meriwayatkan bahwa umat Islam telah ber-Ijma' [sepakat] akan hal itu, sebagaimana Abu'l-Husain Ahmad ibn Ja'far ibn al-Munaadi, salah satu tokoh terkemuka di antara para sahabat Imam Ahmad tingkat kedua [الطبقة الثانية], dan dia telah menulis sekitar 400 kitab.
Dan telah menghikayatkan Ijma' pula dalam hal ini Imam Abu Muhammad ibn Hazm dan Abu'l-Faraj ibnu al-Jauzi.
Dan para ulama meriwayatkan hal itu dengan sanad-sanad riwayat yang makruf dari para Sahabat dan Taabi'in. Dan mereka menyebutkan bahwa hal itu dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
Mereka membahasnya secara luas dan rinci dengan dalil-dalil as-Sam'iyyah [al-Quran dan Hadits]. Ada juga dalil yang dibangun diatas perhitungan. Dan saya tidak tahu seorang pun di antara para ilmuwan Muslim yang terkenal yang menyangkal hal itu, kecuali kelompok yang sedikit dari mereka para ahli berdebat, ketika mereka berdebat dengan para astrolog.
Mereka berkata dengan memungkinkannya: " Bumi itu mungkin persegi, heksagonal, atau lainnya".
Dan mereka tidak menyangkal bahwa itu bulat, tetapi mereka memungkinkannya jika bumi tidak bulat. Saya tidak tahu siapa pun yang mengatakan bahwa bumi itu tidak bulat - dengan pasti - kecuali beberapa ORANG BODOH yang tidak ada orang yang memperhatikannya.
[Akhir kutipan dari Majmu' al-Fataawa (6/586)]
------
KEDUA: IBNU HAZM ADZ-DZOHIRI:
Abu Muhammad ibnu Hazm (semoga Allah merahmatinya) mengatakan:
" مَطْلَبُ بَيَانِ كُرَوِّيَّةِ الْأَرْضِ:
قَالَ أَبُو مُحَمَّدٌ وَهَذَا حِينَ نَأْخُذُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى فِي ذِكْرِ بَعْضِ مَا اعْتَرَضُوا بِهِ وَذَلِكَ أَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّ الْبَرَاهِينَ قَدْ صَحَّتْ بِأَنَّ الْأَرْضَ كُرَوِّيَّةٌ وَالْعَامَّةُ تَقُولُ غَيْرَ ذَلِكَ وَجَوَابُنَا وَبِاللَّهِ تَعَالَى التَّوْفِيقُ إِنْ أَحَدٌ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ الْمُسْتَحِقِّينَ لِاسْمِ الْإِمَامَةِ بِالْعِلْمِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ لَمْ يُنْكِرُوا تَكْوِيرَ الْأَرْضِ وَلَا يَحْفَظُ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي دَفْعِهِ كَلِمَةٌ بَلْ الْبَرَاهِينَ مِنَ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ قَدْ جَاءَتْ بِتَكْوِيرِهَا"
قَالَ الله عز وَجل: {يكور اللَّيْل على النَّهَار ويكور النَّهَار على اللَّيْل}. وَهَذَا أوضح بَيَان فِي تكوير بَعْضهَا على بعض مَأْخُوذ من كور الْعِمَامَة وَهُوَ إدارتها وَهَذَا نَص على تكوير الأَرْض ودوران الشَّمْس كَذَلِك
Mathlab [Pasal]: Penjelasan bahwa bumi itu bulat:
Abu Muhammad berkata: Dan ini saatnya kami akan membahas sebagian argumen orang-orang yang mereka tentang [yaitu mereka yang berkata: bumi itu bulat].
Yang demikian itu karena mereka berkata: Ada argumen-argumen yang shahih bahwa bumi itu bulat, akan tetapi orang awam pada umumnya mengatakan sebaliknya. Dan jawaban kami – wabillaahi at-Taufiiq – terhadap mereka yang mengingkari bumi bulat adalah:
Bahwa tidak ada seorang pun dari kalangan para imam kaum Muslimin yang layak disebut imam atau pemimpin dalam ilmu (semoga Allah meridhoi mereka) yang menyangkal bahwa bumi itu bulat, dan tidak ada riwayat dari mereka untuk menyangkal hal itu.
Bahkan dalil dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah menyatakan bahwa bumi itu bulat.
Allah SWT berfirman:
{يكور اللَّيْل على النَّهَار ويكور النَّهَار على اللَّيْل}
" Dia melingkarkan malam atas siang dan melingkarkan siang atas malam. (QS. Az-Zumar: 5).
Dan ini adalah pernyataan yang paling jelas dalam pelingkaran satu sama lain, diambil dari [كور الْعِمَامَة] melingkarkan kain sorban, yaitu memutarkannya [di kepala], dan ini adalah nash tentang bulatnya bumi dan juga perputaran matahari [berputar mengelilingi bumi].......... ".
[Akhir kutipan dari al-Fasl fi'l-Milal wa'l-Ahwa' wan-Nihal (2/78)]
------
KETIGA: IBNU QOYYIM AL-JAUZIYAH:
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata:
كمكابرتهم إيَّاهُم فِي كَون الأفلاك كروية الشكل وَالْأَرْض كَذَلِك وَأَن نور الْقَمَر مُسْتَفَاد من نور الشَّمْس وَأَن الْكُسُوف القمرى عبارَة عَن انمحاء ضوء الْقَمَر بتوسط الأَرْض بَينه وَبَين الشَّمْس من حَيْثُ انه يقتبس نوره مِنْهَا. وَالْأَرْض كرة وَالسَّمَاء مُحِيطَة بهَا من الجوانب فَإِذا وَقع الْقَمَر فِي ظلّ الأَرْض انْقَطع عَنهُ نور الشَّمْس
كَمَكَابِرَتِهِمْ إِيَّاهُمْ فِي كَوْنِ الْأَفْلاَكِ كُرُوِّيَّةِ الشَّكْلِ وَالْأَرْضِ كَذَلِكَ وَأَنَّ نُوْرَ الْقَمَرِ مُسْتَفَادٌ مِنْ نُوْرِ الشَّمْسِ وَأَنَّ الْكُسُوفَ الْقَمَرِيَّ عَبَارَةٌ عَنْ انْمِحَاءِ ضَوْءِ الْقَمَرِ بِتَوْسُطِ الْأَرْضِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الشَّمْسِ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُ يَقْتَبِسُ نُوْرَهُ مِنْهَا. وَالْأَرْضِ كُرَّةٌ وَالسَّمَاءُ مُحِيطَةٌ بِهَا مِنَ الْجَوَانِبِ فَإِذَا وَقَعَ الْقَمَرُ فِي ظِلِّ الْأَرْضِ انْقَطَعَ عَنْهُ نُوْرُ الشَّمْسِ.
“Seperti halnya keras kepala mereka untuk menerima kenyataan bahwa keadaan tata surya alam semesta itu berbentuk bulat dan bumi juga seperti itu.
Demikian juga keras kepala mereka pada kenyataan bahwa gerhana bulan itu terjadi karena cahaya bulan terhalang oleh bumi yang terletak di tengah antara bulan dan matahari ; karena bulan itu menarik cahayanya darinya.
Dan Bumi itu bulat dan langit mengelilinginya dari semua sisi, jadi ketika bulan berada di posisi di bawah naungan bumi, maka cahaya matahari terputus darinya.
[Baca: Miftah Daris Sa’adah 2/212, Darul Kutub Ilmiyah, Koiro, Syamilah].
*****
PARA ULAMA KONTEMPORER
YANG BERPENDAPAT BAHWA BUMI ITU BULAT:
Demikian juga pendapat bahwa beberapa ulama kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dan ulama lainnya.
-----
FATWA AL-LAJNAH AD-DAA'IMAH:
Pertanyaan keempat dari Fatwa No. (9544):
س٤: هَلْ الْأَرْضُ كُرَوِيَّةٌ أَمْ مُسَطَّحَةٌ؟
ج ٤: الْأَرْضُ كُرَوِيَّةٌ فِي كُلِّهَا، مُسَطَّحَةٌ فِي بَعْضِ الْأَمَاكِنِ.
وَبِاللَّهِ التَّوْفِيقِ، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبَحْوَثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالإِفْتَاءِ
عَضُو... نَائِبُ الرَّئِيسِ... الرَّئِيسِ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ غُدَيَّان... عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَفِيفِي... عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَازٍ
Pertanyaan ke 4: Apakah Bumi itu bulat atau datar?
