JANGANLAH ANDA MAKAN DARI AGAMA ANDA !
Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
*******
DAFTAR ISI :
- AGAMA SESEORANG DAN AMAL SALEH-NYA HANYA UNTUK ALLAH SWT
- PARA SALAFUS SALEH TIDAK MAU MAKAN DARI AGAMANYA & KESALEHANNYA
- SYAIR IBNU AL-MUBARAK TENTANG CELAAN JUALAN AGAMA
- KISAH SAAT
NABI ﷺ HIJRAH, MENOLAK PEMBERIAN UNTA DARI ABU BAKAR RA:
- HADITS - HADITS LARANGAN MAKAN DARI AGAMANYA
- JANGAN SOMBONG DAN JANGAN MERASA SUCI :
- KESOMBONGAN YANG PALING BUSUK :
- SOMBONG DAN MERASA SUCI ADALAH DOSA PERTAMA IBLIS :
- TANPA DALIL YANG SHAHIH, TIDAK BOLEH MENGKLAIM AHLI SYURGA ATAU WALIYULLAH ATAU MATI SYAHID
- PENGKLAIMAN AHLI SYURGA ATAU AHLI NERAKA ADALAH MASUK DALAM RANAH PERKARA GHAIB .
- AMAL PERBUATAN YANG NAMPAK ITU BUKAN JAMINAN AKAN TAPI HANYA SEBATAS SEBAB DAN WASHILAH YANG MENGANTARKAN KE SURGA .
- Kisah seseorang yang DI KIRA MUJAHID DAN MATI SYAHID , ternyata dia mati bunuh diri.
- HANYA ALLAH SWT YANG MENGETAHUI NIAT DAN ISI HATI SESEORANG , MESKIPUN NAMPAKNYA SEORANG MUJAHID , DA'I , QORI AL-QUR'AN DAN AHLI INFAQ :
- KISAH PECANDU MINUMAN KERAS YANG TERNYATA DIA ADALAH ORANG YANG MENCINTAI ALLAH DAN ROSUL-NYA .
بسم الله الرحمن الرحيم
*****
AGAMA SESEORANG DAN AMAL SALEH-NYA HANYA UNTUK ALLAH SWT
Allah Swt berfirman kepada Ibrahim :
﴿إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ
أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ﴾
“Ketika Tuhannya
berfirman kepadanya [Ibrahim] : " Islamlah (Tunduk patuhlah) !"
Ibrahim menjawab: "Aku telah Islam untuk Tuhan semesta alam". [QS. Al-Baqarah:
131]
Dan Allah Swt berfirman :
{قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ }
“Katakanlah, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah. Tuhan semesta alam . Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama muslim [berserah diri kepada Allah)."" (Al-An'am: 162-163}
Al-Hafidz Ibnu katsir dalam Tafsirnya berkata :
"يَأْمُرُهُ تَعَالَى أَنْ يُخْبِرَ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَعْبُدُونَ غَيْرَ اللَّهِ وَيَذْبَحُونَ لِغَيْرِ اسْمِهِ، أَنَّهُ مُخَالِفٌ لَهُمْ فِي ذَلِكَ، فَإِنَّ صَلَاتَهُ لِلَّهِ وَنُسُكَهُ عَلَى اسْمِهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَهَذَا كَقَوْلِهِ تَعَالَى: {فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ} [الْكَوْثَرِ: 2] أَيْ: أَخْلِصْ لَهُ صَلَاتَكَ وَذَبِيحَتَكَ، فَإِنَّ الْمُشْرِكِينَ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْأَصْنَامَ وَيَذْبَحُونَ لَهَا، فَأَمَرَهُ اللَّهُ تعالى بِمُخَالَفَتِهِمْ وَالِانْحِرَافِ عَمَّا هُمْ فِيهِ، وَالْإِقْبَالِ بِالْقَصْدِ وَالنِّيَّةِ وَالْعَزْمِ عَلَى الْإِخْلَاصِ لِلَّهِ تَعَالَى ....
فَإِنَّ جَمِيعَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلَهُ كُلَّهُمْ كَانَتْ دَعْوَتُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ، وَأَصْلُهُ عِبَادَةُ اللَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ".
“ Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Saw. untuk memberitakan kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah dan yang menyembelih hewan dengan menyebut nama selain Allah :
“ Bahwa dia (Nabi ﷺ) berbeda dengan mereka dalam hal tersebut. Karena sesungguhnya sholat beliau ﷺ hanyalah untuk Allah, dan ibadahnya hanya semata-mata untuk Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Hal ini sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ}
“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah”. (Al-Kausar: 2)
Artinya : berikhlaslah kamu untuk Dia dalam salat dan kurbanmu. Karena sesungguhnya orang-orang musyrik menyembah berhala dan menyembelih untuk berhala. Maka Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar membedakan diri dengan mereka dan menyimpang dari kebiasaan yang mereka lakukan, serta menghadapkan diri dengan seluruh tekad dan niat yang tulus dalam berikhlas kepada Allah Swt.....
Karena sesungguhnya dakwah yang diserukan oleh semua para nabi sebelumnya adalah Islam [yakni : kepatuhan, ketundukkan dan berserah diri], yang pokok dakwahnya nya ialah agar beribadah hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya”. [ Tafsir Ibnu Katsir 3/382]
Jika tidak memurnikan amal ibadahnya ikhlas hanya karena Allah semata, maka telah menyekutukan Allah dengan selain-Nya . Sebagaimana yang difahami dalam firman-Nya yang telah disebutkan diatas:
{ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ}
“... Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."" (Al-An'am: 163)
Dan Allah SWT berfirman :
﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ﴾
Padahal mereka tidaklah disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh keihklasan dan murni untuk-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. [QS. Al-Bayyinah : 5]
*****
PARA SALAFUS SALEH TIDAK MAU MAKAN DARI AGAMANYA & KESALEHANNYA
=====
KISAH ABDULLAH BIN MUHAIRIIZ
[Seorang Tabi'i yang mulia dari Syaam. Wafat Tahun 99 H Pada Masa Pemerintahan al-Walid]:
Dalam al-Mawsuu’ah asy-Syaamilah 221/1211 disebutkan :
دَخَلَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَيْرِزٍ دُكَانًا يُرِيدُ أَنْ يَشْتَرِي ثَوْبًا، فَقَالَ رَجُلٌ - قَدْ عَرَفَهُ - لِصَاحِبِ الْمَحَلِ: هَذَا ابْنُ مُحَيْرِزٍ فَقِيهُنَا وَعَابِدُنَا فَأَحْسِنْ بَيْعَهُ.. فَغَضِبَ ابْنُ مُحَيْرِزٍ، وَطَرَحَ الثَّوْبَ مِنْ يَدِهِ وَقَالَ: "إِنَّمَا نَشْتَرِي بِأَمْوَالِنَا وَلَا نَشْتَرِي بِدِينِنَا!"
Abdullah bin Muhairiz memasuki sebuah toko ingin membeli sebuah baju tsaub. Seorang pria yang mengenalnya berkata kepada pemilik toko:
" Dia ini adalah Ibnu Muhairiz, seorang ahli fiqih kami dan ahli ibadah kami ", Maka dia menjualnya dengan harga yang terbaik.
Maka Ibnu Muhairiz marah, dan melemparkan baju tsaub itu dari tangannya dan berkata: " Kami hanya membeli dengan uang kami dan bukan dengan agama kami!"
Abu Nu’aim al-Ashfahani meriwayatkan dalam kitabnya Hilyatul Awliyaa 5/139 dengan sanadnya sampai kepada : Rojaa' bin Abu Salamah, dia berkata:
نُبِئَتْ أَنَّ ابْنَ مُحَيْرِزٍ دَخَلَ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْبَزَّازِينَ يَشْتَرِي مِنْهُ ثَوْبًا فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: "أَتَعْرِفُ هَذَا؟ هَذَا ابْنُ مُحَيْرِزٍ"، فَقَامَ وَقَالَ: "إِنَّمَا جِئْنَا نَشْتَرِي بِدِرَاهِمِنَا لَيْسَ بِدِينِنَا".
Saya diberitahu bahwa Ibnu Muhayriz masuk ke toko seorang pria dari kalangan Bazaziin [para penjual pakaian] untuk membeli pakaian tsoub darinya.
Lalu ada seorang lelaki berkata pada si penjual: "Apakah Anda mengenal orang ini? Ini Ibnu Muhayriz."
Maka Ibnu Muhayriz berdiri dan berkata: "Kami hanya datang untuk membeli dengan uang kami, bukan dengan agama kami."
Dan Abu Nu’aim al-Ashfahani juga meriwayatkan (5/139) dengan sanadnya sampai kepada Khalid bin Dariik, dia berkata:
خَرَجَ ابْنُ مُحَيْرِزٍ إِلَى بَزَازٍ يَشْتَرِي مِنْهُ ثَوْبًا وَالْبَزَّازُ لَا يَعْرِفُهُ، قَالَ: وَعِنْدَهُ رَجُلٌ يَعْرِفُهُ، فَقَالَ: بِكَمْ هَذَا الثَّوْبُ؟ قَالَ الرَّجُلُ: بِكَذَا وَكَذَا، فَقَالَ الرَّجُلُ الَّذِي يَعْرِفُهُ: أَحْسِنْ إِلَى ابْنِ مُحَيْرِزٍ، فَقَالَ ابْنُ مُحَيْرِزٍ: إِنَّمَا جِئْتُ أَشْتَرِي بِمَالِي وَلَمْ أَجِئْ أَشْتَرِي بِدِينِي، فَقَامَ وَلَمْ يَشْتَرِ.
