Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

KUMPULAN KISAH SIKAP LEMBUT NABI ﷺ TERHADAP SAHABAT YANG BERSALAH

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

----


---

DAFTAR ISI:

  1. SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP HAATHIB BIN ABI BALTA'AH RA
  2. SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP PEMUDA YANG MINTA IZIN UNTUK BERZINA
  3. SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP ORANG YANG SALAH DALAM SHOLAT
  4. SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP ORANG YANG MENINGGIKAN SUARANYA
  5. SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP BADUI YANG MENARIK SELEMPANGNYA DENGAN KUAT
  6. SIKAP LEMBUT NABI KEPADA MUSUH YANG MENGHUNUSKAN PEDANG PADANYA

*****

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

Allah SWT berfirman :

﴿فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ﴾

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [QS. Al Imran: 159]

===***===

PERTAMA : TERHADAP HAATHIB BIN ABI BALTA'AH

SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP HAATHIB BIN ABI BALTA'AH (RA), SEORANG SAHABAT YANG PERNAH MELAKUKAN PENGKHIANATAN.

Haathib bin Abu Balta’ah. Ayahnya bernama Abu Balta’ah Amru bin ‘Umair bin Salamah bin Bani Kholifah. Nama panggilanya Abu Abdullah. Pendapat lain mengatakan, Abu Muhmmad.

Mengenai asal-usulnya, satu pendapat mengatakan beliau berasal dari Mudahij, sekutu bani Asad bin Abdul Uzza.

Allah Subhanahu Wata'ala Berfirman

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1)}

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh¬Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.

Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku(janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang.

Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus". (QS AL-MUMTAHANAH AYAT 1)

Disebutkan bahwa penyebab turunnya permulaan surat yang mulia ini berkaitan dengan kisah yang dialami oleh Hatib ibnu Abu Balta'ah. Hatib adalah seorang lelaki dari kalangan Muhajirin dan juga termasuk ahli Badar (ikut dalam Perang Badar), dia mempunyai anak-anak dan juga harta yang ditinggalkannya di Mekah.

Dan dia sendiri bukan termasuk salah seorang dari kabilah Quraisy, melainkan dia hanyalah teman sepakta Usman.

Ketika Rasulullah bertekad akan menaklukkan kota Mekah, karena penduduk Mekah merusak perjanjian yang telah disepakati, maka Nabi memerintahkan kepada kaum muslim untuk membuat persiapan guna memerangi mereka, dan beliau berdoa: Ya Allah, umumkanlah kepada mereka berita kami ini.

Maka Hatib dengan sengaja menulis sepucuk surat ditujukan kepada orang-orang Quraisy melalui seorang wanita suruhannya. Tujuannya ialah untuk memberitahukan kepada penduduk Mekah rencana yang akan dilakukan oleh Rasulullah ., yaitu memerangi mereka. Ia lakukan demikian itu agar dirinya mendapat jasa di kalangan mereka.

Maka Allah memperlihatkan hal itu kepada Rasulullah sebagai ijabah dari doanya, lalu beliau mengirimkan beberapa orang utusan untuk mengejar wanita tersebut, kemudian surat itu diambil dari tangan si wanita, sebagaimana yang disebutkan kisahnya dalam hadits-hadis berikut:

Ibnu Katsir dalam kitab “البداية والنهاية” Bab: (غزوة الفتح الأعظم: قصة حاطب بن أبي بلتعة) menyebutkan:

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَر، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَغَيْرِهِ مِنْ عُلَمَائِنَا قَالُوا: لَمَّا أَجْمَعَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمَسِيرَ إِلَى مَكَّةَ كَتَبَ حَاطِبُ بْنُ أَبِي بَلْتَعَةَ كِتَابًا إِلَى قُرَيْشٍ يُخْبِرُهُمْ بِالَّذِي أَجْمَعَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنَ الْأَمْرِ فِي السَّيْرِ إِلَيْهِمْ، ثُمَّ أَعْطَاهُ امْرَأَةً -زَعَمَ مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ أَنَّهَا مِنْ مُزَيْنَةَ، وَزَعَمَ لِي غَيْرُهُ أَنَّهَا سَارَةُ، مَوْلَاةٌ لِبَعْضِ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ- وَجَعَلَ لَهَا جُعْلًا عَلَى أَنْ تُبَلِّغَهُ قُرَيْشًا، فَجَعَلَتْهُ فِي رَأْسِهَا، ثُمَّ فَتَلَتْ عَلَيْهِ قُرُونَهَا، ثم خرجت به.

وَأَتَى رَسُولَ الله ﷺ الْخَبَرُ مِنَ السَّمَاءِ بِمَا صَنَعَ حَاطِبٌ، فَبَعَثَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ والزُّبير بْنَ الْعَوَّامِ فَقَالَ: أَدْرِكَا امْرَأَةً قَدْ كَتَبَ مَعَهَا حَاطِبُ بْنُ أَبِي بَلْتَعَةَ بِكِتَابٍ إِلَى قُرَيْشٍ يُحَذِّرُهُمْ مَا قَدْ أَجْمَعْنَا له من أمرهم، فخرجا حتى أدركاها بالخليفة -خليفة بَنِي أَبِي أَحْمَدَ- فَاسْتَنْزَلَاهَا، فَالْتَمَسَاهُ فِي رَحْلِهَا، فَلَمْ يَجِدَا فِيهِ شَيْئًا، فَقَالَ لَهَا عَلِيٌّ: إِنِّي أَحْلِفُ بِاللَّهِ مَا كَذَبَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَلَا كُذِبْنَا، وَلَتُخْرِجِنَّ لَنَا هَذَا الْكِتَابَ أَوْ لَنَكْشِفَنَّكِ، فَلَمَّا رَأَتِ الْجِدَّ مِنْهُ قَالَتْ: أَعْرِضْ، فَأَعْرَضَ، فَحَلَّتْ قُرُونَ رَأْسِهَا، فَاسْتَخْرَجَتِ الْكِتَابَ مِنْهَا، فَدَفَعَتْهُ إِلَيْهِ، فَأَتَى بِهِ رَسُول اللَّهِ ﷺ.

فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ حَاطِبًا فَقَالَ: يَا حَاطِبُ، مَا حَمَلَكَ عَلَى هَذَا؟ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَمُؤْمِنٌ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ، مَا غَيَّرْتُ وَلَا بدَّلْتُ، ولكنني كنتُ امرأً لَيْسَ لِي فِي الْقَوْمِ مِنْ أَصْلٍ وَلَا عَشِيرَةٍ، وَكَانَ لِي بَيْنَ أَظْهُرِهِمْ وَلَدٌ وَأَهْلٌ، فَصَانَعْتُهُمْ عَلَيْهِمْ.

فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخطَّاب: يَا رَسُولَ اللَّهِ، دَعْنِي فَلْأَضْرِبْ عُنُقَهُ؛ فَإِنَّ الرَّجُلَ قَدْ نَافَقَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: وَمَا يُدْرِيكَ يَا عُمَرُ، لَعَلَّ الله قد اطَّلع على أَصْحَابِ بَدْرٍ يَوْمَ بَدْرٍ فَقَالَ: اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لكم، وأنزل الله في حاطبٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ [الممتحنة:1] أول سورة الممتحنة، إلى آخر القصة.

Muhammad bin Ishaq berkata, menceritakan kepadaku Muhammad bin Jaafar, Urwah bin al-Zubayr dan lainnya dari para ulama kami, mereka berkata:

Ketika Rasulullah telah bulat hendak berangkat (perang penaklukan) Mekah, Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat kepada kaum Quraisy yang isinya memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah Allah dengan suara bulat hendak menyerang mereka, dan kemudian menyerahkan surat tsb kepada seorang wanita - Mohammed bin Jaafar mengira nya wanita tsb dari suku Muzainah, sementara yang sesuai menurutku adalah yang mengklaim bahwa wanita tsb adalah Sarah, maula sebagian dari Bani Abdul Al-Mutholib.