Jawaban ke 4: Bumi itu secara keseluruhan bulat, namun bagiannya datar.
Wa billaahi at-Taufiiq, dan semoga berkah dan damai Allah dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Al-Lajnah ad-Daa'imah lil Buhuts al-Ilmiyyah wal Iftaa
Anggota... Wakil Ketua... Ketua: Abdullah bin Ghadian... Abdul Razzaq Afifi... Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
-----
SYEIKH BIN BAAZ:
Syeikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah – pernah di tanya:
هَلْ الْأَرْضُ كُرَوِيَّةٌ أَمْ سَطْحِيَّةٌ؟
Apakah Bumi itu bulat atau datar?
JAWABANNYA:
الْأَرْضُ كُرَوِيَّةٌ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ قَدْ حَكَى ابْنُ حَزْمٍ وَجَمَاعَةٌ آخَرُونَ إجْمَاعَ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى أَنَّهَا كُرِّيَّةٌ، يَعْنِي: أَنَّهَا مُنْضَمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ مُدَرَّمَحَةٌ كَالْكُرَّةِ، لَكِنَّ اللَّهَ بَسَطَ أَعْلَاهَا لَنَا وَجَعَلَ فِيهَا الْجِبَالَ الرَّوَاسِيَ وَجَعَلَ فِيهَا الْحَيَوَانَ وَالْبِحَارَ رَحْمَةً بِنَا وَلِهَذَا قَالَ: وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ [الْغَاشِيَةُ:20] فَهِيَ مُسْطَحَةُ الظَّاهِرِ لَنَا لِيَعِيشَ عَلَيْهَا النَّاسُ وَيَطْمَئِنَّ عَلَيْهَا النَّاسُ، فَكَوْنُهَا كُرَوِيَّةً لَا يَمْنَعُ تَسْطِيحُ ظَاهِرِهَا لِأَنَّ الشَّيْءَ الْكَبِيرَ الْعَظِيمَ إِذَا سَطَحَ صَارَ لَهُ ظَهْرٌ وَاسِعٌ.
Bumi itu bulat menurut para ahli ilmu. Ibnu Hazm dan sekelompok jemaah lainnya telah meriwayatkan IJMA' [konsensus[para ahli ilmu bahwa ia adalah bulat, artinya: ia tersusun satu sama lain menjadi satu bulatan seperti bola. Akan tetapi Allah membentangkan bagian permukaannya untuk kita dan menjadikan gunung-gunung yang terpancang di dalamnya, serta menjadikan binatang-binatang dan lautan sebagai rahmat bagi kita. Itulah sebabnya Dia berfirman:
وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? [QS. al-Ghosyiah: 20]
Maka bumi itu secara lahiriah nampak terhamparkan bagi kita sehingga orang-orang dapat hidup di atasnya serta merasa tenang dan nyaman diatasnya.
Meskipun berbentuk bulat seperti bola namun tidak menghalangi perataan permukaannya, karena benda yang sangat besar itu jika didatarkan, maka sangat memungkinkan karena ia memiliki permukaan yang sangat luas.
[Sumber: نور على الدرب / كروية الأرض / https://binbaz.org.sa › fatwas]
----
SYEIKH AL-ALBAANI:
Sikap Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di mana beliau menggabungkan kedua ilmu yaitu fakta ilmu dunia dan “yang tersirat” dalam Al-Quran dan Sunnah.
Berikut ini tanya jawab beliau:
س: سُؤَالٌ مِنْ مُسْلِمٍ بَرِيطَانِيٍّ / هَلْ فِي رَأْيِكُمْ أَنَّ الْعَالَمَ كُرَوِيٌّ أَوْ مُسْتَقِيمٌ؟
ج: الشَّيْخُ: هَذَا السُّؤَالُ جُغْرَافِيٌّ وَإِلَّا دِينِيٌّ؟
س: كِلَاهُمَا
ج: الشَّيْخُ: كُرَوِيٌّ
Pertanyaan untuk syaikh Al-Albani dari seorang muslim di Inggris:
Penanya: Apa pendapatmu, apakah bumi itu bulat atau datar?
Syaikh: Apakah ini pertanyaan geografi atau pertanyaan agama?
Penyanya: Keduanya
Syaikh: Bumi itu bulat-bola
[Sumber: Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/436].
Dan Syaikh Al-Albani yang menyatakan bahwa bumi itu berputar dan beliau pun membawakan dalil dan penjelasannya. Syaikh Al Albani berkata:
نَحْنُ فِي الْحَقِيقَةِ لَا نَشُكُّ فِي أَنَّ قَضِيَّةَ دَوْرَانِ الْأَرْضِ حَقِيقَةٌ عِلْمِيَّةٌ لَا تُقَبِّلُ جَدْلًا.
“Kami sejatinya tidak ada keraguan bahwa berputarnya bumi merupakan fakta yang ilmiah dan tidak bisa terbantahkan”.
[Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/497. Simak juga penjelasan beliau di sini: https://www.youtube.com/watch?v=PdBDFXtYKhU].
Namun beliau menjelaskan setelah tanya jawab diatas bahwa tidak ada dalil tegas tentangnya, beliau berkata:
لَيْسَ هُنَاكَ نَصٌّ قَاطِعٌ يُؤَيِّدُ أَحَدَ الْوَجْهَيْنِ الْمُخْتَلِفَيْنِ ... بَعْضُ الْآيَاتِ مِنَ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ الَّتِي تَتَعَلَّقُ بِهَذَا الْمَوْضُوعِ يُمْكِنُ أَنْ يُفْهَمَ مِنْهَا ثَبَاتُ الْأَرْضِ وَسَطَحِيَّتُهَا، وَالْبَعْضُ الْآخَرُ يُمْكِنُ أَنْ يُفْهَمَ مِنْهَا حَرَكَتُهَا وَدُورَانُهَا.
“Tidak ada dalil tegas yang mendukung dua pendapat yang berbeda ini… sebagian ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hal ini bisa jadi dipahami bahwa bumi itu tetap dan datar dan sebagian ayat lainnya bisa saja dipahami bumi bergerak dan berputar.”
Bahkan beliau menegaskan selanjutnya, permasalahan bumi itu bulat atau datar bukanlah permasalahan aqidah, beliau berkata :
وَلِهَذَا قُلْنَا أَنَّ هَذِهِ لَيْسَتْ مَسْأَلَةً اعْتِقَادِيَّة
“Karenanya kami katakan bawa masalah ini bukanlah masalah i’tiqadiyah”[Lihat Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/436].
------
SYEIKH IBNU UTSAIMIN:
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:
"الْأَرْضُ كُرَوِيَّةٌ بِدَلَالَةِ الْقُرْآنِ، وَالْوَاقِعِ، وَكَلَامِ أَهْلِ الْعِلْمِ، أَمَّا دَلَالَةُ الْقُرْآنِ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: (يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ)، وَالتَّكْوِيرُ جَعَلَ الشَّيْءَ كَالْكُورِ، مِثْلَ كُورِ الْعِمَامَةِ، وَمِنَ الْمَعْلُومِ أَنَّ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ يَتَعَاقَبَانِ عَلَى الْأَرْضِ، وَهَذَا يَقْتِضِي أَنْ تَكُونَ الْأَرْضُ كُرَوِيَّةً؛ لِأَنَّكَ إِذَا كَوَّرْتَ شَيْئًا عَلَى شَيْءٍ، وَكَانَتِ الْأَرْضُ هِيَ التِّيَ يَتَكَوَّرُ عَلَيْهَا هَذَا الْأَمْرُ لَزِمَ أَنْ تَكُونَ الْأَرْضُ التِّيَ يَتَكَوَّرُ عَلَيْهَا هَذَا الشَّيْءُ كُرَوِيَّةً.
وَأَمَّا دَلَالَةُ الْوَاقِعِ فَإِنَّ هَذَا قَدْ ثَبَتَ، فَإِنَّ الرَّجُلَ إِذَا طَارَ مِنْ جِدَّةَ مِثْلًا مُتَّجِهًا إِلَى الْغَرْبِ خَرَجَ إِلَى جِدَّةَ مِنَ النَّاحِيَةِ الشَّرْقِيَّةِ إِذَا كَانَ عَلَى خَطٍّ مُسْتَقِيمٍ، وَهَذَا شَيْءٌ لَا يَخْتَلِفُ فِيهِ اثْنَانِ.