Ibnu Muhayriz pergi ke Bazaz [penjual pakaian] untuk membeli pakaian darinya, dan si penjual tidak mengenalinya.
Khalid berkata: "Namun di sisinya ada seseorang yang mengenalinya." Lalu Ibnu Muhairiz bertanya: "Berapa harga pakaian ini?" Maka si penjual itu menjawab: "Harganya segini dan segitu."
Maka orang yang mengenalnya berkata: "Perlakukan Ibnu Muhayriz dengan baik." Maka Ibnu Muhayriz berkata: "Saya hanya datang untuk membeli dengan uang saya dan bukan untuk membeli dengan agama saya." Maka dia pun berdiri dan tidak jadi membeli.
=====
KISAH IBRAHIM BIN ADHAM [wafat 162 H]:
Dalam Hilyatul Awlyaa 7/392 disebutkan :
وَمَرَّ إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَدْهَمَ بِغُلَامٍ يَبِيعُ التِّينَ، فَقَالَ لَهُ: يَا غُلَامُ بِعْنِي مِنْ هَذَا التِّينِ. وَكَأَنَّ الْغُلَامَ كَانَ يَتَوَقَّعُ مَبْلَغًا أَكْبَرَ، أَوْ مُشْتَرِيًا آخَرَ، فَأَبَى أَنْ يَبِيعَهُ مِنْهُ.
فَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى الْبَائِعِ وَقَالَ لَهُ: بِعْ لَهُ فَإِنَّهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَدْهَمَ فَقِيهُ دِيَارِ الشَّامِ كُلَّهَا! فَلَحَقَ الْغُلَامَ بِإِبْرَاهِيمَ، وَقَالَ لَهُ: يَا عَمُّ خُذْ التِّينَ بِالسِّعْرِ الَّذِي تُرِيدُ! فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ: يَا بُنَيَّ، إِنَّنَا لَا نَشْتَرِي التِّينَ بِالدِّينِ!
Ibrahim bin Adham melewati seorang anak laki-laki yang menjual buah at-Tiin, dan dia berkata kepadanya:
" Nak, juallah ke saya sebagian buah Tiin ini !".
Seakan-akan bocah itu mengharapkan jumlah harga yang lebih besar, atau pembeli lain, jadi dia menolak untuk menjualnya kepadanya.
Maka ada seorang laki-laki datang kepada si bocah penjual itu dan berkata kepadanya: "Juallah padanya, karena dia adalah Ibrahim bin Adham, ahli fiqih seluruh Syria!".
Maka anak laki-laki itu segera mengejar Ibrahim, dan berkata:
" Wahai Paman, ambil buah Tiin itu dengan harga yang Anda inginkan! ".
Ibrahim berkata kepadanya: Anakku, kami tidak membeli buah Tiin dengan Agama!".
Dan dalam riwayat lain Abu Nu'aim al-Asbahaani dalam al-Hilyah 7/394, dia berkata:
وَأُخْبِرْتُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: سَمِعْتُ إِسْمَاعِيلَ بْنَ حَبِيبِ الزِّيَاتِ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ فُلَانٍ، يُحَدِّثُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ، "أَنَّهُ مَرَّ بِغُلَامٍ مَعَهُ تِينٌ فِي بَنِيقَةٍ، فَقَالَ: أَعْطِنَا بِدَانِقٍ مِنْ هَذَا، فَأَبَى عَلَيْهِ، فَمَضَى إِبْرَاهِيمُ، وَنَظَرَ رَجُلٌ إِلَى صَاحِبِ التِّينِ، فَقَالَ لَهُ: إِيشَ قَالَ لَكَ هَذَا الرَّجُلُ؟ فَقَالَ: قَالَ لِي: أَعْطِنِي مِنْ هَذَا التِّينِ بِدَانِقٍ، قَالَ: إلْحَقْهُ، فَادْفَعْ إِلَيْهِ مَا يُرِيدُ، وَخُذْ مِنِّي الثَّمَنَ، فَلَحِقَهُ فَقَالَ: يَا عَمُّ خُذْ مِنْ هَذَا التِّينِ مَا تُرِيدُ، فَالتَّفَتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ: لَا نَبْتَاعُ التِّينَ بِالدِّينِ".
Dan saya dikabari dari Abdullah, dia berkata: Saya mendengar Ismail bin Habib Al-Zayat berkata: Saya mendengar Abdullah bin Fulan, dia bercerita tentang Ibrahim [Bin Adham]:
Dia melewati seorang anak laki-laki bejualan buah Tiin di Buniiqa, dan dia berkata:
" Beri kami dari buah Tiin ini seharga Daaniq [1/6 dirham] !", tapi dia menolaknya. Maka Ibrahim pergi.
Dan ada seorang pria yang melihat pemilik buah Tiin tsb. Lalu dia bertanya: "Pria itu bicara apa padamu ?".
Dia menjawab: " Dia berkata kepadaku: Beri saya sebagian buah Tiin ini seharga satu Daaniq"
Pria itu berkata: " Kejarlah beliau, lalu berikan padanya berapa saja sesuai dengan yang beliau inginkan! dan ambillah bayarannya dari ku !".
Maka dia pun mengejarnya, lalu berkata: " Wahai paman, ambil lah dari buah Tiin sekehendak engkau!"
Maka Ibrahim pum menoleh dan berkata: " Kami tidak membeli buah Tiin ini dengan agamaku ".
=====
ATSAR SEBAGIAN PARA SAHABAT DAN PARA TABI'IN YANG MENOLAK TUNJANGAN YANG KARENA AGAMANYA
Ada sebagian para sahabat dan sebagian para ulama salaf yang menolak tunjangan mengajar al-Quran dan ilmu agama dari pemerintah, mereka membencinya, diantara mereka adalah : sahabat Abdullah bin Syaqiiq al-Anshari (ra), Sahabat ‘Amr bin Nu’man (ra) dan ulama Tabi’i Abdurrahman bin Ma’qil (rahimahullah)
Dari Abdullah bin Syaqiiq al-Anshori (ra) , berkata :
"يُكْرَهُ أرْشُ المُعَلِّمِ، فَإِنَّ أَصْحَابَ رَسُولِ اللهِ ﷺ كَانُوا يَكْرَهُونَهُ وَيَرَوْنَهُ شَدِيدًا"
“ Upah mengajar itu di benci , maka sesungguhnya para sahabat Rosulullah ﷺ sangat membencinya , dan sangat keras melarangnya “.
(Di riwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf 6/223 no. 884. Lihat juga al-Muhalla 7/20).
Dan di riwayatkan pula dari sahabat lainnya seperti Ubadah dan lain-lainnya. Bahkan Ibnu Hazem dlm kitabnya al-Muhalla 7/20 no. 1307 telah menyebutkan atsar yang banyak dari para sahabat (ra) .
Dan dari Abi Iyyaas , dia berkata :
كُنْتُ نَازِلاً عَلَى عَمْرِو بْنِ النُّعْمَانِ فَأَتَاهُ رَسُولُ مُصْعَبِ ابْنِ الزُّبَيْرِ حِينَ حَضَرَهُ رَمَضَانُ بِأَلْفَيْ دِرْهَمٍ فَقَالَ : إِنَّ الأَمِيرَ يُقْرِئُكَ السَّلامَ وَقَالَ إِنَّا لَمْ نَدَعْ قَارِئًا شَرِيفًا إِلا وَقَدْ وَصَلَ إِلَيْهِ مِنَّا مَعْرُوفٌ فَاسْتَعِنْ بِهَذَيْنِ عَلَى نَفَقَةِ شَهْرِكَ هَذَا .فَقَالَ : ( أَقْرِئِ الأمِيرَ السَّلامَ وَقُلْ لَهُ إِنَّا وَاللَّهِ مَا قَرَأْنَا الْقُرْآنَ نُرِيدُ بِهِ الدُّنْيَا وَدِرْهَمَهَا )
Dulu aku pernah singgah di rumah ‘Amr bin Nu’maan (ra). Lalu datanglah kepadanya utusan Mush’ab bin Zubair ketika Bulan Ramadhan tiba sambil membawa uang 2000 dirham , maka dia berkata :
“ Sesungguhnya gubernur kirim salam pada anda , dan dia berkata : Sesungguhnya kami tidak akan membiarkan seorang qoori’ [guru al-Qur’an] yang terhormat kecuali aku mengirim untuknya bantuan kebaikan , maka dengan uang 2000 dirhan ini semoga bisa membantu mu untuk nafkah satu bulan ini “.
Maka beliau menjawab : Sampaikan salamku kepada Gubernur , dan tolong sampaikan pula padanya : Demi Allah sesungguhnya kami membaca al-Qur’an bukan karena dunia dan dirhamnya . ( HR, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya 7/164 ).