Dan Haathib ini telah menjanjikan imbalan untuknya jika dia berhasil menyampaikannya kepada kaum Quraisy. Kemudian wanita tsb menyembunyikannya di kepalanya dengan melilitkan tusuk kondenya, lalu dia berangkat.

Kemudian datanglah kepada Rasulullah wahyu dari langit tentang apa yang diperbuat Haathib, maka beliau  mengutus Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin al-Awam, dan beliau berkata:

أَدْرِكَا امْرَأَةً قَدْ كَتَبَ مَعَهَا حَاطِبُ بْنُ أَبِي بَلْتَعَةَ بِكِتَابٍ إِلَى قُرَيْشٍ يُحَذِّرُهُمْ مَا قَدْ أَجْمَعْنَا لَهُ مِنْ أمْرِهِمْ

“Kalian berdua kejarlah seorang wanita yang membawa surat yang ditulis oleh Hathib bin Abi Balta'ah untuk orang-orang Quraisy yang isinya memperingatkan mereka agar waspada terhadap rencana yang telah kami sepakati bersama”.

Lalu mereka berdua keluar sampai mereka menangkapnya di daerah al-khulaifah - khulaifah Bani Abi Ahmad - lalu mereka berdua menyuruhnya turun dari kendaraan, kemudian menggeledah kendaraan dan baarang bawannya, akan tetapi mereka tidak menemukan apa pun di dalamnya.

Ali RA berkata kepadanya: “Saya bersumpah dengan nama Allah bahwa Rasulullah tidak pernah berdusta dan kami tidak mendustakannya, dan sungguh kamu harus menyerahkan surat itu kepada kami atau kami akan menelanjangi mu”.

Ketika wanita itu melihat nya nampak serius, maka dia berkata: “palingkan wajahmu !“.

Lalu Ali RA memalingkannya. Kemudian wanita tsb melepaskan ikatan-ikatan tusuk kondenya, lalu dia mengeluarkan surat itu dari nya, kemudian menyerahkannya kepadanya. Lalu Ali RA pun pulang dan menghadap Rosulullah

Maka Rosulullah memanggil Hathib, dan betanya: “Wahai Hathib, apa yang mendorongmu untuk melakukan ini ? “

Maka dia menjawab: “Ya Rosulullah, meski demikian demi Allah sungguh aku beriman kepada Allah dan Rosulnya, aku tidak merubahnya dan menggantinya, akan tetapi aku ini seseorang yang hidup menumpang pada sebuah kaum yang bukan asal keteurunanku dan tidak ada hubungan sanak kerabat denganku, sementara aku punya anak dan istri yang hidup ditengah-tengah mereka, maka aku bermaksud melakukan suatu jasa kepada mereka.

Maka Umar berkata: “Wahai Rosulullah, izinkan aku untuk memenggal lehernya, karena dia telah munafiq”.

Lalu Rosulullah bersbda:

وَمَا يُدْرِيكَ يَا عُمَرُ، لَعَلَّ الله قد اطَّلع على أَصْحَابِ بَدْرٍ يَوْمَ بَدْرٍ فَقَالَ: اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لكم

' Tidakkah engkau mengetahui Hai Umar, sesungguhnya Allah telah memberikan keringanan bagi orang-orang yg turut dalam perang Badar & berfirman: 'Silahkanlah kalian berbuat sesuka kalian, sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian! ' Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat yg berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ [الممتحنة:1]

'Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu menjadikan musuh-Ku & musuhmu sebagai teman-teman setia.' (A1 Mumtahanah (60): 1)

LAFADZ RIWAYAT IMAM MUSLIM:

Dengan Sanadnya dari Ali Bin Abi Thalib berkata:

بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَالزُّبَيْرَ وَالْمِقْدَادَ فَقَالَ ائْتُوا رَوْضَةَ خَاخٍ فَإِنَّ بِهَا ظَعِينَةً مَعَهَا كِتَابٌ فَخُذُوهُ مِنْهَا فَانْطَلَقْنَا تَعَادَى بِنَا خَيْلُنَا فَإِذَا نَحْنُ بِالْمَرْأَةِ فَقُلْنَا أَخْرِجِي الْكِتَابَ فَقَالَتْ مَا مَعِي كِتَابٌ فَقُلْنَا لَتُخْرِجِنَّ الْكِتَابَ أَوْ لَتُلْقِيَنَّ الثِّيَابَ فَأَخْرَجَتْهُ مِنْ عِقَاصِهَا فَأَتَيْنَا بِهِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا فِيهِ مِنْ حَاطِبِ بْنِ أَبِي بَلْتَعَةَ إِلَى نَاسٍ مِنْ الْمُشْرِكِينَ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ يُخْبِرُهُمْ بِبَعْضِ أَمْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا حَاطِبُ مَا هَذَا قَالَ لَا تَعْجَلْ عَلَيَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ امْرَأً مُلْصَقًا فِي قُرَيْشٍ قَالَ سُفْيَانُ كَانَ حَلِيفًا لَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ مِنْ أَنْفُسِهَا أَكَانَ مِمَّنْ كَانَ مَعَكَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ لَهُمْ قَرَابَاتٌ يَحْمُونَ بِهَا أَهْلِيهِمْ فَأَحْبَبْتُ إِذْ فَاتَنِي ذَلِكَ مِنْ النَّسَبِ فِيهِمْ أَنْ أَتَّخِذَ فِيهِمْ يَدًا يَحْمُونَ بِهَا قَرَابَتِي وَلَمْ أَفْعَلْهُ كُفْرًا وَلَا ارْتِدَادًا عَنْ دِينِي وَلَا رِضًا بِالْكُفْرِ بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَ فَقَالَ عُمَرُ دَعْنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ أَضْرِبْ عُنُقَ هَذَا الْمُنَافِقِ فَقَالَ إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهَ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ }

"Rasulullah pernah menugaskan saya, Zubair, dan Miqdad. Sebelum berangkat, Rasulullah berkata:

'Berangkatlah ke taman Khokh dan di sana ada seorang wanita yang membawa surat. Lalu, rebutlah surat tersebut darinya! '

Kemudian kami berangkat dengan mengendarai kuda dan di sana kami menjumpai seorang wanita.

Lalu kami berkata kepadanya; 'Keluarkanlah surat yang kamu bawa itu! '

Wanita itu menjawab; 'Aku tidak membawa surat.'

Kami berkata kepadanya sambil memberi ultimatum; 'Kamu keluarkan surat tersebut atau kami akan menelanjangimu dengan paksa.'

Maka ia keluarkan surat itu dari balik sanggul rambutnya. Lalu kami bawa surat tersebut kepada Rasulullah dan ternyata di dalamnya tertulis;

'Dari Hathib bin Abu Balta'ah untuk kaum kafir Quraisyy Makkah tentang beberapa urusan Rasulullah '

Rasulullah bertanya; 'Hai Hathib, ada apa ini? '

Hathib menjawab; 'Ya Rasulullah, janganlah engkau tergesa-gesa marah kepada saya! Sebenarnya saya dulu pernah akrab dengan kaum kafir Quraisyy Makkah (Kata Abu Sufyan; 'Hathib adalah sekutu kaum kafir Quraisyy, tetapi dia sendiri bukan orang Quraisyy).

Saya juga dulu pernah turut serta berhijrah bersama engkau meninggalkan keluarga di kota Makkah yang mereka dipelihara oleh kerabat mereka. Ketika kerabat mereka sudah tidak ada lagi, maka saya ingin ada jaminan dari mereka untuk melindungi keluarga saya. Tentunya, saya melakukan hal ini bukan karena kafir ataupun murtad dari agama saya. Karena, bagaimana pun juga saya tidak rela menjadi kafir setelah masuk Islam.'

Mendengar penjelasan Iangsung dari Hathib, Rasulullah pun bersabda: 'Kamu benar hai Hathib.'