Bumi itu bulat, berdasarkan petunjuk Al-Qur'an, realitas, dan pernyataan para ilmuwan.
Adapun petunjuk Al-Qur'an adalah ayat di mana Allah berfirman:
{يُكوَّرُ اللَّيْل على النَّهَار ويكوِّر النَّهَار على اللَّيْل}
" Dia melingkarkan malam atas siang dan melingkarkan siang atas malam. (QS. Az-Zumar: 5).
Kata at-Takwiir [التَّكْوِيْر] artinya membuat sesuatu menjadi bulat melingkar, seperti melingkarkan sorban di kepala.
Dan yang sudah maklum bahwa siang dan malam itu silih berganti pada bumi, yang menyiratkan bahwa Bumi itu bulat, karena jika Anda melingkarkan atau membungkuskan sesuatu pada yang lain, dan benda yang dililitkan padanya itu adalah Bumi, maka Bumi pasti bulat.
Adapun dengan bukti dalam kehidupan nyata, maka ini telah terbukti. Yaitu: Jika seseorang terbang dari Jeddah, misalnya, menuju ke barat, maka dia akan kembali ke Jeddah dari timur jika dia terbang dalam garis lurus. Ini adalah sesuatu yang tak seorang pun berbeda pendapat.
Lalu Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah melanjutkan perkataannya:
وَأَمَّا كَلَامُ أَهْلِ الْعِلْمِ فَإِنَّهُمْ ذَكَرُوا أَنَّهُ لَوْ مَاتَ رَجُلٌ بِالْمَشْرِقِ عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ، وَمَاتَ آخَرُ بِالْمَغْرِبِ عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ، وَبَيْنَهُمَا مَسَافَةٌ، فَإِنَّ مَنْ مَاتَ بِالْمَغْرِبِ عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ يَرِثُ مَنْ مَاتَ بِالْمَشْرِقِ عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِذَا كَانَ مِنْ وَرَثَتِهِ، فَدَلَّ هَذَا عَلَى أَنَّ الْأَرْضَ كُرَوِيَّةٌ، لِأَنَّهَا لَوْ كَانَتْ الْأَرْضُ سَطْحِيَّةً لَزِمَ أَنْ يَكُونَ غُرُوبُ الشَّمْسِ عَنْهَا مِنْ جَمِيعِ الْجُهَاتِ فِي آنٍ وَاحِدٍ، وَإِذَا تَقَرَّرَ ذَلِكَ فَإِنَّهُ لَا يُمْكِنُ لَأَحَدٍ إِنْكَارَهُ، وَلَا يُشْكِلُ عَلَى هَذَا قَوْلُهُ تَعَالَى:
(أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ. وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ. وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ. وَإِلَى الأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ)
لِأَنَّ الْأَرْضَ كَبِيرَةُ الْحَجْمِ، وَظُهُورُ كُرَوِيَّتِهَا لَا يَكُونُ فِي الْمَسَافَاتِ الْقَرِيبَةِ، فَهِيَ بِحَسَبِ النَّظَرِ مُسْطَحَةً سَطْحًا لَا تَجِدُ فِيهَا شَيْئًا يُوجِبُ الْقَلَقَ عَلَيْهَا، وَلَا يُنَافِي ذَلِكَ أَنْ تَكُونَ كُرَوِيَّةً، لِأَنَّ جِسْمَهَا كَبِيرٌ جِدًّا، وَلَكِنَّ مَعَ هَذَا ذَكَرُوا أَنَّهَا لَيْسَتْ كُرَوِيَّةً مُتَسَاوِيَةَ الْأَطْرَافِ، بَلْ إِنَّهَا مُنْبَعَجَةٌ نَحْوَ الشَّمَالِ وَالْجَنُوبِ، فَهُمْ يَقُولُونَ: إِنَّهَا بَيْضَاءُ، أَيْ عَلَى شَكْلِ الْبَيْضَةِ فِي انْبِعَاجِهَا شَمَالًا وَجَنُوبًا." انتهى من "فَتَاوَى نُورٍ عَلَى الدَّرْبِ".
Dan adapun sehubungan dengan perkataan para ilmuwan, yang menyatakan:
Bahwa jika seorang laki-laki meninggal di timur saat matahari terbenam, dan yang lainnya meninggal di barat saat matahari terbenam, dan ada jarak di antara mereka ; maka orang yang meninggal di barat saat matahari terbenam akan mendapat warisan dari orang yang meninggal di timur saat matahari terbenam, jika dia adalah salah satu ahli warisnya.
Hal ini menunjukkan bahwa bumi itu bulat, karena jika bumi datar maka matahari terbenam di semua wilayah akan terjadi pada waktu yang bersamaan.
Setelah ini ditetapkan, tidak ada seorangpun yang bisa menyangkalnya. Ini tidak bertentangan dengan ayat-ayat di mana Allah Ta'ala berfirman:
(أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ. وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ. وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ. وَإِلَى الأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ)
" Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia dipancangkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? [QS. al-Ghaashiyah 88:17-20]
Karena Bumi sangat besar ukurannya dan kelengkungannya serta kebulatannya tidak dapat dilihat dari jarak dekat, maka ia tampak sebagai hamparan yang terhampar dan anda tidak dapat melihat apa pun yang membuat anda takut hidup di atasnya, akan tetapi ini tidak bertentangan dengan fakta bahwa ia bulat, karena ia jisimnya sangat besar sekali.
Namun demikian mereka tetap mengatakan bahwa bulatnya bumi itu tidak rata ujung-ujungnya; melainkan menjorok atau mendorong ke arah kutub utara dan selatan. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa itu berbentuk bulat telur.
[Akhir kutipan dari Fataawa Noor 'ala ad-Darb]
====
SYEIKH ABDUD DAA'IM AL-KUHAIL:
Syeikh Abdud Daa'im Al-Kuhail dalam " كُرَوِيَّةُ الْأَرْضِ فِي الْقُرْآنِ ":
يَقُولُ تَعَالَى: "وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ".. فَهَلْ تَعْنِي هَذِهِ الْآيَةُ أَنَّ الْآيَةَ لَيْسَتْ كُرَوِيَّةً ؟.. دَعُونَا نَتَأَمَّل...
طَالَمَا ظَنَّ الْبَشَرُ أَنَّ الْأَرْضَ مُسْطَحَةً حَتَّى جَاءَ الْعَصْرُ الْحَدِيثُ حَيْثُ تَبَيَّنَ أَنَّ أَرْضَنَا عَبَارَةٌ عَنْ كُرَةٍ تَدُورُ حَوْلَ نَفْسِهَا بِسُرْعَةٍ تَبْلُغُ 1600 كِلُومِتْرٍ فِي السَّاعَةِ.. أَيْ أَسْرَعُ مِنَ الصَّوْتِ (حَيْثُ تَبْلُغُ سُرْعَةُ الصَّوْتِ 1200 كِلُومِتْرٍ فِي السَّاعَةِ).
إِنَّ الْقُرْآنَ الْكَرِيمَ لَا يَقُولُ أَبَدًا بِثَبَاتِ الْأَرْضِ أَوْ بِأَنَّهَا مُسْطَحَةٌ، بَلْ قَالَ تَعَالَى: "وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ" [الغاشية: 20]. وَكَلِمَةٌ "سُطِحَتْ" تَعْنِي مُهِّدَتْ وَبُسِطَتْ أَمَامَ الْبَشَرِ، فَأَنْتَ مَهْمَا سِرْتَ عَلَى الْأَرْضِ تَجِدُهَا مُسْطَحَةً وَمُمَهَّدَةً أَمَامَكَ، وَهَذَا لَا يَتَحَقَّقُ إِلَّا بِالشَّكْلِ الْكُرَوِيِّ.
عِنْدَمَا نَتَأَمَّلُ سَطْحَ الْقَمَرِ مِثْلًا وَعَلَى الرَّغْمِ مِنْ أَنَّهُ كُرَوِيُّ الشَّكْلِ إلَّا أَنَّ سَطْحَهُ غَيْرُ مُمَهَّدٍ، حَيْثُ نَجِدُ فَوَّهَاتِ الْبَرَاكِيْنِ وَالْمُنْخَفِضَاتِ وَالتَّلَالَ.. كَذَلِكَ مُعْظَمُ الْكَوَاكِبِ يَكُونُ سَطْحُهَا الْخَارِجِيُّ غَيْرَ مُمَهَّدٍ.. وَهَذَا يَعْنِي أَنَّ الْأَرْضَ لَهَا سَطْحٌ مُمَهَّدٌ وَمُنَاسِبٌ لِلْحَيَاةِ.