Dan Ubeid bin al-Hasan , berkata :
قَسَمَ مُصْعَبُ بْنُ الزُّبَيْرِ مَالاً فِي قُرَّاءِ أَهْلِ الْكُوفَةِ حِينَ دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فَبَعَثَ إِلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَعْقِلٍ بِأَلْفَيْ دِرْهَمٍ فَقَالَ لَهُ اسْتَعِنْ بِهَا فِي شَهْرِكَ هَذَا ، فَرَدَّهَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَعْقِلٍ وَقَالَ :{ لَمْ نَقْرَأِ الْقُرْآنَ لِهَذَا }
Mush’ab bin az-Zubeir bagi-bagi uang untuk para Qoori’ [guru al-Qur’an] Ahli Kuufah ketika masuk bulan Romadhan , lalu dia mengirim untuk Abdurrahman bin Mi’qool 2000 dirham , dan berkata kepadanya : “ Semoga dengan 2000 dirham ini bisa membantumu untuk satu bulan ini “. Maka Abdurrahman bin Mi’qool menolaknya dan mengambalikannya , sambil berkata : “ Kami membaca al-Qur’an bukan untuk ini “. ( HR. Ad-Daarimii dalam Sunan nya , di Muqoddimah , bab Shiyanatul ilmi 1/152 no. 574 )
====
SYAIR IBNU AL-MUBARAK TENTANG CELAAN JUALAN AGAMA
Nasihat Al-Imam Ibnu al-Mubarok rahimahullah (wafat 181 H) kepada Ibnu ‘Ulayyah rahimahullah:
يَا جَاعِلَ الْعِلْمِ لَهُ بَازِيًا *
يَصْطَادُ أَمْوَالَ الْمَسَاكِينِ احْتَلَّتْ لِلدُّنْيَا وَلَذَاتِهَا *
بِحِيْلَةٍ تَذْهَبُ بِالدِّيْنِ فَصِرْتَ مَجْنُوْنًا بِهَا بَعْدَمَا *
كُنْتَ دَوَاءً لِلْمَجَانِيْنَ أَيْنَ رِوَايَاتُكَ فِيْمَا مَضَى *
عَنْ ابْنِ عَوُنَ وَابْنِ سِيْرِيْنَ وَدَرْسِكَ الْعِلْمِ بِآثَارِهِ *
فِي تَرْكِ أَبْوَابِ السُّلاَطِيْنَ تَقُوْلُ: أُكْرِهْتُ، فَمَاذَا كَذَا *
زَلَّ حِمَارُ الْعِلْمِ فِي الطِّيْنِ لَا تَبْعَ الدِّيْنَ بِالدُّنْيَا كَمَا *
يَفْعَلُ ضَلَالُ الرُّهَابِيْنَ
“Wahai orang yang menjadikan ilmu sebagai barang dagangan untuk menjaring harta orang-orang miskin,
diambil demi dunia dan kesenangannya.
Dengan tipu daya engkau menghilangkan agama,
lalu engkau menjadi orang yang gila setelah dulunya engkau adalah obat bagi orang-orang gila.
Di manakah riwayat-riwayatmu yang lampau dari Ibnu ‘Aun dan Ibnu Sirin.
Dan manakah ilmu yang kamu pelajari dengan atsar-atsarnya yang berisi anjuran untuk meninggalkan pintu-pintu penguasa? Kamu berkata: “Aku terpaksa.” Lalu apa?
Demikianlah keledai ilmu tergelincir di tanah liat yang basah.
Janganlah kamu jual agama dengan dunia sebagaimana perbuatan para rahib yang sesat.” (“Siyar A’lamin Nubala”/9/110).
====
KISAH SAAT NABI ﷺ HIJRAH, MENOLAK PEMBERIAN UNTA DARI ABU BAKAR RA:
'Aisyah radliallahu 'anha berkata;
فَبَيْنَمَا نَحْنُ يَوْمًا جُلُوسٌ فِي بَيْتِ أَبِي بَكْرٍ فِي نَحْرِ الظَّهِيرَةِ قَالَ قَائِلٌ لِأَبِي بَكْرٍ هَذَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مُتَقَنِّعًا فِي سَاعَةٍ لَمْ يَكُنْ يَأْتِينَا فِيهَا فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ فِدَاءٌ لَهُ أَبِي وَأُمِّي وَاللَّهِ مَا جَاءَ بِهِ فِي هَذِهِ السَّاعَةِ إِلَّا أَمْرٌ قَالَتْ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَاسْتَأْذَنَ فَأُذِنَ لَهُ فَدَخَلَ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِأَبِي بَكْرٍ أَخْرِجْ مَنْ عِنْدَكَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّمَا هُمْ أَهْلُكَ بِأَبِي أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنِّي قَدْ أُذِنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصَّحَابَةُ بِأَبِي أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ نَعَمْ قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَخُذْ بِأَبِي أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَى رَاحِلَتَيَّ هَاتَيْنِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِالثَّمَنِ
Pada suatu hari di tengah siang ketika kami sedang duduk di rumah Abu Bakar, tiba-tiba ada orang yang berkata kepada Abu Bakar;
"Ini ada Rasulullah ﷺ datang pada waktu yang sebelumnya tidak pernah beliau datang kepada kami pada waktu seperti ini".
Maka Abu Bakar berkata; "Bapak ibuku menjadi tebusan untuk beliau. Demi Allah, tidaklah beliau datang pada waktu seperti ini melainkan pasti ada urusan penting".
'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Rasulullah ﷺ datang kemudian meminta izin lalu beliau dipersilakan masuk.
Beliau masuk dan berkata kepada Abu Bakar;
"Perintahkan orang-orang yang ada di rumahmu untuk keluar".
Abu Bakar berkata; "Mereka itu dari keluarga tuan juga, bapakku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah".
Beliau lalu berkata; "Sungguh aku telah diizinkan untuk keluar berhijrah".
Abu Bakar bertanya; "Apakah aku akan menjadi pendamping, demi bapakku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah?".
Rasulullah ﷺ menjawab: "Ya benar".
Abu Bakar berkata; "Demi bapakku sebagai tebusanmu, ambillah salah satu dari unta tungganganku ini untuk engkau".
Rasulullah ﷺ bersabda; "(Harus) DENGAN HARGA [yakni Rosusullah ﷺ mau menerimanya jika dengan cara membelinya sesuai harga pasar] " [HR. Bukhori no. 3616].
====
PEPATAH IMAM SYAFI'I:
أَنْ أستَرْزِقَ بِالرَّقْصِ أَحَبُّ إليّ مِنْ أَنٍ أستَرْزِقَ بِالدِّيْنِ
" Lebih saya sukai mencari Rizki dengan berjoget daripada mencari rizki dengan agama".
[Di kutip dari كتاب فتاوى الشبكة الإسلامية 3/1357]
Pepatah Imam syafi'i ini masih diragukan akan keshahihannya. Namun ada seseorang yang menjelaskan makna pepatah itu sbb:
يقول تعالى: (إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ )
التِّجَارَةُ بِالدِّينِ هِيَ الهَلاَكُ وَالخُسْرَانُ الْمُبِينُ، وَالشَّافِعِيُّ كَلَامُهُ هَذَا مَجَازٌ أَيُّ أَنَّهُ يَتَّقِي شَرًّا عَظِيمًا بِأَخْرَى أَهْوَنَ مِنْهُ.
Allah SWT berfirman:
" Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan perjanjian dengan Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (QS. Ali 'Imran: 77)
Memperdagangkan agama adalah kebinasaan dan kerugian yang sangat jelas, dan kata-kata Al-Syafi'i adalah majazi ( Kiasan /metafora ), artinya: berjaga-jaga untuk menghindari kejahatan yang besar dengan melakukan kejahatan lain yang lebih rendah darinya". [Selesai].
Para ulama kita dahulu, seperti yang telah Anda lihat dalam kisah Abdullah bin Muhairiz dan Ibrahim bin Adham, merasa tidak nyaman dalam jiwanya ketika si penjual memotong sebagian dari harga untuk mereka, khawatir bahwa harga ini akan merusak agama dan kehormatan mereka di sisi Allah.
Sayangnya, hari ini semua agama diperjual belikan oleh sebagian para ulama, kyai, da'i dan sebagian para ustadz dengan harga yang hina dari dunia ini.
Bahkan sudah menjadi tradisi setiap orang yang datang berkunjung ke seorang kyai, habib, ulama dan ustadz harus memberikan amplop kepada mereka . Seakan-akan kesalehan mereka itu hal yang sangat mahal sehingga harus dibayar dengan amplop saat berkunjung . Dan seakan-akan bisa pastikan jika memberinya amplop maka ia akan mendapatkan limpahan keberkahan darinya, jika tidak memberinya maka bisa dipastikan akan tertimpa kesialan dalam hidupnya .
Kyai nya pun terkadang merasa yakin benget bahwa dirinya itu orang shaleh, orang suci, kekasih Allah, mustajab do'anya dan bisa mengalirkan berkah kepada siapa saja yang dia kehendaki.
Sementara Allah SWT berfirman :
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ
“Maka janganlah kalian mengatakan bahwa diri kalian suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. ( QS. An-Najm : 32 )
Dan Rasulullah ﷺ bersabda,
(( لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ ! )).
“Janganlah kalian menganggap diri kalian telah suci, Allah Ta’ala-lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.” (HR. Muslim no. 2142)
Maka bertumpuklah pada kyai tersebut dua dosa : Dosa kesombongan merasa suci dan dosa makan uang haram hasil jualan agama dan kesalehan, apalagi jika ternyata dia itu bukan orang saleh, maka bertambah lagi dosanya , yaitu dosa ngibul dan dusta .
Kecuali jika memberi amplop kepada kyai tersebut atau ustadz tersebut timbul dari lubuk hati yang penuh keikhlasan, bukan karena adanya pengkultusan atau bukan karena adanya keterpaksaan akibat rasa malu jika tidak memberinya . Maka jika demikian adanya , penulis berkeyakinan bahwa itu tidaklah mengapa dan halal insya Allah . Wallahu 'a'lam.
PERINTAH BERSEDEKAH KEPADA FAKIR MISKIN SAAT ADA PERLU PEMBICARAAN KHUSUS DENGAN NABI ﷺ.