Tiba-tiba Umar bin Khaththab berkata; 'Ya Rasulullah, izinkanlah saya untuk memenggal leher orang munafik ini! '

Rasulullah berkata:

إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهَ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ

'Sesungguhnya dia (Hathib) ini turut juga dalam perang Badar. Tidakkah engkau mengetahui sesungguhnya Allah telah memberikan keringanan bagi orang-orang yg turut dalam perang Badar & berfirman: 'Silahkanlah kalian berbuat sesuka kalian, sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian! '

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat yg berbunyi:

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ }

'Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu menjadikan musuh-Ku & musuhmu sebagai teman-teman setia.' (A1 Mumtahanah (60): 1).

LAFADZ RIWAYAT IMAM AHMAD:

Dengan sanadnya dari Ali bin Abi Tholib, berkata:

 بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَالزُّبَيْرَ وَالْمِقْدَادَ، فَقَالَ: "انْطَلِقُوا حَتَّى تَأْتُوا رَوْضَةَ خَاخٍ، فَإِنَّ بِهَا ظَعِينة مَعَهَا كِتَابٌ، فَخُذُوهُ مِنْهَا". فَانْطَلَقْنَا تَعَادى بِنَا خَيْلُنَا حَتَّى أَتَيْنَا الرَّوْضَةَ، فَإِذَا نَحْنُ بِالظَّعِينَةِ، قُلْنَا: أَخْرِجِي الْكِتَابَ. قَالَتْ: مَا مَعِي كِتَابٌ. قُلْنَا: لَتُخْرِجِنَّ الْكِتَابَ أَوْ لنُلقين الثِّيَابَ. قَالَ: فَأَخْرَجَتِ الْكِتَابَ مِنْ عِقَاصها، فَأَخَذْنَا الْكِتَابَ فَأَتَيْنَا بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِذَا فِيهِ: من حاطب بن أبي بلتعة إِلَى نَاسٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ بِمَكَّةَ، يُخْبِرُهُمْ بِبَعْضِ أَمْرَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا حَاطِبُ، مَا هَذَا؟ ". قَالَ: لَا تَعْجَلْ عَلَيَّ، إِنِّي كُنْتُ امْرَأً مُلصَقًا فِي قُرَيْشٍ، وَلَمْ أَكُنْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ، وَكَانَ مَنْ مَعَكَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ لَهُمْ قَرَابَاتٌ يَحْمُونَ أَهْلِيهِمْ بِمَكَّةَ، فَأَحْبَبْتُ إِذْ فَاتَنِي ذَلِكَ مِنَ النَّسَبِ فِيهِمْ أَنْ أَتَّخِذَ فِيهِمْ يَدًا يَحْمُونَ بِهَا قَرَابَتِي، وَمَا فَعَلْتُ ذَلِكَ كُفْرًا وَلَا ارْتِدَادًا عَنْ ديني ولا رضى بِالْكُفْرِ بَعْدَ الْإِسْلَامِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ صَدَقكم". فَقَالَ عُمَرُ: دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ: "إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا، مَا يُدْرِيكَ لَعَلّ اللَّهَ اطَّلَعَ إِلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ: اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ".

“Bahwa Rasulullah pernah mengutusnya bersama Az-Zubair dan Al-Miqdad seraya berpesan:

“Berangkatlah kalian bertiga menuju ke taman Khookh, karena sesungguhnya di situ kalian akan berjumpa dengan seorang wanita dalam perjalanan. Ia membawa surat, maka ambillah surat itu darinya”.

Maka kami berangkat dengan memacu kuda kami hingga sampailah kami di kebun tersebut. Ternyata di kebun itu kami menjumpai seorang wanita yang sedang dalam perjalanannya.

Maka kami perintahkan kepada wanita itu: "Keluarkanlah surat itu!"

Wanita itu berkilah: "Aku tidak membawa surat apa pun."

Kami berkata mengancam: "Kamu harus serahkan kitab itu kepada kami atau kamu akan kami telanjangi."

Akhirnya wanita itu mengeluarkan surat tersebut dari gelung rambutnya, maka kami ambil kitab itu dan membawanya kepada Rasulullah Ternyata isi surat tersebut dari Hatib ibnu Abu Balta'ah, ditujukan kepada sejumlah orang-orang musyrik di Mekah, memberitahukan kepada mereka rencana yang akan dilakukan oleh Rasulullah

Maka Rasulullah bertanya, "Hai Hatib, surat apakah ini?"

Hatib menjawab: "Jangan engkau tergesa-gesa mengambil keputusan terhadapku, sesungguhnya aku adalah seorang yang hidup mendompleng kepada orang-orang Quraisy, dan aku bukanlah seseorang dari kalangan mereka sedangkan di antara kaum Muhajirin yang ada bersama engkau mempunyai kaum kerabat di Mekah yang dapat melindungi keluarganya yang tertinggal. Maka karena aku tidak mempunyai hubungan kekerabatan dengan mereka, aku bermaksud menggantinya dengan jasa kepada mereka. Dan tidaklah aku berbuat demikian karena kekafiran, bukan pula karena murtad dari agamaku, serta tidak pula ridho dengan kekufuran sesudah aku masuk Islam."

Maka Rasulullah bersabda: “Dia berkata sebenarnya kepada kalian”.

Umar tidak sabar, ia mengatakan, "Biarkanlah aku memenggal batang leher orang munafik ini."

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya dia telah ikut dalam Perang Badar, dan tahukah kamu, barangkali Allah menengok ahli Badar, lalu berfirman kepada mereka, "Berbuatlah menurut apa yang kalian kehendaki, sesungguhnya Aku telah memberikan ampunan bagimu." (Selesai)

Hal yang sama telah diketengahkan oleh Jamaah kecuali Ibnu Majah, dari berbagai jalur melalui Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama.

Imam Bukhari di dalam Kitabul Magazi-nya menambahkan, bahwa lalu turunlah firman Allah Swt.:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh¬Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia”. (Al-Mumtahanah: 1)

Dan di dalam kitab tafsirnya Imam Bukhori mengatakan bahwa Amr berkata: bahwa lalu diturunkanlah ayat berikut berkenaan dengannya (Hatib), yaitu firman Allah Swt.:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh¬Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia”. (Al-Mumtahanah: 1)

Imam Bukhari mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah ayat ini termasuk bagian dari hadis ataukah Amr yang mengatakannya.

Imam Bukhari mengatakan: bahwa Ali ibnul Madini telah menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Sufyan tentang hal ini, yaitu tentang penurunan firman-Nya: "Janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia". (Al-Mumtahanah: 1)

Maka Sufyan menjawab: “Memang demikianlah yang terdapat dalam hadis orang-orang yang aku hafal dari Amr, tanpa meninggalkan satu huruf pun darinya, dan tiada yang meriwayatkannya seperti ini selain diriku.

HADITS LAIN TENTANG SAHABAT HAATHB:

Dari Jabir RA:

أَنَّ عَبْدًا لِحَاطِبٍ جَاءَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْكُو حَاطِبًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَيَدْخُلَنَّ حَاطِبٌ النَّارَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَبْتَ لَا يَدْخُلُهَا فَإِنَّهُ شَهِدَ بَدْرًا وَالْحُدَيْبِيَةَ

"Bahwa seorang budak Hathib datang kepada Rasulullah mengadukan tentang pribadi Hathib seraya berkata:

"Ya Rasulullah, Sungguh Hathib pasti akan masuk Neraka."

Lalu Rasulullah bersabda: 'Kamu telah berdusta, dia tidak akan masuk ke neraka, karena dia pernah ikut serta dalam perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah.' (HR. Muslim No. 2495)

===***===

KEDUA : PEMUDA YANG MINTA IZIN UNTUK BERZINA:

SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP PEMUDA YANG MINTA IZIN UNTUK BERZINA:

Dalam Hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Umamah, dia berkisah:

إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ قَالُوا مَهْ مَهْ فَقَالَ ادْنُهْ فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا قَالَ فَجَلَسَ قَالَ أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِخَالَتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ قَالَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ فَلَمْ يَكُنْ بَعْدُ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ

Sesungguhnya ada seorang pemuda mendatangi Nabi lalu berkata;

“Wahai Rasulullah! Izinkan aku untuk berzina!”.