Allah Yang Maha Kuasa berfirman:
وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? [QS. al-Ghosyiah: 20]
Jadi maksud ayat ini apakah ayat tersebut menandakan bahwa bumi tidak bulat...? Mari kita renungkan....
Sebelumnya, manusia selalu mengira bahwa bumi itu datar sampai era modern datang, ketika menjadi jelas bahwa bumi kita adalah ibarat seperti bola yang berputar sekitar dirinya dengan kecepatan 1600 kilometer per jam.. yaitu lebih cepat dari suara (di mana kecepatan suara adalah 1200 kilometer per jam).
Al-Qur’an sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa bumi itu tetap tidak bergerak atau bumi itu datar, melainkan Allah Yang Maha Tinggi hanya berfirman:
وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? [QS. al-Ghosyiah: 20]
Dan kata (سُطِحَتْ) berarti telah dipersiapkan dan dibentangkan di depan orang-orang. Maka anda tidak peduli berapa banyak anda berjalan di muka bumi, maka anda tetap akan menemukan bumi nampak datar dan terbentang di depan Anda. Dan keadaan seperti ini tidak akan bisa didapati kecuali dengan bentuk bulat.
Ketika kita merenungkan permukaan bulan - misalnya - meskipun berbentuk bulat, namun permukaannya tidak dipersiapkan dalam kondisi rata sebagaimana kita temukan pada permukaan bulan ada kawah gunung berapi, cekungan, dan perbukitan.
Demikian pula sebagian besar planet-planet, ia memiliki permukaan luar yang tidak disiapkan dalam kondisi rata.
Ini berarti Bumi memiliki permukaan yang telah disiapkan dalam kondisi rata sehingga cocok untuk kehidupan. [Selesai kutipan dari Syeikh Abdud Daa'im al-Kuhail]
-----
SYEIKH ALI ASH-SHOLAABI:
Begitu pula Ali Muhammad ash-Sholabi, dia mengatakan dalam " كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا ":
إِنَّ الْقُرْآنَ الْكَرِيمَ لَا يَقُولُ أَبَدًا بِثَبَاتِ الْأَرْضِ أَوْ بِأَنَّهَا مُسْطَحَةٌ، بَلْ قَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ﴾ [الْغَاشِيَة: 20]. وَكَلِمَةُ (سُطِحَتْ) تَعْنِي مُهَدَّتْ وَبُسِطَتْ أَمَامَ الْبَشَرِ، فَأَنْتَ مَهْمَا سِرْتَ عَلَى الْأَرْضِ تَجِدُهَا مُسْطَحَةً وَمُمْهَدَةً أَمَامَكَ، وَهَذَا لَا يَتَحَقَّقُ إِلَّا بِالشَّكْلِ الْكُرَوِيِّ.
وَلَمْ يَأْتِ الْقُرْآنُ الْكَرِيمُ بِالدَّلَائِلِ الَّتِي تُؤَكِّدُ لَنَا أَنَّ الْأَرْضَ كُرْوِيَّةٌ فِي آيَةٍ وَاحِدَةٍ … بَلْ جَاءَ بِهَا فِي آيَاتٍ مُتَعَدِّدَةٍ وَمِنْهَا قَوْلُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿ لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ ﴾ [يس: 40]. فَقَدْ جَاءَ ذَلِكَ رَدًّا عَلَى السَّابِقِينَ لِفَهْمِهِمْ أَنَّ الْيَوْمَ يَكُونُ مُبْدُوءًا بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَعْقُبُهُ اللَّيْلُ، فَكَأَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ يَقُولُ لَهُمْ: لَا يَسْبِقُ النَّهَارُ اللَّيْلَ وَلَا يَسْبِقُ اللَّيْلُ النَّهَارَ، وَلَكِنَّهُمَا كِلَيْهِمَا مَوْجُودَانِ مَعًا وَفِي آنٍ وَاحِدٍ.
وَمِنَ الْمَعْلُومِ أَنَّ أَجْزَاءَ الْأَرْضِ تَتَفَاوَتُ فِيمَا بَيْنَهَا مِنْ حِيثُ إِقْبَالِ النَّهَارِ بِضِيَائِهِ أَوْ حُلُولِ اللَّيْلِ بِسَوَادِهِ، فَبَيْنَمَا تَزْهُو بُقَاعٌ مِنَ الْأَرْضِ بِضِيَاءِ الشَّمْسِ، تَسْكُنُ بُقَاعٌ أُخْرَى مِنَ الْأَرْضِ بَعْدَ أَنْ أَرْقَدهَا اللَّيْلُ بِظُلَامِهُ، وَذَلِكَ كُلُّهُ لَا يَقَعُ بِالتَّعَاقُبِ وَلَكِنَّهُ وَاقِعٌ فِي نَفْسِ الْآنِ، مَمَّا يُدْلِلُ عَلَى أَنَّ الْأَرْضَ كُرَوِيَّةً اسْتِنَادًا إِلَى الظَّاهِرِ مِنْ دَلَالَةِ النَّصِّ الْقُرْآنِيِّ :﴿وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ﴾.
Al-Qur'an tidak pernah mengatakan bahwa bumi itu diam tidak bergerak atau datar, melainkan Allah Yang Maha Tinggi berkata:
وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
"Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?" [QS. al-Ghosyiah: 20]
Dan kata (سُطِحَتْ) berarti dihamparkan dan dibentangkan di HADAPAN manusia, bukan dihadapan alam semesta. Maka tidak peduli seberapa jauh Anda berjalan di muka bumi, maka Anda akan menemukannya terhamparkan dan terbentangkan di hadapan Anda, dan ini tidak akan dapat dicapai kecuali jika bentuk bumi itu bulat.
Al-Qur'an tidak hanya mendatangkan dalil yang menegaskan kepada kita bahwa bumi itu bulat dalam satu ayat... bahkan, al-Quran mendatangkannya dalam beberapa ayat, diantaranya:
Pertama: firman Allah SWT:
﴿لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ﴾
" Tidaklah mungkin bagi matahari menyusul bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing berenang pada falak-nya". [QS. Yasin: 40]
Ayat ini datang sebagai tanggapan atas pemahaman mereka sebelumnya bahwa hitungan hari itu dimulai dengan siang dan kemudian diikuti oleh malam. Seolah-olah Allah SWT berfirman kepada mereka: Siang tidak mendahului malam dan malam pun tidak mendahului siang, tetapi keduanya ada pada waktu yang bersamaan.
Dan yang telah dumaklumi bersama bahwa bagian-bagian bumi berbeda satu sama lain dalam hal mendekatnya siang dengan terangnya atau datangnya malam dengan gelapnya.
Jadi ketika sebagian dari belahan bumi bersinar dengan cahaya matahari, maka belahan lain dari bumi dalam keadaan suasana hening setelah malam menidurkannya dengan kegelapannya.
Dan semua ini tidak terjadi secara berurutan atau salang bergantian, akan tetapi terjadi pada saat yang sama, yang menunjukkan bahwa Bumi itu bulat berdasarkan makna yang tampak dari nash Al-Qur’an:
﴿وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ﴾
" Dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing berenang pada falak-nya". [QS. Yasin: 40]
[Sumber: " كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا.. إِعْجَازٌ عِلْمِيٌّ وَسَبْقُ قُرْآنِيٌّ رِسَالَةٌ جَدِيدَةٌ للملحدين" oleh Ali ash-Sholaby]
Dikatakan pula:
الله تعالى ينزع نور النهار من أماكن الأرض التي يتغشاها الليل بالتدريج كما ينزع جلد الذبيحة عن كامل بدنها بالتدريج، ولا يكون ذلك إلا بدوران الأرض حول محورها أمام الشمس
Allah SWT secara bertahap menguliti cahaya siang hari dari tempat-tempat di bumi yang tertutup malam, seperti halnya secara bertahap menguliti kulit hewan sembelihan dari seluruh tubuhnya.
*****
DALIL AYAT-AYAT AL-QUR'AN
YANG MENUNJUKKAN BAHWA BUMI ITU BULAT:
DALIL KE 1: Firman Allah SWT:
﴿خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَ يُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَ سَخَّرَ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ﴾ [الزمر: 5].