Allah SWT pernah memerintahkan para sahabat Nabi ﷺ untuk bersedekah kepada fakir miskin ketika mereka ada keperluan pembicaraan khusus atau hendak berkonsultasi dengan Nabi ﷺ tentang masalah yang berkenaan dengan diri mereka dan keluarganya . Namun perintah tersebut kemudian dihapus [mansukh]. Allah SWT berfirman :
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَةً ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَأَطْهَرُ ۚ فَإِن لَّمْ تَجِدُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾
Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Mujaadilah : 12]
Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 8/50 berkata :
“Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa apabila seseorang dari mereka hendak melakukan pembicaraan khusus dengan Rasulullah ﷺ hendaklah ia terlebih dahulu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelumnya untuk membersihkan dan menyucikan dirinya serta mempersiapkan diri agar menjadi orang yang layak untuk mendapat perhatian khusus.
Allah Swt. telah berfirman:
{ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَأَطْهَرُ}
“Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih”. (Al-Mujadilah: 12)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا}
“Jika kamu tiada memperoleh (yang akan disedekahkan)”. (Al-Mujadilah: 12)
Yaitu terkecuali orang yang tidak mampu bersedekah karena ia miskin.
{فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
“Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al-Mujadilah: 12)
Maka tiada yang diperintahkan untuk itu kecuali hanya orang yang mampu melakukannya.
PERINTAH TERSEBUT DIHAPUS [DIMANSUKH]
Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata :
“Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَاتٍ}
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? (Al-Mujadilah: 13)
Yakni apakah kamu takut bila hukum ini tetap diberlakukan atas kamu, yaitu wajib mengeluarkan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul?
{فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَتَابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ}
Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu, maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 13)
Maka di-mansukh-lah kewajiban hal tersebut atas mereka dengan turunnya ayat ini (Al-Mujadilah: 13).
Ada yang mengatakan : sebelum ayat di atas di-mansukh tiada seorang pun yang mengamalkannya selain Ali ibnu Abu Talib r.a. Dia menyedekahkan satu dinar, lalu mengadakan pembicaraan khusus dengan Nabi ﷺ. Ali r.a. menanyakan kepada Nabi ﷺ tentang sepuluh perkara, setelah itu diturunkanlah ayat rukhsoh.
Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ali r.a. pernah mengatakan:
"آيَةٌ فِي كِتَابِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَعْمَلْ بِهَا أَحَدٌ قَبْلِي، وَلَا يَعْمَلُ بِهَا أَحَدٌ بَعْدِي، كَانَ عِنْدِي دِينَارٌ فَصَرَفْتُهُ بِعَشَرَةِ دَرَاهِمَ، فَكُنْتُ إِذَا نَاجَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَصَدَّقْتُ بِدِرْهَمٍ، فَنُسِخَتْ وَلَمْ يَعْمَلْ بِهَا أَحَدٌ قَبْلِي، وَلَا يَعْمَلُ بِهَا أَحَدٌ بَعْدِي، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَةً} الْآيَةَ ".
bahwa ada suatu ayat di dalam Al-Qur'an, tiada seorang pun yang mengamalkannya sebelumku dan tiada seorang pun yang mengamalkannya sesudahku. Dahulu saya pernah mempunyai uang satu dinar, lalu aku tukar dengan sepuluh dirham. Maka apabila aku ingin berbicara secara khusus dengan Rasulullah Saw., kusedekahkan satu dirham sebelumnya [kepada fakir miskin], lalu ayat ini di-mansukh, dan tiada seorang pun yang mengamalkannya sebelumku, dan tidak akan ada seorang pun yang mengamalkannya sesudahku. Kemudian Ali r.a. membaca firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu”. (Al-Mujadilah: 12), hingga akhir ayat”. [Lihat : Tafsir Ibnu Katsir 8/50]
*****
HADITS LARANGAN MAKAN DARI AGAMA & ILMU AGAMA
HADITS KE 1 :
Dalam hadits Abdurrahman bin Syibl radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
" اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ، وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ، وَلَا تَغْلُوا فِيهِ".
“Bacalah Al Qur`an, janganlah kalian (mencari) makan dengannya, janganlah kalian menjauhinya, dan jangan pula kalian bersikap berlebihan terhadapnya.” [HR Ahmad (3/428). Hadits shahih.]
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Abu Ya'la dalam Musnad-nya, dan al-Tabarani dalam Mu'jam al-Awsat-nya, dan diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam Sunan-nya, Abd al-Razzaq dalam Musannaf-nya., dan Abd ibn Hamid dalam Musnadnya.
Hadis tersebut dishahihkan oleh Al-Albani dan Syu'aib Al-Arna'uuth. [Di kutip dari كتاب فتاوى الشبكة الإسلامية 3/1357]
Dan dalam lafad lain:
إِقْرَؤُوا القُرْآنَ، وَلَا تَغْلُوا فِيهِ، وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ، وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ، وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ.
“Bacalah Al Qur`an. Jangan lain kalian bersikap berlebihan terhadapnya, janganlah kalian menjauhinya, janganlah kalian (mencari) makan dengannya dan janganlah kalian memperbanyak penghasilan dengan nya ”. [HR. Ahmad no. 15529, 15535, 15668, 15670]
Di Shahihkan oleh al-Albaani dlm التعليقة الرضية 2/449 dan Syu'aib al-Arna'uuth dlam Takhriij al-Musnad no. 15529, 15535.
HADITS KE 2 :
Orang durhaka adalah orang yang makan dari hasil al-Qur'an :
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :
"يكون خَلْفٌ من بعد السِّتِّينَ سنةً أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ثم يكون خَلْفٌ يقرؤونَ القرآنَ لا يعْدو تراقيهم ويقرأ القرآنَ ثلاثٌ مؤمنٌ ومنافقٌ وفاجرٌ ".
قال بَشِيْر : قُلْتُ للوَلِيْد : مَا هَؤلَاء الثَّلاثةُ؟ قَالَ : المُؤْمِن مُؤْمِنٌ بِه، والمُنافِقُ كَافِرٌ به، والفَاجِرُ يَأكُلُ بِهِ
Kelak akan ada generasi pengganti sesudah enam puluh tahun, mereka menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
Kemudian akan muncul pula pengganti lainnya yang pandai membaca Al-Quran , tetapi tidak sampai meresap ke dalam hati mereka.
Saat itu yang membaca Al-Quran ada tiga macam orang, yaitu orang Mukmin , orang munafiq, dan orang durhaka.
Basyir mengatakan bahwa ia bertanya kepada Al-Walid tentang pengertian dari ketiga macam orang tersebut : "Siapa sajakah mereka itu?"
Maka Al-Walid menjawab : "Orang Mukmin adalah orang yang beriman kepada Al-Quran , orang Munafiq adalah orang yang ingkar terhadap Al-Quran , sedangkan orang yang DURHAKA adalah orang yang mencari makan (nafkah) dengan Al-Quran."
[HR. Ahmad no. 11340].
Derajat Hadits :
Ibnu Katsir dalam kitab البداية والنهاية 6/233 berkata :
إِسْنَادُهُ جَيِّدٌ قَوِيٌّ عَلَى شَرْطِ السُّنَنِ
"Sanad nya bagus dan kuat sesuai syarat kitab-kitab as-Sunan".
Dan Syeikh al-Albaani dalam السلسلة الصحيحة 1/520 berkata :
"رِجَالُهُ ثِقَاتٌ غَيْرُ الوَلِيدِ، فَحَدِيثُهُ يَحْتَمِلُ التَّحْسِينِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ حَالٍ شَاهِدٌ صَالِحٌ".
"Para perawinya tsiqoot [ dipercaya] selain al-Wallid , maka haditsnya bisa dibawa ke derajat Hasan , dan haditst tsb bagaimana pun juga layak dan baik sebagai syahid ".
HADITS KE 3 :
Dari Ubadah bin ash-Shoomit RA, berkata:
"عَلَّمْتُ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ الْكِتَابَ وَالْقُرْآنَ فَأَهْدَى إِلَيَّ رَجُلٌ مِنْهُمْ قَوْسًا فَقُلْتُ لَيْسَتْ بِمَالٍ وَأَرْمِي عَنْهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لآتِيَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَلأَسْأَلَنَّهُ فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَجُلٌ أَهْدَى إِلَيَّ قَوْسًا مِمَّنْ كُنْتُ أُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْقُرْآنَ وَلَيْسَتْ بِمَالٍ وَأَرْمِي عَنْهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ. قَالَ ﷺ : (إِنْ كُنْتَ تُحِبُّ أَنْ تُطَوَّقَ طَوْقًا مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهَا)
وعند ابن ماجه : (إِنْ سَرَّكَ أَنْ تُطَوَّقَ بِهَا طَوْقًا مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهَا)
وعنه في رواية أخرى : فَقُلْتُ مَا تَرَى فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ ﷺ : (جَمْرَةٌ بَيْنَ كَتِفَيْكَ تَقَلَّدْتَهَا أَوْ تَعَلَّقْتَهَا).
Artinya: Aku telah mengajarkan Al Qur’an pada seseorang dari Ahli ash-Shuffah kemudian dia menghadiahiku sebuah busur (panah). Maka aku berkata:
"Ini bukanlah harta, tetapi ini bisa digunakan untuk berjihad fii sabilillah, namun demikian aku harus menghadap dulu ke Rosulullah ﷺ, aku mau menanyakannya, lalu aku mendatangi beliau ﷺ, dan aku berkata pada nya:
"Wahai Rosulullah, seseorang telah menghadiahi ku Busur panah, orang tsb salah seorang yang aku mengajarkan al-Kitab dan al-Qur’an padanya, dan ini bukan HARTA, dan aku bisa memanfaatkannya untuk berjihad di jalan Allah".