Orang-orang mendatanginya lalu melarangnya, mereka berkata; diamlah !.

Maka Rasulullah bersabda; “Mendekatlah.”

Lalu dia mendekat dan duduk.

Kemudian Rasulullah bersabda: “Apa kau menyukainya (orang lain) berzina dengan ibumu?”

Pemuda itu menjawab; “ Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikanku sebagai penebus anda”.

Nabi bersabda; “Orang-orang juga tidak menyukainya berzina dengan ibu-ibu mereka.”

Rasulullah bersabda; “Apa kau menyukainya berzina dengan putrimu?”

Dia menjawab: “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus anda”.

Nabi bersabda; “Orang-orang juga tidak menyukai berzina dengan putri-putri mereka.”

Kemudian Rasulullah meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa;

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ

“Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya.” Setelah itu pemuda itu tidak pernah melirik apa pun.

(HR. Ahmad 5/256, Thabrani dlm (“المعجم الكبير”) 8 / 162 & 183, al-Baihaqi (“شعب الإيمان”) 4/362 no. 5415.

Al-‘Iraaqi dlm (“المغني عن حمل الأسفار”) 1/592 berkata:

رواه أحمد بإسناد جيد، ورجاله رجال الصحيح

Imam Ahmad meriwayatkannya dengan sanad Jayyid, dan para perawinya adalah para perawi hadits-hadits Shahih”.

Al-Haitsami berkata dlm (“مجمع الزوائد”) 1/129 :

 “رجاله رجال الصحيح".

" Para perawinya adalah para perawi hadits-hadits Shahih “

Dan di shahihkan pula oleh Syeikh al-Albaani dalam (“السلسلة الصحيحة”) 1/712 no. 370.

وقولهم: مَهْ مَهْ، يعني: كف عن هذا، وقوله: ((حصِّن)) يعني: احفَظْه من الفواحش.

Dan kata: مَهْ مَهْ artinya : "hentikan dari hal ini !".

Dan kata: “حصِّن” yakni : "jaga lah dari perbuatan zina!".

Ada yang mengatakan bahwa Pemuda tsb bernama Julaibib RA. Dan beliau ini berkarakter sbb:

كان دميم الخلقة، حسن الخلق، وكانت فيه دعابة، وكان عزباً.

Beliau memiliki penampilan fisik yang buruk rupa, bagus akhlaknya, suka berkelakar dan hidupnya membujang.

Al-Imam al-Baihaqi dlm kitabnya “شعب الإيمان” No. 1446 berkata:

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجَّاجِ السَّامِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ كِنَانَةَ بْنِ نُعَيْمٍ الْعَدَوِيِّ، عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ:

أَنَّ جُلَيْبِيبًا كَانَ امْرَأً مِنَ الْأَنْصَارِ، وَكَانَ يَدْخُلُ عَلَى النِّسَاءِ، وَيَتَحَدَّثُ إِلَيْهِنَّ، قَالَ أَبُو بَرْزَةَ: فَقُلْتُ لِامْرَأَتِي: لَا يَدْخُلَنَّ عَلَيْكُمْ جُلَيْبِيبٌ،

قَالَ: فَكَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ لِأَحَدِهِمْ أَيِّمٌ لَمْ يُزَوِّجْهَا حَتَّى يَعْلَمَ أَلِرَسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا حَاجَةٌ أَمْ لَا؟.

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ لِرَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ: «يَا فُلَانُ زَوِّجْنِي ابْنَتَكَ»، قَالَ: نَعَمْ وَنُعْمَى عَيْنٍ، قَالَ: «إِنِّي لَسْتُ لِنَفْسِي أُرِيدُهَا»، قَالَ: فَلِمَنْ؟، قَالَ: «لِجُلَيْبِيبٍ»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ حَتَّى أَسْتَأْمِرَ أُمَّهَا، فَأَتَاهَا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ ابْنَتَكِ، قَالَتْ: نَعَمْ وَنُعْمَى عَيْنٍ، قَالَ: إِنَّهُ لَيْسَتْ لِنَفْسِهِ يُرِيدُهَا، قَالَتْ: فَلِمَنْ يُرِيدُهَا؟، قَالَ: لِجُلَيْبِيبٍ، قَالَتْ: حَلْقَى أَلِجُلَيْبِيبٍ؟، قَالَتْ: لَا لَعَمْرُ اللَّهِ، لَا أُزَوِّجُ جُلَيْبِيبًا، فَلَمَّا قَامَ أَبُوهَا لَيَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتِ الْفَتَاةُ مِنْ خِدْرِهَا لِأُمِّهَا: مَنْ خَطَبَنِي إِلَيْكُمَا قَالَا: رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: أَتَرُدُّونَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْرَهُ ادْفَعُونِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُ لَنْ يُضَيِّعَنِي، فَذَهَبَ أَبُوهَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: شَأْنُكَ بِهَا، فَزَوَّجَهَا جُلَيْبِيبًا

قَالَ حَمَّادٌ: قَالَ إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ: هَلْ تَدْرِي مَا دَعَا لَهَا بِهِ قَالَ: وَمَا دَعَا لَهَا بِهِ؟ قَالَ:

«اللَّهُمَّ صُبَّ الْخَيْرَ عَلَيْهِمَا صَبًّا، وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا»

قَالَ ثَابِتٌ: فَزَوَّجَهَا إِيَّاهُ، فَبَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ، قَالَ: «تَفْقِدُونَ مِنْ أَحَدٍ؟ »، قَالُوا: لَا، قَالَ: «لَكِنِّي أَفْقِدُ جُلَيْبِيبًا، فَاطْلُبُوهُ فِي الْقَتْلَى»، فَوَجَدُوهُ إِلَى جَنْبِ سَبْعَةٍ، قَدْ قَتَلَهُمْ، ثُمَّ قَتَلُوهُ،

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَقَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ ? هَذَا مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ"، يَقُولُهَا سَبْعًا،

فَوَضَعَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَاعِدَيْهِ، مَا لَهُ سَرِيرٌ إِلَّا سَاعِدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى وَضَعَهُ فِي قَبْرِهِ،

قَالَ ثَابِتٌ: وَمَا كَانَ فِي الْأَنْصَارِ أَيِّمٌ أَنْفَقُ مِنْهَا

Telah mengkabarkan kepada kami Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna, berkata: Telah berbicara kepada kami Ibrahim bin al-Hajjaaj as-Saamii, dia berkata: Telah berbicara kepada kami Hammaad bin Salamah, al-Bunnaani dari Kinanah bin Nu’aim al-‘Adawi, dari Abu Barzah al-Aslamii:

“Bahwa Julaibib adalah dari kaum al-Anshar, dan dia suka masuk ke tempat para wanita, dan berbincang-bincang dengan mereka.

Maka Abu Barzah berkata: Saya berkata kepada istri saya: “Jangan sampai Julaibib masuk pada kalian”.

Lalu dia berkata: Dulu para sahabat Nabi jika salah satu diantara mereka memiliki anak perempuan dewasa, tidak akan menikahkannya sampai dia tahu betul apakah Nabi menginginkannya atau tidak?

Rasulullah suatu hari kepada seorang pria dari Anshar: Wahai anu, nikahkan lah aku dengan putrimu ! “ Dia berkata: Baik, betapa menyejukkan mata dan bertambahnya kemuliaan”.

Lalu Beliau berkata: “Sesungguhnya itu bukan untuk diriku sendiri”.

Dia bertanya: Lalu untuk siapa ?

Beliau berkata: «Untuk Julaibib».

Dia berkata: Ya Rasulullah, tungguh hingga aku minta izin pada ibunya”.

Lalu dia datang padanya dan berkata: Rasulullah, mau melamar putrimu “

Dia berkata: “Baik, betapa menyejukkan mata dan bertambahnya kemuliaan”.

Suaminya berkata: Itu bukan untuk dirinya sendiri”.

Maka Dia bertanya: “Lalu untuk siapa yang dia inginkan?”.