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia melingkarkan malam atas siang dan melingkarkan siang atas malam dan mengendalikan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [QS. Az-Zumar: 5]
Takwir itu bermakna lingkaran atau melingkarkan, misalnya melingkarkan sorban pada kepala, oleh karena itu bumi itu bulat-bola dan oleh karena itu bergantian siang dan malam.
Ali Muhammad ash-Sholabi menjelaskan dalam " كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا " mengenai ayat ini:
إنَّ قوله: "وَيُكَوِّرُ" من التكوير وهو اللف، نقول كَارَ الرَّجُلُ العِمَامَةَ كَوْراً بمعنى أدارها على رأسه، وكَوَّرْتَ الشَّيْءَ إذا لففته على جهة الاستدارة وذلك كقوله تعالى:" إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ" يعني طويت كطَيِّ السِّجِل، ولابن جرير الطبري في تفسيره أن: يكور الليل على النهار ويكور النهار على الليل، أي يغشى هذا على هذا وهذا على هذا كما قال: ﴿ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ﴾ [الحديد: 6]. يستفاد مما ورد في التكوير أن المراد به اللف على هيئة الاستدارة، وبذلك فإن تكوير الليل على النهار يعني انبساطه عليه بغشائه الملتف وذلك على النحو المستدير وفي ذلك دلالة على أن الأرض مستديرة في هيئتها طبقاً لصورة الغشاء الذي يلف الأرض لفاً دائرياً على شكل الكرة.
Firman-Nya: “وَيُكَوِّرُ” berasal dari at-Takwiir [التَّكْوِيْر], yaitu membungkus atau menyelubungi.
Umpamanya Kami katakan: " كَارَ الرَّجُلُ العِمَامَةَ كَوْراً " Seorang pria melingkarkan sorban seperti lingkaran bola. Artinya: melingkarkannya atau memutarkannya pada kepalanya.
Dan ungkapan "كَوَّرْتَ الشَّيْءَ" anda memutar sesuatu jika Anda membungkusnya pada arah memutar.
Dan seperti yang difirmankan oleh Allah Yang Maha Tinggi:
﴿إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ﴾
“Apabila matahari digulung”. Artinya digulung, sama seperti firman-Nya.
﴿يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ﴾
(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. [QS. Al-Anbiyaa: 104]
Dan Ibn Jarir al-Tabari, dalam tafsirnya, mengatakan: Malam akan menutupi siang dan siang akan menutupi malam, yaitu ini menaungi ini di atas ini dan ini di atas ini sebagaimana dalam firman Allah SWT:
﴿يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ﴾
" Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam". [QS. Al-Hadiid: 6]
Dapat dipahami dari apa yang disebutkan dalam kata at-takwir bahwa yang dimaksud adalah menggulung dalam bentuk bulatan. Dan oleh karena itu, maka sesungguhnya melingkarkan malam atas siang berarti menyebar di atasnya dengan selaput pembungkusnya.
Dan itu adalah dengan cara memutar bulat, dan itu adalah indikasi bahwa bumi itu bulat bentuknya sesuai dengan gambaran selaput yang membungkus bumi dalam bungkusan melingkar berbentuk bola.
DALIL KE 2:
Di antara ayat-ayat yang menunjukkan bulatnya bumi dan perputaran nya adalah ayat-ayat tentang berlalunya malam ke siang dan berlalunya siang ke malam. Allah SWT berfirman:
﴿تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾
" Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".
Makna al-Wuluuj [الوُلُوْج] secara linguistik: masuk, dan karena tidak masuk akal untuk masuk satu waktu ke waktu lain, maka menjadi jelas bagi kita bahwa yang dimaksud dengan siang dan malam di sini adalah tempat di mana keduanya terjadi, yaitu bumi.
Dalam artian bahwa Allah SWT secara bertahap memasukkan separuh bumi yang diselimuti kegelapan malam, ke tempat separuh lain yang diselimuti terangnya siang.
Ini menunjukkan bahwa bentuk bumi bulat dan bumi berputar mengelilingi porosnya di depan matahari dengan secara tidak langsung. Akan tetapi karena sangat akurat, komprehensif dan detail sehingga sulit untuk bisa menjelaskan nya serta menggambarkannya.
AYAT LAIN YANG SEMAKNA:
Allah SWT berfirman:
﴿ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ﴾
" Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan bahwasanya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat ". [QS. Al-Hajj: 61]
Dan Allah SWT berfirman:
﴿أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَأَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ﴾
" Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [QS. Luqman: 29]
Dan Allah SWT berfirman:
﴿ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾
" Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati". [QS. Al-Hadiid: 6]
DALIL KE 3:
Dan diantara ayat-ayat yang menunjukkan kebulatan bumi dan perputarannya adalah ayat-ayat tentang penutup atau penyelubung siang dan malam. Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴾
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". [QS. Al-A'raf: 54]
Makna: غَشِيَ – يَغْشَى – غَشْيًا – غَشَايَةً: menyelubungi, menutupi, melapisi, menggauli, berkabut, berawan, mengembun, menyepuh dan membuat pandangan kabur.
Dikatakan: غَشَاهُ وَتَغَشَّاهُ الأَمْرُ artinya: menyelubungi atau menutupi.
Dan dikatakan: غَشِيَ المَرْأَةَ artinya: menggauli wanita atau berkumpul dengannya [دَخَلَ عَلَيْها]
Dan dikatakan: غُشِيَ عَلَيْه artinya: jatuh pingsan.
Dan katakan: غِشَاءُ البِكَارَة artinya: selaput keperawanan. Dan makna الغِشَاءُ adalah Tutup.
Dan Allah SWT berfirman:
﴿وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا ۖ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ﴾.
Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. [QS. Ar-Ra'd: 3]
Syeikh Ali Muhammad Ash-Sholaabi dalam artikel " كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا " menjelaskan:
وَمِنْ مَعَانِي "يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ" أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُغَطِّي بِظُلْمَةِ اللَّيْلِ مَكَانَ نُورِ النَّهَارِ عَلَى الْأَرْضِ بِالتَّدْرِيجِ فَيَصِيرُ لَيْلًا، وَيُغَطِّي بِنُورِ النَّهَارِ مَكَانَ ظُلْمَةِ اللَّيْلِ عَلَى الْأَرْضِ بِالتَّدْرِيجِ فَيَصِيرُ نَهَارًا، وَهِيَ إِشَارَةٌ لَطِيفَةٌ إِلَى كُلٍّ مِن كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا حَوْلَ مَحْوَرِهَا أَمَامَ الشَّمْسِ دَوْرَةٌ كَامِلَةٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ مُدَّتُهَا فِي زَمَنِنَا الْحَالِيِّ 24 سَاعَةً يَتَقَاسَمُهَا بِتَفَاوُتٍ قَلِيلٍ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، فِي تَعَاقُبٍ تَدْرِيجِيٍّ يَنْطِقُ بِطَلاقَةِ الْقُدْرَةِ الْإِلَهِيَّةِ الْمُبْدِعَةِ.
فَلَوْ لَمْ تَكُنِ الأَرْضُ كُرْوِيَّةَ الشَّكْلِ مَا اسْتَطَاعَتْ الدَّوْرَانَ حَوْلَ مَحْوَرِهَا وَلَوْ لَمْ تَدُرْ حَوْلَ مَحْوَرِهَا أَمَامَ الشَّمْسِ مَا تَبَادَلَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.
وَهَكَذَا نَرَى الإِعْجَازَ الْعِلْمِيَّ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، فَالْقَائِلُ هُوَ اللَّهُ، وَالْخَالِقُ هُوَ اللَّهُ، وَالْمُتَكَلِّمُ هُوَ اللَّهُ، فَجَاءَ فِي جُزْءٍ مِنْ آيَةِ قُرْآنِيَّةٍ ﴿يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ﴾ لِيُخْبِرَنَا إِنَّ الْأَرْضَ كُرْوِيَّةٌ وَأَنَّهَا تَدُورُ حَوْلَ نَفْسِهَا، وَلَا يُنَسَّجُ مَعَنَى هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ إِلَّا بِهَاتِينِ الْحَقِيقَتَيْنِ مَعًا، فَهَلْ يُوجَدُ أَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ دَلِيلٌ مَادِيٌّ عَلَى أَنَّ اللَّهَ هُوَ خَالِقُ هَذَا الْكَوْنِ؟ ﴿هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ﴾ [لقمان: 11]، وَهَذِهِ رِسَالَةٌ جَدِيدَةٌ وَصَرْخَةٌ مُدَوِّيَةٌ فِي وَجْهِ الْمُلْحِدِينَ وَزَيْفِ إدَّعَائَاتِهِمْ وَافْتِرَاءَاتِهِمْ عَلَى قُدْرَةِ اللَّهِ وَخَلْقِهِ.