Rosulullah ﷺ menjawab: "Jika kau suka busur itu kelak akan dikalung kan pada dirimu dari api Neraka, maka silahkan ambil !!! ". Lalu aku pun mengembalikannya."
Dalam lafadz lain: "Itu Bara Api diantara dua pundakmu, kamu telah melingkarkannya atau kamu mengalungkannya ".
(HR. Imam Ahmad No. 21632, Abu Daud no. 2964 dan Ibnu Majah No. 2148. Di Shahihkan oleh al-Haakim dan Syeikh al-Baani dlm "سلسلة الأحاديث الصحيحة" 1/115, Shahih Abu Daud no. 3416 dan dalam Shahih Turmudzi ".
HADITS KE 4 :
Dari Ubay bin Ka’ab RA, berkata:
"عَلَّمْتُ رَجُلاً الْقُرْآنَ فَأَهْدَى إِلَيَّ قَوْسًا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ (إِنْ أَخَذْتَهَا أَخَذْتَ قَوْسًا مِنْ نَارٍ) فَرَدَدْتُهَا ".
"Aku mengajar al-Qur’an pada seseorang, lalu dia menghadiahkan Busur panah pada ku. Maka aku menceritakannya pada Rosulullah ﷺ, maka beliau bersabda: "Jika kamu mengambilnya, maka kamu telah mengambil busur dari api neraka ". Lalu Aku mengembalikannya.
(HR. Ibnu Majah No. 2149 dan di Shahihkan oleh syeikh al-Baani dalam kitab "إرواء الغليل "No. 1493).
HADITS KE 5 :
Dari Sahal bin Sa’ad as-Saa’idi, berkata:
"خرج علينا رسول الله – ﷺ – يوماً ونحن نقريء فقال: الحمدُ لله، كتابُ الله واحدٌ، وفيكم الأحْمَرُ وفيكم الأبْيَضُ وفيكم الأسْوَد اقْرَؤوهُ قَبْل أنْ يَقْرَأَهُ أقْوامٌ يُقيمُونَهُ كما يُقَوَّمُ السَّهْمُ يَتَعَجَّلُ أَجْرَهُ ولا يتَأجَّلُهُ ".
"Pada suatu hari Rosulullah ﷺ keluar menemui kami, dan saat itu kami sedang membaca al-Qur’an, maka beliau ﷺ bersabda:
"Al-Hamdulillah, Kitab Allah satu, sementara di dalam kalian ada yang berkulit merah, berkulit putih dan berkulit hitam (Yakni ada etnis Arab dan Non Arab), bacalah kalian al-Quran sebelum adanya kaum-kaum membaca al-Qur’an, mereka menetapkannya seperti anak panah yang diluruskan (yakni mereka memperbagus bacaannya), namun dia mempercepat upahnya (di dunia) dan tidak menundanya (untuk akhirat).
(HR. Abu Daud 1/220 No. 831. Di Shahihkan oleh Syeikh al-Baani dlm Shohih Abu Daud 1/157 No. 741, beliau berkata: Hasan Shahih).
Syarah Hadits :
قَوْلُهُ: «يُقِيمُونَهُ كَمَا يُقَوَّمُ السَّهْمُ» أَي: يُحَسِّنُونَ النُّطْقَ بِهِ. وَقَوْلُهُ: «يَتَعَجَّلُ أَجْرَهُ وَلَا يَتَأَجَّلُهُ» أَي: يَطْلُبُ بِذَلِكَ أَجْرَ الدُّنْيَا مِنْ مَالٍ وَجَاهٍ وَمَنْصِبٍ، وَلَا يَطْلُبُ بِهِ أَجْرَ الْآخِرَةِ.
Sabda beliau ﷺ : "Mereka menegakkan bacaannya seperti halnya anak panah diluruskan " Yakni : mereka memperbagus dalam pengucapannya .
Dan sabdanya : “dia mempercepat upahnya ( di dunia ) dan tidak menundanya ( untuk akhirat )”. Artinya : dia dengan bacaanya itu untuk mencari upah duniawi , berupa harta , kehormatan dan kedudukan. Dia tidak bertujuannya dengannya itu untuk mencarai pahala akhirat .[ Baca : جامع الأصول karya Ibnu al-Atsiir 2/450 – 451 ].
HADITS KE 6 :
Dari Jabir bin Abdullah, berkata:
دَخَلَ النَّبي ﷺ المسجدَ، فإذا فيه قومٌ يَقرَؤُونَ القُرآنَ، قال: « اقْرَؤُوا القُرآنَ، وابْتَغُوا به اللهَ مِن قَبْلِ أن يَأتِيَ قَوْمٌ يُقِيمونَه إِقَامَةَ القِدْحِ، يَتَعَجَّلُونَه ولا يَتَأَجَّلُونَه».
Nabi ﷺ masuk masjid, dan ternyata di dalamya terdapat orang-orang yang sedang baca al-Qur’an.
Beliau ﷺ bersabda: "Bacalah kalian al-Qur’an, dan dengannya semata-mata karena mengharapkan Allah, sebelum datangnya kaum yang menetapkannya seperti anak panah yang diluruskan (yakni mereka memperbagus bacaanya), namun dia mempercepat upahnya (di dunia) dan tidak menundanya (untuk akhirat).
(HR. Imam Ahmad 3/357 dan Abu Daud 1/220 No. 831. Di Shahihkan oleh Syeikh al-Baani dlm Shohih Sunan Abu Daud 1/156 no. 740.
Muhammad Syamsul haq al-Adziim Aabadi dalam kitabnya "عون المعبود" 3/42 berkata:
فَقَدْ أَخْبَرَ النَّبِيُّ ﷺ عَنْ مُجِيءِ أَقْوَامٍ بَعْدَهُ يُصَلِّحُونَ أَلْفَاظَ القُرْآنِ وَكَلِمَاتِهِ وَيَتَكَلَّفُونَ فِي مَرَاعَاةِ مَخَارِجِهِ وَصِفَاتِهِ، كَمَا يُقَامُ القِدْحُ - وَهُوَ السَّهْمُ قَبْلَ أَنْ يُعْمَلَ لَهُ رِيشٌ وَلَا نَصْلٌ - وَالْمَعْنَى: أَنَّهُمْ يُبَالِغُونَ فِي عَمَلِ الْقِرَاءَةِ كَمَالَ الْمُبَالَغَةِ؛ لِأَجْلِ الرِّيَاءِ وَالسُّمْعَةِ وَالْمُبَاهَاةِ وَالشُّهْرَةِ. أَيُّهَا الإِخْوَةُ الْكَرَامُ.. هَؤُلَاءِ تَعَجَّلُوا ثَوَابَ قِرَاءَتِهِمْ فِي الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَأَجَّلُوهُ بِطَلَبِ الأَجْرِ فِي الآخِرَةِ، إِنَّهُمْ بِفَعْلِهِمْ يُؤَثِّرُونَ الْعَاجِلَةَ عَلَى الآجِلَةِ وَيَتَأَكَّلُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى ، وَهَذَا مِنْ أَعْظَمِ أَنْوَاعِ هَجْرِ القُرْآنِ الْكَرِيمِ، فَبِئْسَ مَا يَصْنَعُونَ".
Maka sungguh Nabi ﷺ telah mengkabarkan: sesudahnya akan munculnya kaum-kaum yang memperbagus lafadz-lafadz dalam membaca al-Quran dan kalimat-kalimatnya, bahkan berlebihan di dalam memperhatikan makhroj-makhroj dan sifat-sifat dari huruf-huruf al-Quran, seperti halnya orang yang memperbagus atau meluruskan batang panah sebelum di pasangkan bulu-bulu dan besi tajam diujungnya.
Maksudnya: Mereka sangat berlebihan di dalam mempercantik dan menyempurnakan bacaan al-Quran dengan tujuan agar mendapatkan sanjungan dari manusia, popularitas, berbangga-banggaan dan ketenaran.
Wahai para ikhwan yang mulia, mereka adalah orang-orang yang tergesa-gesa untuk mendapatkan upah bacaan al-Qurannya di dunia, mereka tidak sabar menundanya untuk mendapatkan pahala di akhirat.
Sesungguhnya perbutan mereka itu adalah sama dengan mengutamakan dunia dari pada akhirat, dan mereka makan dan minumnya dengan Kitab Allah Ta’la. Dan ini adalah jenis perbuatan meng hajer / MEMBOIKOT al-Quran yang paling dahsyat, maka ini adalah sebusuk-busuknya yang mereka lakukan. (Baca: "عون المعبود شرح سنن أبي داود" 3/42)
HADITS KE 7 :
Dari Abu Sa’id al-Khudri , bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
( تَعَلَّموا القرآنَ، وَسَلُوا اللهَ بِهِ الجنَّةَ، قَبْلَ أنْ يَتعَلَّمَهُ قَوْمٌ، يَسْأَلُونَ به الدُّنْيا، فَإِنَّ القُرآنَ يَتَعَلَّمُهُ ثَلاثَةٌ: رَجُلٌ يُباهِي بِهِ، وَرَجُلٌ يَسْتَأْكِلُ بِهِ، وَرَجُلٌ يَقْرَأُهُ لله ) .
“Kalian Belajarlah Al-Quran dan mintalah kepada Allah surga dengannya, sebelum muncul satu kaum yang mempelajari Al-Quran untuk tujuan duniawi.
Sesungguhnya ada tiga kelompok yang mempelajari Al-Quran:
· Seseorang yang mempelajarinya untuk membanggakan diri,
· Seseorang yang mencari makan darinya,
· dan seseorang yang membaca karena Allah Subhanahu Wata’ala.”