Dia Menjawab: Julaibib.

Istrinya kaget sambil berkata: “Binasa lah kita, apakah benar untuk Julaibib ?” Terus melanjutkan perkataannya: “Tidaak, demi kekekalan Allah, aku tidak akan menikahkannya dengan dia”.

Ketika ayahnya berdiri dan hendak pergi mendatangi Nabi saw, gadis itu berkata kepada ibunya dari balik tirainya:

“Apakah kalian bedua menolak perintah Rosulullah SAW, antar kan lah aku kepada Rosulullah SAW, karena sesungguhnya beliau tidak akan menyia –nyiakan aku”.

Maka Ayahnya pergi menemui Nabi dan dia berkata: “Kuserahkan urusan putriku pada engkau “ Maka beliau menikahkannya dengan Julaibib.

Hammad berkata: Ishaq bin Abdullah bin Abi Talha berkata:

Tahukah kamu apa yang Beliau doakan untuk wanita itu menikah dengan Julaibib ?

Dia balik bertanya: apa yang Beliau doakan untuknya menikah dengannya ?

(Jawabnya) Beliau berkata:

اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا

“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”

Tsabit al-Bunnaani berkata: Maka dia menikahkannya dengannya.

Tidak lama setelah pernikahannya, Julaibib pun ikut bersama rombongan pasukan Muslim ke medan perang.

Setelah perang usai, Rasulullah bertanya beberapa kali kepada para sahabat: "Apakah kalian kehilangan seseorang?"

Para sahabat menjawab: “Tidak”.

Rasulullah berkata: "Tapi aku kehilangan Julaibib, lekaslah kalian cari dia."

Para sahabat pun mencari Julibib di antara para prajurit yang gugur syahid. Tak lama kemudian, mereka berhasil menemukan jasad Julaibib tergeletak di tengah tujuh mayat prajurit musuh. Rupanya, Julaibib berhasil membunuh ketujuh prajurit kafir sebelum dirinya sendiri terbunuh dan gugur sebagai syahid.

Rasulullah lalu menghampiri jasad Julaibib dan bersabda:

“أَقَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ ? هَذَا مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ ". يَقُولُهَا سَبْعًا

"Dia telah membunuh tujuh orang ini, lalu musuh membunuhnya. Dia dariku dan aku darinya. Dia dariku dan aku darinya." Beliau ulang kata-kata tsb 7 kali.

Lalu Rasulullah membopongnya di atas kedua lengannya, tidak ada baginya alas kecuali kedua lengan Rasulullah SAW, hingga beliau meletakkan di kuburan nya

Tsabit al-Bunnaani berkata, “ Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar para janda yang lebih banyak berinfak dari padanya”. (HR. Al-Baihaqi dlm “شعب الإيمان” no. 1446.

Hadits ini di riwayatkan pula oleh: Imam Ahmad no. 19417, 19423 & 19446, Imam Muslim no. 2472, Ibnu Hibbaan No. 4111, an-Nasaa’i dlm “السنن الكبرى” no. 7016, ath-Thoyaalisi dlm al-Musnad no. 955, Ibnu Abi ‘Aaashim dlm “الآحاد والمثاني” no. 2088, al-Bazzaar No. 3254 & 3267, al-Baihaqi dlm “الكبرى” no. 6463, Abu Nu’aim al-Ashbahaani dlm “معرفة الصحابة” no. 1602, Ar-Ruuyaani dlm Musnadnya no. 1300 dan al-Haafidz Ibnu Hajar dlm “المطالب العالية” 1627.

Hadits ini di Shahihkan oleh Syeikh al-Albaani dlm “أحكام الجنائز” hal. 73.

Dan Syu’aib al-Arna’uuth berkata dalam “تعليق شعب الإيمان”:

إسناده صحيح إبراهيم بن الحجاج: ثقة روي له النسائي، وباقي رجاله على شرط مسلم.

“Sanadnya Shahih. Ibrahim bin al-Hajjaaj itu Tsiqoh, dan sisa para perawinya sesuai dengan syarat Imam Muslim”.

LAFADZ DALAM RIWAYAT IMAM MUSLIM:

Dari Abu Barzah Al-Aslami Nadhlah bin ‘Ubaid RA meriwayatkan:

أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، كانَ في مَغْزًى له، فأفَاءَ اللَّهُ عليه، فَقالَ لأَصْحَابِهِ: هلْ تَفْقِدُونَ مِن أَحَدٍ؟ قالوا: نَعَمْ، فُلَانًا، وَفُلَانًا، وَفُلَانًا، ثُمَّ قالَ: هلْ تَفْقِدُونَ مِن أَحَدٍ؟ قالوا: نَعَمْ، فُلَانًا، وَفُلَانًا، وَفُلَانًا، ثُمَّ قالَ: هلْ تَفْقِدُونَ مِن أَحَدٍ؟ قالوا: لَا، قالَ: لَكِنِّي أَفْقِدُ جُلَيْبِيبًا، فَاطْلُبُوهُ فَطُلِبَ في القَتْلَى، فَوَجَدُوهُ إلى جَنْبِ سَبْعَةٍ قدْ قَتَلَهُمْ، ثُمَّ قَتَلُوهُ، فأتَى النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ فَوَقَفَ عليه، فَقالَ: قَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ هذا مِنِّي وَأَنَا منه، هذا مِنِّي وَأَنَا منه قالَ: فَوَضَعَهُ علَى سَاعِدَيْهِ ليسَ له إلَّا سَاعِدَا النبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، قالَ: فَحُفِرَ له وَوُضِعَ في قَبْرِهِ، وَلَمْ يَذْكُرْ غَسْلًا.

bahwa Rosulullah (saw) saat itu berada di medan perang yang Allah berikan kepadanya harta rampasan perang. Dia berkata kepada para sahabatnya:

Apakah ada seseorang yang hilang di antara kalian?

Mereka berkata: fulan, fulan dan fulan.

Beliau berkata lagi: Apakah ada orang yang hilang di antara kamu?

Mereka berkata: fulan, fulan dan fulan.

Kemudian beliau berkata lagi: “Apakah ada orang yang hilang di antara kalian ?

Mereka berkata: “Tidak”.

Kemudian Beliau berkata: “Tapi aku kehilngan Julaibib, kalian carilah dia !”.

Maka dicarilah di antara orang-orang yang telah terbunuh dan mereka menemukannya di samping tujuh (mayat musuh) yang terbunuh olehnya.

Lalu Rosulullah () datang ke sana dan berdiri (di sisinya) dan berkata:

قَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ هذا مِنِّي وَأَنَا منه، هذا مِنِّي وَأَنَا منه

“Dia membunuh tujuh (orang). Kemudian (lawan-lawannya) membunuhnya. Dia milikku dan aku miliknya”.

Beliau kemudian meletakkannya di atas kedua lengan tangannya dan tidak ada lengan yang lain yang mengangkatnya kecuali dua lengan Rosulullah ().

Kemudian kuburan digali untuknya dan dia ditempatkan di kuburan.

Tidak disebutkan bahwa dia dimandikan. (HR. Imam Muslim no. 2472).

===***===

KETIGA: ORANG YANG SALAH DALAM SHOLAT

SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP ORANG YANG SALAH DALAM SHOLAT:

Dari Mu’awiyah ibnul Hakam As-Sulami; Beliau mengatakan:

بَيۡنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ. إِذۡ عَطَسَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ. فَقُلۡتُ: يَرۡحَمُكَ اللهُ فَرَمَانِي الۡقَوۡمُ بِأَبۡصَارِهِمۡ، فَقُلۡتُ: وَاثُكۡلَ أُمِّيَاهۡ، مَا شَأۡنُكُمۡ تَنۡظُرُونَ إِلَيَّ؟ فَجَعَلُوا يَضۡرِبُونَ بِأَيۡدِيهِمۡ عَلَى أَفۡخَاذِهِمۡ. فَلَمَّا رَأَيۡتُهُمۡ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ. فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ - فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي - مَا رَأَيۡتُ مُعَلِّمًا قَبۡلَهُ وَلَا بَعۡدَهُ أَحۡسَنَ تَعۡلِيمًا مِنۡهُ. فَوَاللّٰهِ، مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي. قَالَ: (إِنَّ هَٰذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصۡلُحُ فِيهَا شَيۡءٌ مِنۡ كَلَامِ النَّاسِ، إِنَّمَا هُوَ التَّسۡبِيحُ وَالتَّكۡبِيرُ وَقِرَاءَةُ الۡقُرۡآنِ). أَوۡ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ.