Di antara makna "يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ" adalah bahwa Allah SWT secara bertahap menutupi tempat siang di bumi dengan kegelapan malam, maka menjadi malam. Dan secara bertahap pula menutupi tempat kegelapan malam di bumi dengan terangnya siang, maka menjadi siang.
Dan itu adalah isyarat yang halus tentang kebulatan bumi dan perputarannya pada porosnya di depan matahari, siklus penuh di setiap hari yang durasinya di zaman kita sekarang adalah 24 jam dibagi siang dan malam dengan sedikit perbedaan,
Ini adalah pergantian bertahap yang mengungkapkan dengan gamblang tentang qudrat ilahi dalam penciptaannya.
Jika bumi tidak berbentuk bulat, maka ia tidak akan dapat berputar pada porosnya. Dan jika tidak berputar pada porosnya di depan matahari, malam dan siang tidak akan berubah.
Kita melihat keajaiban-keajaiban ilmiah di dalam Al-Qur’an, karena yang berbicara adalah Allah dan Sang Penciptanya adalah Allah. Diantaranya yang terdapat dalam sebagian ayat Alquran.
﴿ يكور اللَّيْل على النَّهَار ويكور النَّهَار على اللَّيْل ﴾
" Dia melingkarkan malam atas siang dan melingkarkan siang atas malam. (QS. Az-Zumar: 5).
Ayat ini memberi tahu kita bahwa Bumi itu bulat dan berputar mengelilingi dirinya sendiri".
Makna dari ayat yang mulia ini hanya bisa selaras dan serasi dengan dua fakta ini secara bersamaan.
Apakah ada bukti material yang lebih banyak dari itu yang menunujukkan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta ini?
Allah SWT berfirman:
﴿ هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ ﴾
“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah oleh kalian kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(kalian) selain Allah sebenarnya orang-orang yang lalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. Luqman: 11)
Ini adalah pesan baru dan seruan nyaring kepada para atheis dan klaim palsu serta rekayasa mereka tentang kekuasaan Allah dan ciptaan-Nya. [Selesai Kutipan dari Syeikh Ali].
DALIL KE 4:
Dan diantara ayat-ayat yang menunjukkan bahwa bumi bulat dan berputar pada porosnya adalah ayat tentang gunung-gunung yang melintas sebagaimana awan-awan melintas:
Allah SWT berfirman:
﴿وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ﴾
" Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia melintas (seperti) awan melintas. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan". [QS. An-Naml: 88]
Dan melintasnya pegunungan seperti awan melintas adalah metafora untuk berputarnya bumi pada porosnya, dan metapora untuk berlarinya bumi dan berenang dalam orbitnya, karena pegunungan adalah bagian dari bumi. Dan karena selubung gas bumi tempat awan bergerak juga terkait dengan bumi melalui ikatan gravitasi. Dan gerakannya didisiplinkan dengan gerakan bumi dan awan yang diedarkan di dalamnya.
DALIL KE 5:
Di antara ayat-ayat yang menunjukkan bahwa bumi bulat dan berputar adalah ayat yang mengelupas siang dari malam. Allah SWT berfirman:
﴿وَآيَةٌ لَّهُمْ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ﴾
" Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami menguliti siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan". [QS. Yaasiin: 37].
Secara bahasa makna: سَلَخَ – يَسْلَخً – سَلاَخَةً: menguliti, mengetam, mengelupas, melepaskan dan membuka pakaian.
Dalam Kamus Lisan al-Arab karya Ibnu Mandzur di katakan:
السَّلْخُ: كُشْطُ الإِهابِ عَنْ ذيهِ، سَلَخَ الإِهابَ: كَشَطَهُ. والإِهابُ هُوَ الجِلْدُ. أي بِمَعْنَى آخَرَ فإنّ فِعْلَ السَّلْخِ يَقْتَصِرُ عَلَى إزَالَةِ جُلُودِ الْحَيَوَانَاتِ، حَيْثُ يَقُومُ الجَزَّارُ أَوِ اللَّحَّامُ بِشَدِّ الجِلْدِ بِقُوَّةٍ بَعِيداً عَنْ اللَّحْمِ وَيَقُومُ بِفَصْلِهِمَا بِسَكِّينٍ. فَمَا عَلاقَةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ بِسَلْخِ جُلُودِ الْحَيَوَانَاتِ؟
As-Salkh [السَّلْخُ]: mengikis kutikula dari kulitnya. Menguliti kutikula adalah: mengikisnya. Kutikula adalah kulit. Dengan kata lain: bahwa menguliti itu hanya sebatas membuang kulit hewan. Di mana tukang jagal atau tukang daging menarik kulit dari daging dan memisahkannya dengan pisau.
Gambar menguliti kulit kambing
Ali ash-Sholaby dalam: " كُرَوِيَّةُ الأَرْضِ وَدَوْرَانُهَا.. إِعْجَازٌ عِلْمِيٌّ وَسَبْقُ قُرْآنِيٌّ رِسَالَةٌ جَدِيدَةٌ للملحدين" berkata:
"وَمَعْنَى ذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِعُ نُورَ النَّهَارِ مِنْ أَمَاكِنِ الْأَرْضِ الَّتِي يَتَغَشَّاهَا اللَّيْلُ بِالتَّدْرِيجِ كَمَا يَنْزِعُ جِلْدَ الذَّبِيحَةِ عَنْ كَامِلِ بَدَنِهَا بِالتَّدْرِيجِ، وَلَا يَكُونُ ذَلِكَ إِلَّا بِدَوْرَانِ الْأَرْضِ حَوْلَ مَحْوَرِهَا أَمَامَ الشَّمْسِ، وَفِي هَذَا النَّصِ الْقُرْآنِيِّ سَبَقَ بِالْإِشَارَةِ إِلَى رَقَّةِ طَبَقَةِ النَّهَارِ فِي نِصْفِ الْكُرَةِ الْأَرْضِيَّةِ الْمُوَاجِهَةِ لِلشَّمْسِ وَهِيَ حَقِيقَةٌ لَمْ يُدْرِكْهَا الْإِنْسَانُ إِلَّا بَعْدَ زِيَارَةِ الْفَضَاءِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ الْقَرْنِ الْعِشْرِينَ، وَاتَضَحَتْ كَذَلِكَ لَمْحَةُ الْإِعْجَازِ الْقُرْآنِيِّ فِي تَشْبِيهِ انْحِسَارِ طَبَقَةِ النَّهَارِ الرَّقِيقَةِ عَنْ ظَلَمَةِ اللَّيْلِ بِسَلْخِ جِلْدَةِ الذَّبِيحَةِ الرَّقِيقَةِ فِي كَامِلِ بَدَنِهَا وَفِي التَّأْكِيدِ عَلَى أَنَّ الظُّلْمَ هُوَ الْأَصْلُ فِي الْكَوْنِ، وَأَنَّ نُورَ النَّهَارِ ظَاهِرَةٌ رَقِيقَةٌ عَارِضَةٌ لَا تَظْهَرُ إِلَّا فِي الطَّبَقَاتِ الدُّنْيَا مِنْ الْغِلَافِ الْغَازِيِّ لِلْأَرْضِ فِي نِصْفِهَا الْمُوَاجِهِ لِلشَّمْسِ، وَالَّذِي يَتَحَرَّكُ بِاِسْتِمْرَارٍ مَعَ دَوْرَانِ الْأَرْضِ حَوْلَ مَحْوَرِهَا أَمَامَ الشَّمْسِ".
Artinya, Allah Ta'aala secara bertahap menguliti cahaya siang hari dari tempat-tempat di bumi yang tertutup malam, sebagaimana menguliti kulit hewan sembelihan secara bertahap dari seluruh tubuhnya. Ini han.ya mungkin terjadi jika bumi berputar pada porosnya di depan matahari.
Nash Al-Qur’an ini, telah mendahalui sains dalam mengisyaratkan tipisnya lapisan siang hari di belahan bumi yang menghadap matahari. Ini sebuah fakta ilmiyah yang tidak disadari manusia hingga setelah ada astronot yang mengunjungi ruang angkasa pada paruh kedua abad ke-20.