(HR. Baihaqi dan Abu ‘Ubeid dalam kitab “فضائل القرآن” , Bab : القارئ يستأكل بالقرآن hal. 206 . Hadits di sebutkan oleh Syeikh al-Baani dalam “السلسلة الصحيحة “ 1/118-119 No. 258 , dan beliau berkata :
وللحديث شواهد أخرى تؤيد صحَّته عن جماعة من الصحابة
“ Hadits ini memiliki syahid-syahid lain yang memperkuat keshahinnya dari jemaah para sahabat “ )
HADITS KE 8 :
Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu’anhu , Rasululullah ﷺ bersabda,
بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ، وَالرِّفْعَةِ، وَالنَّصْرِ، وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ، فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمِ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ .
“Berilah kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, ketinggian, kemenangan dan kekokohan di muka bumi. Barang siapa di antara mereka melakukan amalan ukhrawi untuk meraih dunia; pada hari akhirat kelak ia tidak akan memperoleh bagian (pahala)”.
( HR. Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Haakim. Dan dinilai sahih oleh al-Hakim, adz-Dzahaby, adh-Dhiya’ al-Maqdisy juga Syeikh al-Albany dalam “صحيح الترغيب والترهيب” 23-(2) hal.116/1876 )
HADITS KE 9 :
Dari Ibnu Abbaas RA dari Nabi ﷺ , bersabda :
»إِنَّ أُنَاسًا مِنْ أُمَّتِي سَيَتَفَقَّهُونَ فِي الدِّينِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَقُولُونَ: نَأْتِي الْأُمَرَاءَ فَنُصِيبُ مِنْ دُنْيَاهُمْ وَنَعْتَزِلُهُمْ بِدِينِنَا وَلَا يَكُونُ ذَلِكَ كَمَا لَا يُجْتَنَى مِنْ الْقَتَادِ إِلَّا الشَّوْكُ كَذَلِكَ لَا يُجْتَنَى مِنْ قُرْبِهِمْ إِلَّا قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ كَأَنَّهُ يَعْنِي الْخَطَايَا«
“Sesungguhnya ada manusia-manusia dari kalangan umatku yang mereka mendalami ilmu agama dan membaca al-Quran, dan mereka berkata, “Kami akan mendatangi para pemimpin dari pemerintah, hingga kami mendapatkan sebagian dunia mereka , tapi kami membatasi diri kami dari mereka dengan agama kami ( yakni : tidak ikut-ikutan melakukan dosa-dosa kedzaliman).
Yang demikian itu tidak mungkin terjadi ( yakni : dapat uangnya penguasa sekaligus agamanya terselamatkan). Sebagaimana tidak ada orang yang memetik dari pohon al-Qataad ( pohon yang hanya dipenuhi duri ), kecuali hanya mendapatkan duri. Demikian pula, tidak ada seseorang yang memetik dari kedekatan dengan penguasa, kecuali dosa-dosa”. [HR. Imam Ibnu Majah No. 255 ]
Hadits ini di dhoifkan oleh syeikh al-Baani dlm “تخريج مشكاة المصابيح” No. 253 & 262 , “صحيح وضعيف سنن ابن ماجة” 1/327 , “الضعيفة” no. 1250 dan “التعليق الرغيب” 1/69 . Lihat “الدرر السنية” hadits No. 103321.
HADITS KE 10 :
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda:
" تعوَّذوا باللهِ من جُبِّ الحَزَنِ . قالوا : يا رسولَ اللهِ وما جُبُّ الحزَنِ ؟ قال : وادٍ في جهنَّمَ تتعوَّذُ منه جهنَّمُ كلَّ يومٍ أربعَمائةِ مرَّةٍ . قيل : يا رسولَ اللهِ من يدخلُه ؟ قال : أُعِدَّ للقُرَّاءِ المُرائين بأعمالِهم ، وإنَّ من أبغضِ القُرَّاءِ إلى اللهِ الَّذين يُزورُون الأمراءَ الجَوَرةَ "
“Berlindunglah kalian kepada Allah swt dari jubb al-hazan.
Para shahabat bertanya, “Ya Rasulallah, apa jubb al-hazan?
Nabi ﷺ menjawab, “Sebuah lembah di Jahannam, yang mana Jahannam berlindung dari jubb al-hazan, 400 kali setiap hari”.
Para shahabat bertanya, “Siapa yang memasukinya? Nabi ﷺ menjawab : “ [ Jub al-hazan ] Disediakan bagi para pembaca al-Quran yang riya`( ingin dipuji manusia ) sesuai dengan amal perbuatan mereka. Sesungguhnya, para pembaca al-Quran yang paling dibenci Allah adalah mereka yang mengunjungi para penguasa yang lalim tidak adil”.
[HR. Al-Mundziri dlm “الترغيب والترهيب” 4/341 , at-Turmudzy No. 2383 dan Ibnu Majah No. 256 . Di dhoifkan oleh Syeikh al-Baani dlm “ضعيف ابن ماجه” no. 50 . Dan al-Mundziri dalam “الترغيب والترهيب” 1/51berkata : “لا يتطرق إليه احتمال التحسين” ].
HADITS KE 11 :
Dari Ali bin Abi Tholib , bahwa Nabi ﷺ bersabda :
" تعوَّذوا باللهِ من جُبِّ الحزَنِ أو وادي الحزَنِ ، قيل : يا رسولَ اللهِ وما جُبُّ الحزَنِ أو وادي الحزَنِ ؟ قال : وادٍ في جهنَّمَ تتعوَّذُ منه جهنَّمُ كلَّ يومٍ سبعين مرَّةً أعدَّه اللهُ للقُرَّاءِ المُرائين ".
“Berlindunglah kalian kepada Allah swt dari jubb al-hazan. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulallah, apa jubb al-hazan? Nabi ﷺ menjawab, “Sebuah lembah di Jahannam, yang mana Jahannam berlindung dari jubb al-hazan, 70 kali setiap hari”. Allah swt telah menyiapkannya untuk para qori al-Qura’an yang riya ( ingin dipuji manusia ) “.
( Lihat : “الترغيب والترهيب للمنذري” karya al-Mundziri 4/341 . Sanad nya Hasan . Lihat “الدرر السنية” hadits no. 112 )
====****====
JANGAN SOMBONG DAN JANGAN MERASA SUCI :
Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah ﷺ adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.”
(HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits
ini shahih)
Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak
yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran dan as Sunnah yang
memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang
tercela.
Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari
oleh setiap muslim adalah sikap sombong.
Sikap sombong adalah memandang dirinya berada
di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong
merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain.
(Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)
Setiap muslim dilarang berprilaku sombong, takabbur, congkak dan merasa suci.
Diantara contoh sikap sombong adalah : sesorang mengklaim dan memastikan bahwa dirinya orang sholeh, penuh berkah, pemilik karomah atau waliyullah . Atau mengklaim orang lain dengan hal-hal seperti itu tanpa ada dalil dan petunjuk dari Allah SWT dan Rasulullah ﷺ.
Banyak terjadi pada beberapa orang dari kaum muslim yang mengklaim bahwa dirinya orang shaleh, penuh berkah .... dst. Mereka rela berdusta dan rela mengorbankan agamanya , hanya demi untuk memenuhi kerakusan duniawinya dengan cara berburu amlpop dari orang-orang awam yang menjadi korban kedustaan-nya. Mereka sesat dan menyesatkan .
Berikut ini sebagian dalil-dalil larangan berprilaku congkak, sombong dan merasa suci :
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّهُ لَا
يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa
ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
أَلَا
أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ
مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kalian aku beritahu tentang
penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak
lagi rakus, dan takabbur (sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no.
2853).
Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS. Luqman:18)
Dan Allah SWT berfirman :
فَلَا
تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ
“Maka janganlah kalian mengatakan bahwa diri kalian suci. Dialah
yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. ( QS. An-Najm : 32 )
Allah SWT menceritakan tentang doa Musa
alaihis salaam :
وَقَالَ مُوْسٰىٓ اِنِّيْ
عُذْتُ بِرَبِّيْ وَرَبِّكُمْ مِّنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَّا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ
الْحِسَابِ ࣖ
Dan (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan
Tuhan kalian dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman
kepada hari perhitungan [Kiamat]”.
*****
KESOMBONGAN YANG PALING BUSUK :
Al Imam Adz
Dzahabi rahimahullah berkata :
وَأَشْرَ الْكِبْرَ
الَّذِي فِيهِ مَنْ يَتَكَبَّرُ عَلَى الْعِبَادِ بِعِلْمِهِ وَيَتَعَاظَمُ فِي نَفْسِهِ
بِفَضِيلَتِهِ فَإِنْ هَذَا لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ فَإِنَّ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ
لِلْآخِرَةِ كَسَرَهُ عِلْمُهُ وَخَشِعَ قَلْبُهُ وَاسْتَكَانَتْ نَفْسُهُ وَكَانَ
عَلَى نَفْسِهِ بِالْمِرْصَادِ فَلَا يَفْتَرُ عَنْهَا بَلْ يُحَاسِبُهَا كُلَّ وَقْتٍ
وَيَتَفَقَّدُهَا فَإِنْ غَفَلَ عَنْهَا جُمِحَتْ عَنِ الطَّرِيقِ الْمُسْتَقِيمِ وَأَهْلَكَتْهُ
وَمَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِلْفَخْرِ وَالرِّيَاسَةِ وَبَطَرَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ
وَتَحَامَقَ عَلَيْهِمْ وَازْدَرَاءَهُمْ فَهَذَا مِنْ أَكْبَرِ الْكِبْرِ وَلَا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ وَلَا حَوْلَ وَلَا
قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.
“Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang
menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar
dengan kemuliaan yang dia miliki. Maka yang demikian itu menunjukkan bahwa
ilmunya tidak bermanfaat bagi dirinya.
Karena ciri orang yang menuntut ilmu demi untuk
akhirat ; maka ilmunya itu akan mendobrak hatinya menjadi khusyuk serta membuat
jiwanya menjadi tenang. Dan dia akan senantiasa mengawasi dirinya dan tidak pernah
bosan untuk terus mengontrolnya dan memperhatikannya, bahkan setiap saat dia
selalu introspeksi diri dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, maka
ini menunjukkan bahwa dia telah menyimpang dari jalan yang lurus dan itu akan
membinasakan dirinya.
Dan barangsiapa yang menuntut ilmu untuk
membanggakan diri dan meraih kedudukan, serta memandang remeh kaum muslimin
yang lainnya, menganggap bodoh dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan
KESOMBONGAN yang PALING BESAR.
Tidak akan bisa masuk surga orang yang di
dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya
sebesar dzarrah (biji Sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa
billah.” (Al Kabaa’ir karya adz-Dzahabi hal. 78.)
*****
SOMBONG DAN MERASA SUCI ADALAH DOSA PERTAMA IBLIS :
Sebagian para ulama salaf menjelaskan bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Namun Iblis hanya sebatas sombong tidak mau sujud kepada Adam serta menyesatkan umat manusia, namun demikian Iblis tidak pernah berburu amplop dengan kesombongannya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا
لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى
وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir“ (QS. Al Baqarah:34)
Tentang ayat ini Qotaadah berkata :
“Iblis hasud terhadap Adam ‘alaihis
salaam atas kemuliaan yang telah Allah berikan kepada nya. Iblis berkata :
“Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan
inilah dosa yang pertama kali terjadi. Iblis merasa sombong dengan tidak mau bersujud
kepada Adam ‘alaihis salaam” (Tafsir Ibnu Katsir 1/114)
*****
TANPA DALIL YANG SHAHIH, TIDAK BOLEH MENGKLAIM AHLI SYURGA ATAU WALIYULLAH ATAU MATI SYAHID
Imam at-Thahawi mengatakan,
وَلَا نُنْزِلُ
أَحَدًا مِنْهُمْ جَنَّة وَلَا نَارًا
“ Kami tidak boleh menetapakan seorangpun dari mereka ahli surga
atau ahli neraka”.
Lalu Ibnu Abil Izz menjelaskan tentang perkataan
Imam at-Thahawi ini :
يُرِيدُ:
أَنَّا لَا نَقُولُ عَنْ أَحَدٍ مُعَيَّنٍ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَة إنه مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّة أَوْ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، إِلَّا مَنْ أَخْبَرَ الصَّادِقُ صلى الله
عليه وَسَلَّمَ أنه مِنْ أَهْلِ الْجَنَّة، كَالْعَشَرَة رضي الله عَنْهُمْ
“ Yang beliau maksud, kita tidak boleh meenetapkan seseorang
tertentu dari kalangan ahli kiblat (kaum muslimin) bahwa dia ahli surga atau
ahli neraka. Kecuali orang yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ bahwa mereka termasuk ahli surga, seperti sepuluh
sahabat yang dijamin masuk surga “. (Syarh Aqidah Thahawiyah, hlm. 248).
Tidak boleh siapapun selain Allah dan
Rosul-Nya mengklaim atau memastikan seseorang adalah penghuni syurga atau
sebaliknya yaitu penghuni neraka tanpa ada keterangan dari Allah dan Rosul-Nya
. Sebab yang demikian itu adalah perkara ghaib ,
yang hanya Allah saja yang mengetahuinya .
Namun
demikian kita di wajibkan berharapan baik dan berprasangka baik kepada Allah
swt.
Allah
swt berfirman :
قُلْ يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ
اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar : 53)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu bahwa Nabi SAWbersabda :
(( وَيُعْجِبُنِىْ الْفَأْلُ، قَالُوْا:
وَمَا الْفَأْلُ ؟ قَالَ: كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ )) وفي لفظ : ((
الفَأْلُ الصَّالِحُ الكَلِمَةُ الحَسَنَةُ )) .
"Dan saya mengagumi al-fa`l (pernyataan optimis)."
Para sahabat bertanya, " Dan Apakah al-fa`l itu?" Beliau menjawab,
"Kalimat yang baik." Dan dlm salah satu lafadz : “Harapan baik yang
saleh adalah kalimat yang bagus “.
(
HR. Bukhory no. 5440 , Muslim no.
2224dan Abu Daud no. 3916 ).
Dari [Abu Hurairah] dia berkata; Nabi ﷺ bersabda:
يَقُولُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ
يَذْكُرُنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ
ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُ وَإِنْ اقْتَرَبَ
إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا
اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Allah 'azza wajalla berfirman; 'Aku dalam prasangka
hamba-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia menyebut-Ku
dalam dirinya maka Aku akan menyebutnya dalam diri-Ku, jika ia menyebut-Ku dalam sekumpulan orang
maka Aku akan menyebutnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus
darinya.
Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka
Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta
maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan
berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." ( HR. Muslim No.
4851 )
Dan dalam hadits lain dikatakan :
إنّ حُسْنَ
الظَّنِّ بِالله مِنْ حُسْنِ عِبادَةِ الله
“ Sesungguhnya berprasangka baik pada Allah adalah termasuk
sebaik-baiknya ibadah “.
(HR. Imam Ahmad no. 8694 , Abu Daud ,
Turmudzi 5/479 no. 3605 . Ibnu Hibbaan no. 2395 dan al-Hakim 4/241 , 256 .
At-Turmudzi berkata :
"هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا
الوَجْه
"
" Ini Hadits Ghoriiib dari sisi ini "
Al-Hakim berkata :
"صحيح على شرط مسلم"!
" Shahih sesuai Syarat Shahih Muslim ". Dan di setujui
oleh adz-Dzahabi .
Namun hadits di dhoifkan oleh Syeikh
al-Albaani dlm “سلسلة الأحاديث
الضعيفة”
no. 3150 dan "ضعيف الجامع الصغير" no. 1851 , beliau
menyebutkan :
“فِي إِسْنَادِهِ سَمِيرُ بْنُ نَهَارٍ
وَهُوَ نَكِرَةٌ
“
Di dalam sanadnya terdapat Samiir bin Nahaar
, dia itu munkar .
Namun demikian makna hadits ini shahih , meskipun
secara sanad mungkin lemah .
*****
PENGKLAIMAN AHLI SYURGA ATAU AHLI NERAKA ADALAH MASUK DALAM RANAH PERKARA GHAIB .
Lalu
bagaimana hukum mengklaim seseorang ahli surga atau ahli neraka tanpa adanya
dalil ????
Jawabannya
:
Jika
ada seseorang mengklaim atau memastikan seseorang Ahli Surga atau sebaliknya
mengklaim ahli Nereka tanpa adanya keterangan dari Allah dan Rosulnya , maka
orang tsb telah melakukan kesalahan-kesalahan sbb :
[1]
Melangkahi Allah dan Rosulnya .
[2]
Dia telah mengada-adakan kebohongan terhadap Allah SWT.
[3]
Dan dia juga termasuk orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib .
DALIL :
[1]
Larangan melangkahi Allah dan Rosulnya . Allah swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا
بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ
عَلِيمٌ
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “. ( QS.
Al-Hujuroot : 01 )
Sebab-Sebab Diturunkannya Surah Al Hujurat
Ayat (1):
Ayat ini (al-Hujurat: 1) turun sebagai
larangan kepada kaum Mukminin untuk mendahului ketetapan Allah dan Rasul-Nya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dll, dari Ibnu
Juraij, dari Ibnu Abi Mulaikah, yang bersumber dari Abdullah bin Zubair bahwa
Kafilah Bani Tamiim datang kepada Rosulullah ﷺ . Pada waktu itu Abu Bakr
berbeda pendapat dengan ‘Umar tentang siapa yang seharusnya mengurus kafilah
itu.
Abu Bakr menghendaki agar al-Qa’qa’ bin
Ma’bad yang mengurusnya sedangkan ‘Umar menghendaki al-Aqra’ bin Habis.
Abu Bakr menegur ‘Umar : “Engkau hanya ingin
selalu berbeda pendapat denganku.” Dan ‘Umarpun membantahnya.
Perbedaan pendapat itu berlangsung hingga
suara keduanya terdengar keras.
Maka turunlah ayat ini (al-Hujurat: 1-5)
sebagai petunjuk agar meminta ketetapan Allah dan Rasul-Nya, dan jangan
mendahului ketetapan-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang
bersumber dari al-Hasan bahwa orang-orang menyembelih kurban sebelum waktu yang
ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ Maka Rasulullah
memerintahkan berkurban lagi.
Menurut riwayat Ibnu Kitab al-Adlaahi, lafal
riwayatnya sebagai berikut: seorang laki-laki menyembelih (kurbannya) sebelum shalat
(Idul Adha) “.
[2] Orang yang paling dzalim di sisi
Allah adalah orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah dan juga orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah atau agama .
Dalam hal ini Allah SWT berfirman :
وَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ
اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ ﴿الأنعام : ۲۱﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya?