“Ketika aku sedang sholat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seseorang yang bersin. Aku berkata: “Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu).”

Orang-orang mengarahkan pandangan kepadaku. Aku berkata: “Duhai, ibuku kehilangan anak. Kenapa kalian memandang ke arahku?”

Orang-orang pun menepuk paha-paha mereka dengan tangan. Ketika aku melihat mereka ingin membuat aku diam, aku pun hanya diam. Ketika Rasulullah selesai sholat, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, aku tidak melihat seorang pengajar pun sebelum dan sepeninggal beliau yang lebih baik cara mengajarnya daripada beliau. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, tidak pula mencelaku.

Beliau bersabda, “Sesungguhnya sholat ini tidak boleh sedikitpun ada pembicaraan manusia. Yang boleh hanya tasbih, takbir, dan membaca Al Quran.” Atau sebagaimana sabda Rasulullah (HR. Muslim No. 537).

===***===

KEEMPAT : ORANG YANG MENINGGIKAN SUARANYA

SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP ORANG YANG MENINGGIKAN SUARANYA DIHADAPAN NABI ﷺ.

Sikap Lembut Nabi terhadap orang yang paling keras meninggikan suaranya di atas suara Nabi ketika bicara dengan nya.

Dari Anas bin Malik bahwa dia berkata,

أَنَّهُ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ ‏{‏ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ‏}‏ إِلَى آخِرِ الآيَةِ جَلَسَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ فِي بَيْتِهِ وَقَالَ أَنَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ ‏.‏ وَاحْتَبَسَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَسَأَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم سَعْدَ بْنَ مُعَاذٍ فَقَالَ ‏"‏ يَا أَبَا عَمْرٍو مَا شَأْنُ ثَابِتٍ أَشْتَكَى ‏"‏ ‏.‏ قَالَ سَعْدٌ إِنَّهُ لَجَارِي وَمَا عَلِمْتُ لَهُ بِشَكْوَى ‏.‏ قَالَ فَأَتَاهُ سَعْدٌ فَذَكَرَ لَهُ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ ثَابِتٌ أُنْزِلَتْ هَذِهِ الآيَةُ وَلَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنِّي مِنْ أَرْفَعِكُمْ صَوْتًا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَنَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ ‏.‏ فَذَكَرَ ذَلِكَ سَعْدٌ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ بَلْ هُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ"‏

"Ketika ayat ini diturunkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari“. (QS. Al-Hujurat: 2).

Tsabit bin Qais yang sedang duduk di rumahnya dan berkata, 'Aku ini termasuk dari ahli Neraka! Dan ia selalu menghindar dari Nabi sehingga Nabi menanyakan itu kepada Sa'ad bin Mu'adz.

Beliau bertanya: "Wahai Abu Amru, bagaimanakah keadaan Tsabit? Apakah dia sakit? '

Sa'ad menjawab, "Keadaannya seperti biasa dan aku tidak mendengar berita yang menyatakan dia sakit."

Anas berkata, 'Lalu Sa'ad pun mengunjunginya dan memberitahu kepadanya tentang pembicaraannya dengan Rasulullah

Tsabit berkata, 'Ayat ini diturunkan, sedangkan kamu semua mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling keras bersuara, melebihi suara Rasulullah Kalau begitu aku ini termasuk dari ahli Neraka.'

Maka Sa'd menceritakan hal itu kepada Rasulullah Rasulullah pun bersabda: "Bahkan ia termasuk dari kalangan ahli Surga." (HR. Muslim No. 119 dan 170).

Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَقَدَ ثَابِتَ بْنَ قَيْسٍ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَعْلَمُ لَكَ عِلْمَهُ فَأَتَاهُ فَوَجَدَهُ جَالِسًا فِي بَيْتِهِ مُنَكِّسًا رَأْسَهُ فَقَالَ لَهُ مَا شَأْنُكَ فَقَالَ شَرٌّ كَانَ يَرْفَعُ صَوْتَهُ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَأَتَى الرَّجُلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ كَذَا وَكَذَا فَقَالَ مُوسَى فَرَجَعَ إِلَيْهِ الْمَرَّةَ الْآخِرَةَ بِبِشَارَةٍ عَظِيمَةٍ فَقَالَ اذْهَبْ إِلَيْهِ فَقُلْ لَهُ إِنَّكَ لَسْتَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَلَكِنَّكَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Bahwa Nabi mencari Tsabit bin Qais, lalu seseorang berkata; “Ya Rasulullah, Aku tahu keberadaan dia”.

Lalu dia mendatanginya dan ditemuinya sedang duduk di rumahnya dalam keadaan menundukan kepalanya.

Orang itu berkata kepadanya; “Ada apa denganmu?”

Tsabit menjawab; “Sungguh jelek ia (maksudnya Tsabit sendiri), ia telah mengangkat suaranya melebihi suara Nabi SAW, sungguh telah hancur amal perbuatannya dan dia termasuk penghuni neraka”.

Maka orang itu menemui Nabi dan mengabarkan berita keadaannya bahwa ia berkata begini dan begitu.

Musa berkata; -kemudian orang itu kembali kepadanya dengan membawa kabar gembira yang besar.- Nabi berkata kepadanya; “Pergilah kepada Tsabit dan katakan kepadanya bahwa ia bukan penghuni neraka, tapi ia penghuni surga”. (HR. Bukhori no. 4468 dan 4846)

===***===

KELIMA: BADUI YANG MENARIK SELEMPANG NABI ﷺ 

SIKAP LEMBUT NABI  TERHADAP BADUI YANG MENARIK SELEMPANGNYA DENGAN KUAT

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata:

كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الْبُرْدِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ ضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ

"Saya berjalan bersama Rasulullah , ketika itu beliau mengenakan kain (selempang) Najran yang tebal ujungnya, lalu ada seorang Arab badui (dusun) yang menemui beliau. Langsung ditariknya selempang Rasulullah dengan kuat hingga saya melihat permukaan bahu beliau membekas lantaran ujung selimut akibat tarikan Arab badui yang kasar.

Arab badui tersebut berkata; "Wahai Muhammad berikan kepadaku dari harta yang diberikan Allah padamu !".

Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam menoleh kepadanya kemudian beliau tertawa, lalu menyuruh salah seorang sahabat untuk memberikan kepadanya suatu pemberian." [HR. Bukhori no. 5809 dan Muslim no. 1057].

KEENAM : MUSUH YANG MENGHUNUSKAN PEDANG

SIKAP LEMBUT NABI  KEPADA MUSUH YANG MENGHUNUSKAN PEDANG PADANYA

Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma beliau mengabarkan:

أَنَّهُ غَزَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ نَجْدٍ, فَلَمَّا قَفَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَفَلَ مَعَهُ, فَأَدْرَكَتْهُمُ الْقَائِلَةُ فِي وَادٍ كَثِيرِ الْعِضَاهِ, فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَفَرَّقَ النَّاسُ فِي الْعِضَاهِ يَسْتَظِلُّونَ بِالشَّجَرِ, وَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحْتَ سَمُرَةٍ فَعَلَّقَ بِهَا سَيْفَهُ, قَالَ جَابِرٌ: فَنِمْنَا نَوْمَةً, ثُمَّ إِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُونَا فَجِئْنَاهُ, فَإِذَا عِنْدَهُ أَعْرَابِيٌّ جَالِسٌ, فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ هَذَا اخْتَرَطَ سَيْفِي وَأَنَا نَائِمٌ, فَاسْتَيْقَظْتُ وَهُوَ فِي يَدِهِ صَلْتًا, فَقَالَ لِي: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي ؟ قُلْتُ: اللَّهُ ", فَهَا هُوَ ذَا جَالِسٌ ثُمَّ لَمْ يُعَاقِبْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Bahwa dia pernah pergi berperang bersama Rasulullah  menuju Najd, ketika Rasululllah shallallahu’alaihi wa sallam kembali pulang maka dia pun ikut kembali pulang bersamanya.