Dan keajaiban Al-Qur’an juga terlihat jelas dalam mengibaratkan tipisnya siang yang surut dari gelapnya malam dengan pengelupasan kulit hewan sembelihan yang tipis di sekujur tubuhnya.
Dan juga dalam menegaskan bahwa kegelapan adalah asal muasal alam semesta.
Dan siang hari itu adalah Fenomena tipis melintang dan itu hanya muncul di lapisan bawah selubung gas bumi di setengah bagian yang menghadap matahari. Yang terus bergerak mengikuti perputaran bumi pada porosnya di depan matahari.
Husein Ahmad Kaatib dalam artikel [[الإعجاز العلمي في سورة يس – 37]] menjelaskan:
" Apa keajaiban ilmiah dalam Al-Qur'an tentang hal ini? Semua orang tahu bahwa ada siang dan malam, dan saat matahari terbenam, malam datang dan dunia menjadi gelap, bukankah begitu?
Inilah yang diyakini kebanyakan orang, akan tetapi realitas ilmiah berbeda, karena malam itu tidaklah datang, melainkan yang benar adalah siang pergi, jadi malam (kegelapan) itu adalah keadaan yang berlaku, dan terang adalah unsur asing yang masuk.
Inilah yang terjadi pada saat siang hari, karena cahaya matahari menghilangkan kegelapan. Dan pada saat matahari terbenam, maka cahaya matahari pergi, sementara malam (kegelapan) tetap ada. Inilah yang dikatakan oleh ayat mulia:
﴿وَآيَةٌ لَّهُمْ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ﴾
" Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami kuliti siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan". [QS. Yaasiin: 37].
Gambar bola dunia saat matahari terbenam dari Stasiun Luar Angkasa Internasional dari ketinggian 380 km. Di mana nampak siang terkelupas dari malam.
Arah cahaya yang sebenarnya dan arah cahaya yang diperkirakan. Karena matahari berada di sebelah kanan gambar, dan karena cahaya bergerak dalam garis lurus, maka yang diperkirakan bentuk cahayanya akan seperti yang ditunjukkan di dalam lingkaran pada gambar kiri yang gambar yang diperkirakan [الشكل المتوقع]". Namun yang sebenarnya terjadi pada “gambar yang asli [الصورة الأصلية]” justru sebaliknya.
Akan Tapi bagaimana tentang menguliti [السَّلْخُ]?
Karena letak matahari berada di sebelah kanan gambar, maka arah dan bentuk cahaya seharusnya seperti yang ditunjukkan pada "gambar yang diperkirakan [الشكل المتوقّع]", namun kenyataan menunjukkan sebaliknya karena lapisan atas atmosfer bertindak sebagai cermin dan memantulkan sinar matahari yang jatuh padanya (setelah matahari terbenam) dari bagian bawah atmosfer menuju Bumi. Oleh karena itu, cahaya tetap menyala bahkan setelah matahari terbenam hingga waktu shalat Isya.
Gambar menunjukkan fenomena pantulan cahaya, bahwa sudut jatuhnya cahaya sama dengan sudut pantul
Inilah yang membuat orang yang memandang dari pesawat atau stasiun luar angkasa bahwa ia nampak terkuliti.
Di sini keajaiban ilmiah terbukti dalam ayat ini:
Pertama: karena fenomena ini tidak dapat dilihat dari permukaan bumi, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak memiliki pesawat terbang atau stasiun ruang angkasa untuk mengamati fenomena ini dan membicarakannya.
Dan kedua : karena ayat terkulitinya siang dari malam tampaknya tidak masuk akal pada pandangan pertama, kecuali dengan mengetahui bahwa lapisan atas atmosfer memantulkan cahaya.
{أَلَمْ تَرَ إِلَىٰ رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ ٱلظِّلَّ وَلَوْ شَآءَ لَجَعَلَهُۥ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا ٱلشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا}
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang. Dan jika Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu. [QS. Al-Furqan: 45].
Dan itu mengembalikannya ke permukaan bumi, dan ini adalah fenomena yang belum disetujui oleh sains modern hingga tanggal penerbitan artikel tersebut. Anda belum yakin?
Siapa pun yang ingin membicarakan fenomena ini juga harus menyadari kebulatan Bumi dan fakta bahwa Bumi berputar mengelilingi dirinya sendiri.
Ingatlah bahwa ilmuwan Galileo meninggal saat dia ditahan karena dia mengakui bahwa bumi itu bulat, dan ini terjadi pada tahun 1642.
Sekarang ide dan penemuannya telah menjadi jelas. Namun dapatkah Anda menggambarkan hubungan siang dan malam? Misalnya, malam menggantikan siang, menutupinya, atau mengusirnya?
Allah Yang Mahakuasa menggambarkannya dalam Al-Qur'an di Surat Al-A'raf - 36:
﴿اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ ۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًا ۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُ ۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ﴾
" Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam". (QS. Al-A’raf: 54)
Nash serupa disebutkan dalam: Surat Al-Ra'd - 3
﴿ وَهُوَ الَّذِيْ مَدَّ الْاَرْضَ وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْهٰرًا ۗوَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِيْهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ﴾
" Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir". (QS. Ar-Ra’d: 3)
Dan dalam surat al-Lail: 1:
﴿وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰى ۙ. وَالنَّهَارِ اِذَا تَجَلّٰى﴾
" Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Demi siang apabila telah nampak [terang benderang] ". (QS. Al-Lail: 1- 2)
Sesungguhnya orang yang berani berbicara tentang subjek ilmiah yang mendalam dengan keyakinan penuh seperti ini pada 1400 tahun yang lalu ; maka dia pasti memiliki pengetahuan atau memperoleh pengetahuan ini dari sumber yang dapat dipercaya!
Jawabannya jelas dan terang benderang, yaitu wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:
﴿وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى. اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰى ۙ. عَلَّمَهٗ شَدِيْدُ الْقُوٰى﴾
"Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, (QS. An-Najm: 3-5)
*****
ULAMA YANG BERPENDAPAT :
BAHWA BUMI ITU DATAR DAN BERTEPI:
Gambar : Bumi Datar & Bertepi
Ada beberapa ulama yang berbeda pendapat dengan klaim Ijma’. Mereka menafikan bahwa bumi itu bulat seperti Al-Qahthaniy Al-Andalusy dalam kitab an-Nuniyah-nya,
كَذِبَ المُهَندِسُ والمُنَجِّمُ مِثْلَه *** فَهُمَا لِعِلْمِ اللهِ مُدَّعِيَانِ
الأرضُ عند كِلَيْهِما كُرَوِيَّةٌ *** وَهُمَا بِهَذا القَوْلِ مُقْتَرِنَان
والأرْضُ عِنْدَ أُولِي النُّهَى لَسَطِيْحَةٌ *** بِدَلِيْلِ صِدْقٍ وِاضِحِ القُرْآنِ
“Telah berbohong ilmuan dan astronom yang semisal *** mereka mengklaim atas ilmu Allah”
“Bumi menurut mereka bulat *** mereka bergandengan dengan pendapat ini”
“Bumi menurut ahli ilmu agama adalah datar *** dengan dalil yang jelas dari Al-Quran”
[Nuniyyah Al-Qahthani, Maktabah As-Sudaniy, Jeddah, Syamilah].
Demikian juga dalam Tafsir Jalalain, ketika menafsirkan ayat
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghaasyiyah: 20).
Dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi itu (سُطِحَتْ) “sutihat” menunjukkan bumi itu (سطحية) “sathiyyah” yaitu hamparan, dalam tafsir dijelaskan,
سُطِحَتْ ظَاهِرٌ فِي أنَّ الأرْضَ سَطْحٌ وعَلَيْه عُلمَاءُ الشَّرْعِ لاَ كُرَّة كمَا قَالَه أهلُ الهَيْئَةِ
“Makna ‘sutihat’ zahirnya menunjukkan bahwa bumi itu datar dan dijelaskan oleh ulama, bukan bulat seperti bola sebagaimana dikatakan oleh ahli astronom”[Tafsir Jalalain 1/805, Darul Hadits, Koiro, Syamilah].
Demikian juga Al-Qurthubi dalam tafsirnya, membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan ayat,
{وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ}
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran” (Al-Hijr: 19).