Lalu datanglah waktu istirahat tidur siang di suatu lembah yang terdapat banyak pepohonan. Maka Rasulullah pun singgah di sana dan para sahabat berpencar mencari naungan pohon dari terik matahari. Rasulullah beristirahat di bawah pohon Samrah dan menggantungkan pedangnya pada pohon tersebut.

Jabir berkata: “Kami pun tertidur beberapa saat, namun tiba-tiba Rasulullah memanggil kami, maka kami pun bergegas menuju kepadanya, kami pun mendapati seorang Arab Badui duduk di sisi beliau.”

Rasulullah pun menceritakan perihal Arab Badui tersebut:

“Orang ini tadi mencuri pedangku ketika aku sedang tertidur, maka ketika aku terbangun kudapati pedang itu berada di tangan orang ini terhunus kepadaku, dia pun berkata kepadaku, “Siapakah yang akan melindungimu dariku?”

Aku pun menjawab: “Allah " [sebanyak tiga kali], maka tiba-tiba dia terduduk, kemudian Rosulullah pun tidak membalasnya. [HR. Bukhori no. 2694]

===***===

KETUJUH : SIKAP LEMBUT NABI TERHADAP PECANDU MINUMAN KERAS & PELAWAK:

Pecandu minuman keras dan pelawak yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dia adalah Nu‘aiman bin Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu.

Nu‘aiman bin Amr adalah seorang sahabat dari kaum Anshar, berasal dari Bani Ghanm bin Malik bin An-Najjar dari suku Khazraj. Ia termasuk yang hadir dalam Bai‘at Aqabah terakhir bersama tujuh puluh orang Anshar menurut riwayat Ibnu Ishaq, dan ia juga ikut serta bersama Nabi Muhammad dalam seluruh peperangan.

[Lihat : Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu Sa‘d – bagian “An-Nu‘man bin Amr”]

Zaid bin Aslam radhiyallhu ‘anhu bercerita:

«أُتِيَ بِالنُّعَيْمَانِ أَوِ ابْنِ النُّعَيْمَانِ إِلَى النَّبِيِّ، فَجَلَدَهُ. ثُمَّ أُتِيَ بِهِ، فَجَلَدَهُ. ثُمَّ أُتِيَ بِهِ، فَجَلَدَهُ». قَالَهَا مِرَارًا أَرْبَعًا أَوْ خَمْسًا فِي شُرْبِ النَّبِيذِ. فَقَالَ رَجُلٌ: «اللَّهُمَّ الْعَنْهُ، مَا أَكْثَرَ مَا يَشْرَبُ وَأَكْثَرَ مَا يُجْلَدُ!»، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لَا تَلْعَنْهُ، فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ».

“Nu‘aiman atau putranya pernah dibawa kepada Nabi , (karena ketahuan minum khomr / minuman keras) lalu beliau mencambuknya. Kemudian dibawa lagi, lalu beliau  mencambuknya.

Lalu dibawa lagi, dan beliau mencambuknya,” diulang berkali-kali, empat atau lima kali, karena meminum minuman memabukkan.

Maka seseorang berkata: “Ya Allah, laknatlah dia, betapa sering ia minum khomr dan betapa sering ia dicambuk!”.

Maka Nabi Muhammad bersabda: “Janganlah kamu melaknatnya, karena sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”

[Lihat : Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu Sa‘d – bagian “An-Nu‘man bin Amr”]

Dalam Imam Bukhari No. 6780 dari Umar bin Al-Khattab radhiyallhu ‘anhu disebutkan:

أَنَّ رَجُلًا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اسْمُهُ عَبْدَ اللَّهِ ، وَكَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا ، وَكَانَ يُضْحِكُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَلَدَهُ فِي الشَّرَابِ ، فَأُتِيَ بِهِ يَوْمًا ، فَأَمَرَ بِهِ فَجُلِدَ ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَوْمِ : اللَّهُمَّ العَنْهُ ، مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَلْعَنُوهُ، فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

Bahwa ada seseorang di zaman nabi  yang bernama Abdullah dan dia digelari dengan himaar (keledai). Orang itu suka membuat tertawa Rasulullah . Dan nabi  dahulu pernah mencambuknya karena minuman keras.

Suatu saat pernah dia diperintahkan untuk dicambuk, namun ada seseorang yang mengatakan: " Ya Allah laknatlah dia , karena betapa seringnya dia dihadapkan kepada Rosulullah dan dicambuk karena habis minum minuman keras" .

Nabi  pun berkata : “ Jangan kalian melaknatnya, demi Allah tidaklah aku melihatnya kecuali dia mencintai Allah dan Rasul-Nya “. ( HR. Imam Bukhari No. 6780)

====

NU'AIM TUKANG CANDA DAN NGERJAIN ORANG

Nu‘aiman bin Amr dikenal sebagai orang yang banyak bergurau dan bercanda. Diantara candaannya adalah sbb :

----

Candaan pertama : Nu'aim pernah ngerjain sahabat lain yang bernama Suaibith.

Dalam kitab-kitab biografi sahabat disebutkan sebuah kisah lucu yang diriwayatkan dari Ummu Salamah:

أَنَّ أَبَا بَكْرٍ خَرَجَ تَاجِرًا إِلَى بُصْرَى، وَمَعَهُ النُّعَيْمَانُ بْنُ عَمْرٍو وَسُوَيْبِطُ بْنُ حَرْمَلَةَ، وَكَانَ سُوَيْبِطٌ عَلَى الزَّادِ، فَقَالَ لَهُ النُّعَيْمَانُ: «أَطْعِمْنِي». فَقَالَ سُوَيْبِطٌ: «حَتَّى يَجِيءَ أَبُو بَكْرٍ». وَكَانَ النُّعَيْمَانُ مُضْحَاكًا مِزَاحًا، فَذَهَبَ إِلَى نَاسٍ عَرَضَ عَلَيْهِمْ شِرَاءَ سُوَيْبِطٍ مُدَّعِيًا أَنَّهُ غُلَامُهُ، وَأَخْبَرَهُمْ أَنَّهُ سَيُنْكِرُ أَنَّهُ عَبْدٌ، فَلَا تُصَدِّقُوهُ، وَبَاعَهُ لَهُمْ بِعَشْرِ إِبِلٍ صِغَارَاتٍ، فَأَقْبَلَ بِهَا يَسُوقُهَا، وَقَالَ لَهُمْ: «دُونَكُمْ هُوَ هَذَا». فَأَنْكَرَ سُوَيْبِطٌ أَنَّهُ عَبْدٌ، فَلَمْ يُصَدِّقُوهُ، وَرَبَطُوا حَبْلًا فِي رَقَبَتِهِ، وَأَرَادُوا أَنْ يَذْهَبُوا بِهِ، فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ فَأُخْبِرَ بِالْخَبَرِ، فَرَدَّ الْإِبِلَ وَأَخَذَهُ، ثُمَّ أَخْبَرُوا النَّبِيَّ مُحَمَّدًا ﷺ بِالْخَبَرِ، فَضَحِكَ هُوَ وَأَصْحَابُهُ.

Bahwa Abu Bakar pernah pergi berdagang ke kota Bushra bersama Nu‘aiman bin Amr dan Suwaibit bin Harmalah. Suwaibit bertugas menjaga bekal makanan.

Maka Nu‘aiman berkata kepadanya: “Berilah aku makan.”

Suwaibit menjawab: “Tunggu sampai Abu Bakar datang.”

Nu‘aiman yang dikenal suka bergurau dan berkelakar lalu pergi menemui sekelompok orang dan menawarkan Suwaibit untuk dibeli oleh mereka, dengan pura-pura mengaku bahwa Suwaibit adalah seorang budak miliknya.

Ia memberitahu mereka bahwa orang itu akan mengingkari bahwa ia seorang budaknya, tetapi mereka tidak boleh mempercayainya. Maka ia menjual Suwaibit kepada mereka dengan harga sepuluh ekor unta muda.

Setelah dia menerima unta-unta itu, ia berkata kepada pembelinya: “Inilah dia, ambillah.”

Suwaibit pun menolak dan berkata bahwa dirinya bukan budak, tetapi mereka tidak mempercayainya, lalu mengikat lehernya dengan tali dan hendak membawanya pergi.

Abu Bakar kemudian datang dan diberitahu tentang kejadian itu. Ia mengembalikan unta-unta tersebut dan membebaskan Suwaibit. Setelah itu mereka menceritakan peristiwa itu kepada Nabi Muhammad , dan beliau serta para sahabat pun tertawa mendengarnya.

[Lihat : Siyar A‘lam An-Nubala – bab tentang keistimewaan Nabi dan kelembutan akhlaknya].

---

Candaan ke dua : Nu'aim Ngerjain / Nge-prank Nabi ﷺ :

Dalam riwayat Abu Ya’la dan lainnya dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu , dia berkata :

أَنَّ رَجُلًا كَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا ، وَكَانَ يُهْدِي لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعُكَّةَ مِنَ السَّمْنِ ، وَالْعُكَّةَ مِنَ الْعَسَلِ، فَإِذَا جَاءَ صَاحِبُهَا يَتَقَاضَاهُ جَاءَ بِهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَعْطِ هَذَا ثَمَنَ مَتَاعِهِ ، فَمَا يَزِيدُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنْ يَبْتَسِمَ وَيَأْمُرَ بِهِ فَيُعْطَى ، فَجِيءَ بِهِ يَوْمًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَقَدْ شَرِبَ الْخَمْرَ ، فَقَالَ رَجُلٌ : اللَّهُمَّ الْعَنْهُ ، مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَا تَلْعَنُوهُ ؛ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ) 

" Bahwa seorang pria yang nama panggilannya Himaar [Keledai] , dan dia pernah – ngeprank-memberi hadiah kepada  Rasulullah ﷺ satu 'Ukkah [kantong kulit] dari minyak Samin , dan satu Ukkah madu.

Lalu datanglah pemilik barang tersebut kepada pria itu [Himar] untuk menagih pembayaran , maka pria itu [Himar] membawanya menghadap ke Rasulullah saw, dan dia berkata :

" Wahai Rasulullah, bayarlah harga barang tadi !!! “ .

Maka Rasulullah   hanya tersenyum dan tidak lebih dari itu . Lalu beliau membayarnya .

Pada suatu hari dia dihadapkan kepada Rosulullah  kerena dia habis minum minuman keras .

Lalu ada seorang pria berkata : “ Semoga Allah melaknatinya , karena betapa seringnya dia dihadapkan kepada Rosulullah  dan dicambuk karena habis minum minuman keras “ .

Maka Rosulullah  bersabda : “ Jangan kalian laknati dia , karena sesungguhnya dia itu mencintai Allah dan Rosul-Nya “.

[ HR. Abu Ya'la dalam Musnad (176), Abu Nu'aim dalam “Al-Hilya” (3/228), dan Ad-Dhiya dalam “Al-Mukhtara” (92) ]

( Note : makna العُكَّة / Ukkah : ghirbah atau kantong dari kulit kambing )

Abu Nu'aim mengatakan : "Sahih Tsaabit."

Al-Bushiri berkata dalam "اتِّحَافُ الخِيَرَةِ" (3/398): “ Ini adalah Isnad yang shahih”.

Al-Haitsami berkata dalam al-Majma` (4/148):

رَوَاهُ أَبُو يَعْلَى، وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ

"Itu diriwayatkan oleh Abu Ali, dan para perawinya adalah standar al-Shahih."

Nu‘aiman bin Amr meninggal pada masa kekhalifahan Mu‘awiyah bin Abi Sufyan. Ia meninggalkan beberapa anak, yaitu Muhammad, ‘Amir, Sabrah, Lubabah, Kabsyah, Maryam, Ummu Habib, dan Amatullah dari beberapa ibu yang berbeda, di antaranya Hakimah yang ibunya berasal dari Bani Sahm.

[Lihat : Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu Sa‘d – bagian “An-Nu‘man bin Amr”]

----

Candaan ke tiga : Nu'aim Ngerjain / Nge-prank Nabi ﷺ :

Dan Rabi‘ah bin Utsman radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan:

«أَتَى أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ، وَأَنَاخَ نَاقَتَهُ بِفِنَائِهِ، فَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ لِنُعَيْمَانَ: «لَوْ نَحَرْتَهَا فَأَكَلْنَاهَا، فَإِنَّا قَدْ قَرِمْنَا إِلَى اللَّحْمِ، وَيَغْرَمُ رَسُولُ اللهِ ﷺ ثَمَنَهَا؟»، فَنَحَرَهَا نُعَيْمَانُ، ثُمَّ خَرَجَ الْأَعْرَابِيُّ فَرَأَى رَاحِلَتَهُ، فَصَاحَ: «وَاعْقَرَاهَا يَا مُحَمَّدُ»، فَخَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: «مَنْ فَعَلَ هَذَا؟»، فَقَالُوا: «نُعَيْمَانُ». فَاتَّبَعَهُ يَسْأَلُ عَنْهُ، فَوَجَدُوهُ فِي دَارِ ضُبَاعَةَ بِنْتِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ مُسْتَخْفِيًا، فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَجُلٌ وَرَفَعَ صَوْتَهُ يَقُولُ: «مَا رَأَيْتُهُ يَا رَسُولَ اللهِ»، وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ حَيْثُ هُوَ، فَأَخْرَجَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَقَالَ لَهُ: «مَا حَمَلَكَ عَلَى هَذَا؟»، قَالَ: «الَّذِينَ دَلُّوكَ عَلَيَّ يَا رَسُولَ اللهِ، هُمُ الَّذِينَ أَمَرُونِي»، فَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَمْسَحُ وَجْهَهُ وَيَضْحَكُ، وَغَرِمَ ثَمَنَهَا».

“Seorang Badui datang kepada Rasulullah , masuk ke masjid, lalu menambatkan untanya di halamannya. Maka sebagian sahabat Rasulullah berkata kepada Nu‘aiman:

‘Bagaimana jika kamu menyembelihnya dan kita makan dagingnya, karena kita sudah lama tidak makan daging, dan Rasulullah nanti yang akan menggantinya (membayarnya)?’

Maka Nu‘aiman pun menyembelih unta itu. Ketika Badui itu keluar dan melihat untanya telah disembelih, ia berteriak: ‘Celaka, unta tungganganku, wahai Muhammad!’

Maka Rasulullah keluar dan bertanya: ‘Siapa yang melakukan ini?’

Mereka menjawab: ‘Nu‘aiman.’

Maka Rasulullah mencari dan menanyakannya, hingga beliau menemukannya bersembunyi di rumah Duba‘ah binti Az-Zubair bin Abdul Muththalib.

Seorang laki-laki menunjuk ke arahnya sambil berkata dengan suara keras: ‘Aku tidak melihatnya, wahai Rasulullah,’ tapi dia sambil mengisyaratkan dengan jarinya ke arah tempat persembunyian Nu‘aiman.

Maka Rasulullah mendatangi dan mengeluarkannya, lalu bertanya: ‘Apa yang mendorongmu melakukan ini?’

Ia menjawab: ‘Orang-orang yang menunjukkanmu kepadaku, merekalah yang menyuruhku, wahai Rasulullah.

Maka Rasulullah mengusap wajahnya sambil tertawa, dan beliau menanggung harga unta itu.”

[Baca : Usud Al-Ghabah fi Ma‘rifat Ash-Shahabah – bagian “Nu‘aiman bin Amr”]

 

Posting Komentar

0 Komentar