Beliau Al-Qurthubi berkata,
وهُوَ يَرُدُّ عَلى مَنْ زَعَمَ أنَّها كَالْكُرَّةِ
“Ini adalah bantahan bagi mereka yang menyangka bahwa bumi itu seperti bola”
[Tafsir Al-Qurthubi 10/13, Darul Kutub Al-Mishriyyah, Koiro, 1384 H, Syamilah].
*****
DALIL-DALIL YANG BERPENDAPAT
BAHWA BUMI ITU DATAR DAN BERTEPI:
DALIL KE 1:
Yaitu posisi baitul makmur (ka’bah penduduk langit) yang berada tepat sejajar di atas ka’bah dunia di Mekkah
{وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِ. وَالسَّقْفِ الْمَرْفُوعِ. وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ}
“dan demi Baitul Ma’mur, dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api,” (QS. At-Thur: 4-6)
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
"وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِ"، بِكَثْرَةِ الْغَاشِيَةِ وَالْأَهْلِ، وَهُوَ بَيْتٌ فِي السَّمَاءِ حِذَاءَ الْعَرْشِ بِحَيَالِ الْكَعْبَةِ.
“Baitul Makmur: banyaknya yang memenuhi dan penduduknya, yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan sejajar dengan Ka’bah bumi”
[Ma’alimut Tanzil 7/382, Darut Thayyibah, cet. IV, 1414 H, syamilah.].
Mereka yang berpendapat bahwa bumi itu datar berkata:
“Bagaimana mungkin bumi bulat-bola dan berputar kemudian baitul makmur sejajar dengan baitullah di Mekkah, bagaimana bisa sejajar kalau bumi-bulat berputar? berarti baitul makmur mutar-mutar di atas langit ikut bumi? Ini tidak masuk akal. Kalau bumi datar maka masuk akal jika sejajar”.
Yang berpendapat bumi bulat membantah:
“bisa jadi, ini hal ghaib yang tidak bisa masuk akal manusia, banyak hal ghaib yang tidak masuk akal kita sekarang, seperti di hari kiamat ada yang berjalan dengan wajahnya dalam Al-Quran. Orang dahulu tidak masuk akal jika ada yang bisa pergi ke tempat yang jauh dalam semalam saja, di zaman sekarang bisa saja dengan pesawat super cepat”.
DALIL KE 2: Firman Allah SWT:
{وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ}
“Dan (apakah manusia tidak mau memikirkan) bagaimana bumi itu dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah: 20).
Yang berpendapat datar, berkata: “ini sangat jelas mengatakan bumi dihamparkan, menghamparkan permadani misalnya, tentu pada benda yang datar”.
Yang berpendapat bulat membantah:
Pertama: Makna tersebut karena di sesuaikan dengan apa yg di lihat dan di rasakan orang-orang yang tinggal di Bumi. Realita nya kita melihat tanah di sekeliling kita itu hamparan yg datar.
Fatwa Al-Lanah Ad-Daimah 26/414]: menjelaskan bahwa bumi itu datar bagi pandangan manusia dari bumi, sedangkan bentuk sebenarnya adalah bulat-bola”.
Dan Silahkan lihat penjelasan syaikh Al-Utsaimin dalam Majmu’ Fatawa wa Rasail 8/664].
Kedua: asal makna سَطْحٌ yaitu permukaan sesuatu. Di katakan: سَطْحُ البَحْرِ artinya: permukaan laut. Makanya semua orang arab mengatakan bahwa Dak rumah yg paling atas namanya سُطُوح.
Dengan demikian, bisa jadi pula yang dimaksud dengan makna ayat diatas adalah bahwa Allah swt menjadikan permukaan bumi sebagai kehidupan bagi umat manusia, bukan di bumi bagian dalamnya.
DALIL KE 3: firman Allah swt
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
Yang berpendapat datar, berkata: “ini sangat jelas mengatakan bahwa bumi itu sebagai hamparan, dan tentunya benda yang datar”.
BANTAHAN:
Kata مهاد dan juga تمهيد memiliki makna lain yaitu: " Pendahuluan alias muqoddimah alias pembukaan atau persiapan ". Oleh karena itu dalam kitab-kitab karya ilmiyah selalu di awali dengan muqoddimah atau pendahuluan.
Dan kata penduhuluannya biasanya menggunakan kata " تَمْهِيْد ". Dan tidak ada kata-kata dalam pendahuluan itu yang sangat panjang, apalagi hingga menghabiskan seluruh halaman kitab.
Atau dalam dunia pendidikan ada jenjang-jenjangnya. Diantaranya مَرْحَلَة تَمْهِيْدِيْ yakni jenjang persiapan.
Maka dengan demikian yang dimaksud dengan "مِهَادا" dalam ayat di atas adalah ; hanya sebatas di hadapan kita yang nampak sebagai hamparan.
DALIL KE 4: firman Allah SWT:
وَٱلْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَىٰهَآ
"Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya". (an-Naaziaat: 30)
Yang berpendapat datar, berkata: “ini sangat jelas mengatakan bumi dihamparkan, dengan demikian berati bumi itu datar.
BANTAHAN:
Kata (دَحَا) dan (دِحْيَةٌ) memiliki makna lain yaitu: " Bulat Telor ".
Dalam Kamus Lisaan al-Arob karya Ibnu Mandzur di katakan:
"الْأَدْحِي وَالْإِدْحِي وَالْأَدْحِيَّة وَالْإِدْحِيَّة وَالْأَدْحُوَّة: مَبِيْضُ النَّعَامِ فِي الرَّمْلِ.... وَمَدْحَى النَّعَامِ: مَوْضِعُ بَيْضِهَا، وَأَدْحِيهَا: مَوْضِعُهَا الَّذِي تُفْرِخُ فِيهِ"
" Adhaa, Idhii, Adhiyah, Idhiyah dan Udhuwah, maknanya: Tempat bertelur burung unta di pasir. Dan Madhaa an-Na'aam, artinya: tempat telurnya. Dan Udlhiya, maknanya: Tempatnya yang ia menetaskan telur di dalamnya ".
Gambar : Bumi Datar
KESIMPULAN:
Apakah bumi itu bulat atau datar maka dikembalikan kepada penelitian dan fakta ilmiah dan tentunya oleh para ahlinya dalam masalah ini.
Allah berfirman,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43).
Dalil Al-Quran dan Sunnah yang sudah pasti dan tegas (dalil qath’i) tidak akan bertentangan dengan fakta ilmiah dan akal manusia yang sehat. Sebagaimana dijelaskan bahwa tidak ada dalil tegas apakah bumi itu bulat atau datar.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan,
كُلُّ مَا قَامَ عَلَيْهِ دَلِيلٌ قَطْعِيٌّ سَمْعِيٌّ يَمْتَنِعُ أَنْ يُعَارِضَهُ قَطْعِيٌّ عَقْلِيٌّ.
“Semua yang telah ada dalil pasti/qath’i maka tidak bertentangan dengan akal yang sehat”. [Dar’ut Ta’arudh 1/80].
Dalam urain diatas kita ketahui bahwa ada ulama yang menyelisihi klaim ijma’ yang disebutkan di atas, akan tetapi klaim Ijma’ ulama tentu lebih dipertimbangkan karena klaim ijma’ diangkat oleh ulama yang sangat kompeten seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim dan Ibnu Hazm.
REFERENSI:
- Amir Abdel Aziz, إعجاز القرآن [Keajaiban Al-Qur'an], Yayasan Percetakan, Penerbitan dan Distribusi Al-Resala, Beirut. Lebanon, edisi pertama, 1983 M, hal.194.
- Zaghloul Al-Najjar, من آيات الإعجاز العلمي في القرآن الكريم [Salah Satu Ayat Keajaiban Ilmiah dalam Al-Qur’an], Toko Buku Internasional Al-Shorouk, Kairo, 2004 M, hal 170: 173.
- Ali Muhammad Muhammad al-Sallabi, المعجزة الخالدة الإعجاز العلمي في القرآن الكريم، براهين ساطعة وأدلة قاطعة [Keajaiban Abadi, Keajaiban Ilmiah dalam Al-Qur’an, Bukti Berkilauan dan Bukti Konklusif], Dar al-Ma’rifah, Beirut, 2013 M, hal.109: 111.
- Muhammad Metwally Al-Shaarawy, معجزة القرآن [The Miracle of the Qur’an], Dar Al-Akhbar Al-Youm, Kairo, 1981 M, hal 49.





0 Komentar