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak beruntung. (QS. Al-An'am: 21)
Allah SWT berfiraman :
﴿فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴾
Maka siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia
tanpa ilmu [pengetahuan]?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim. [ QS. Al-An'aam : 144 ]
Dosa dan Adzab bagi orang yang berdusta
terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayat-Nya :
Allah SWT berfirman :
﴿ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى
اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِلْكَافِرِينَ ﴾
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang
kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang
yang kafir? [ QS. Az-Zumar : 32 ]
Dan Allah SWT berfirman :
اِنَّ
الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ
اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ
فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ . لَهُمْ مِّنْ
جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَّمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan
pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, hingga ada
unta yang bisa masuk ke dalam lubang jarum.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat jahat.
Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan
di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang zalim.
[ QS. Al-'Araaf : 40-41]
[3] Perkara ghaib hanya Allah SWT yang Tahu :
Allah SWT berfirman :
۞ وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا
يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۗ وَمَا
تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ
الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
" Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada
yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut.
Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang
tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak
pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh)". (QS. Al-An'am: 59)
Dan Allah SWT berfirman :
إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ
عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا
تَدْرِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ
" Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal". [ QS. Luqman : 34 ]
Dan Rosulullah ﷺ di larang menyatakan bahwa dirinya mengetahui
perkara ghaib . Allah SWt berfirman :
وَلَآ
اَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِيْ خَزَاۤىِٕنُ اللّٰهِ وَلَآ اَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَآ
اَقُوْلُ اِنِّيْ مَلَكٌ وَّلَآ اَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ تَزْدَرِيْٓ اَعْيُنُكُمْ
لَنْ يُّؤْتِيَهُمُ اللّٰهُ خَيْرًا ۗ اَللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ
ۚاِنِّيْٓ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ
“ Dan aku tidak mengatakan kepada kalian , bahwa aku mempunyai
gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui yang
gaib, dan tidak (pula) mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat, dan
aku tidak (juga) mengatakan kepada orang yang dipandang hina oleh penglihatan
kalian : “Bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka. Allah lebih
mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Sungguh, jika demikian aku
benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Hud: 31)
Dan Allah swt berfirman :
قُلْ لَا
أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ
كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ
السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa
mendatangkan kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku telah memperbanyak dari kebaikan dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira
bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-Araf : 188)
AMAL
PERBUATAN YANG NAMPAK ITU BUKAN JAMINAN AKAN TAPI HANYA SEBATAS SEBAB DAN
WASHILAH YANG MENGANTARKAN KE SURGA .
Amal
perbuatan seseorang bukan jaminan tapi hanya sebatas sebab dan washilah , yang
pada umumnya manusia masuk surga karena amal kebajikan nya yang diterima oleh
Allah SWT :
Dalam
hadits Sahal bin Saad As-Saaidy diriwayatkan bahwa Rosulullah ﷺ bersabda :
« إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فيما
يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ
عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيما يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ »
.
"
Sesungguhnya ada seseorang yang nampak pada manusia dia beramal amalan ahli
syurga , dan sebenarnya dia adalah penghuni neraka . Dan sesungguhnya ada
seseorang yang nampak pada manusia dia beramal amalan ahli neraka , dan dia
adalah penghuni syurga ". ( HR. Bukhori no. 2898 dan
4202 dan Muslim no. 2651 1-112 ).
Dalam
hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rosulullah ﷺ bersabda
:
« إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ
الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ
أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ
أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ » .
" Sesungguhnya
ada seseorang yang beramal amalan penghuni syurga dalam waktu yang lama,
kemudian ( menjelang ajalnya ) dia mengakhiri amalannya dengan amalan penghuni
neraka . Dan ada seseorang yang beramal amalan penghuni neraka dalam waktu yang
lama, kemudian dia mengakhiri amalannya dengan amalan penghuni syurga ".
( HR. Imam Muslim no. 2651 ) .
Dan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rosulullah ﷺ bersbda :
إنَّ الرجلَ ليَعْمَلُ أو قال يعملُ بعملِ أهلِ النارِ سبعينَ
سنَةً ثم يُخْتَمُ له بعملِ أهلِ الجنةِ ويعملُ العاملُ سبعينَ سنةً بعملِ أهلِ الجنةِ
ثم يُخْتَمُ له بعملِ أهلِ النارِ
Sesungguhnya
ada seseorang yang beramal amalan, atau dia berkata, dia
mengamalkan amalan penghuni neraka selama tujuh puluh tahun, kemudian diakhiri
baginya dengan amalan penghuni surga. Dan ada pula seseorang mengamalkan amalan
penghuni syurga selama tujuh puluh tahun, kemudian diakhiri baginya dengan
amalan penghuni Neraka .
(
Di sebutkan dlm “مجمع الزوائد” 7/215 . Ibnu Hajar al-Haitsami berkata : “رجاله رجال الصحيح” / para perawinya para perawi kitab hadist Shahih ).
Kisah seseorang yang DI KIRA MUJAHID DAN MATI
SYAHID , ternyata dia mati bunuh diri.
Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad As-Saidi
radhiyallahu ‘anhu .
أنَّ رَسولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ التَقَى هو والمُشْرِكُونَ، فَاقْتَتَلُوا،
فَلَمَّا مَالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إلى عَسْكَرِهِ، ومَالَ
الآخَرُونَ إلى عَسْكَرِهِمْ، وفي أَصْحَابِ رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه
وسلَّمَ رَجُلٌ لا يَدَعُ لهمْ شَاذَّةً ولَا فَاذَّةً، إلَّا اتَّبَعَهَا
يَضْرِبُهَا بسَيْفِهِ، فَقالَ: ما أَجْزَأَ مِنَّا اليومَ أَحَدٌ كما أَجْزَأَ
فُلَانٌ، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أَمَا إنَّه مِن
أَهْلِ النَّارِ. فَقالَ رَجُلٌ مِنَ القَوْمِ: أَنَا صَاحِبُهُ، قالَ: فَخَرَجَ
معهُ؛ كُلَّما وقَفَ وقَفَ معهُ، وإذَا أَسْرَعَ أَسْرَعَ معهُ، قالَ: فَجُرِحَ
الرَّجُلُ جُرْحًا شَدِيدًا، فَاسْتَعْجَلَ المَوْتَ، فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ
بالأرْضِ، وذُبَابَهُ بيْنَ ثَدْيَيْهِ، ثُمَّ تَحَامَلَ علَى سَيْفِهِ، فَقَتَلَ
نَفْسَهُ، فَخَرَجَ الرَّجُلُ إلى رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ،
فَقالَ: أَشْهَدُ أنَّكَ رَسولُ اللَّهِ. قالَ: وما ذَاكَ؟ قالَ: الرَّجُلُ الذي
ذَكَرْتَ آنِفًا أنَّهُ مِن أَهْلِ النَّارِ، فأعْظَمَ النَّاسُ ذلكَ، فَقُلتُ:
أَنَا لَكُمْ به، فَخَرَجْتُ في طَلَبِهِ، ثُمَّ جُرِحَ جُرْحًا شَدِيدًا،
فَاسْتَعْجَلَ المَوْتَ، فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ في الأرْضِ، وذُبَابَهُ بيْنَ
ثَدْيَيْهِ، ثُمَّ تَحَامَلَ عليه فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ عِنْدَ ذلكَ: إنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ
الجَنَّةِ -فِيما يَبْدُو لِلنَّاسِ- وهو مِن أَهْلِ النَّارِ، وإنَّ الرَّجُلَ
لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ -فِيما يَبْدُو لِلنَّاسِ- وهو مِن أَهْلِ
الجَنَّةِ.
Artinya : “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bertemu dengan orang-orang musyrik, lalu mereka pun berperang.
Maka ketika beliau kembali ke pasukannya dan
mereka juga orang-orang musyrik kembali ke pasukannya , ada diantara pasukan
Rasulullah ﷺ seorang laki-laki yang saat bertempur dia tidak membiarkan musuh, baik
yang bergerombol maupun yang sendirian, kecuali ia mengejarnya untuk ditebas
dengan pedangnya, maka mereka para sahabat berkata :
“ Tidak ada seorang pun dari kita yang
sehebat si fulan pada hari ini “.
Rasulullah ﷺ berkata, “Adapun ia termasuk ahli neraka.”
Lalu seseorang berkata : ‘Aku akan selalu
menemaninya .’ ( Yakni mengawasi orang tsb . Pen)
Kemudian orang tersebut pun keluar bersama si
fulan itu, setiap kali si fulan berhenti ia pun berhenti bersamanya. Apabila si
fulan bergerak cepat, ia pun bergerak cepat bersamanya. Kemudian si fulan
terluka dengan luka yang sangat parah. Ia pun ingin segera mati, maka ia
meletakkan mata pedangnya di tanah dan ujungnya yang tajam di dadanya, kemudian
ia menekannya ke dirinya sehingga ia membunuh dirinya sendiri.
Lalu orang yang menemaninya tersebut pergi
menemui Rasulullah SAW, ia kemudian berkata:
“ Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah
“.
‘Beliau bersabda, ‘Ada apa denganmu?’
Orang tersebut menjawab : ‘Laki-laki yang
engkau sebutkan bahwasanya ia dari ahli neraka“.
Lalu orang-orang menganggap berita ini
masalah yang besar .
‘Aku (Sahal bin Sa’ad) berkata :
“ aku menjadi jaminannya untuk kalian untuk
membuktikannya “.
Aku pun kemudian pergi untuk mencari si fulan
tersebut. Ternyata benar si fulan itu terluka parah, lalu ia ingin segera mati,
maka ia letakkan mata pedangnya di tanah dan ujungnya yang tajam di dadanya.
Lalu ia tekankan ke dirinya sehingga ia membunuh dirinya sendiri“.
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda ketika itu :
“Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan
perbuatan ahli surga yang tampak pada pandangan manusia, padahal ia sebenarnya
adalah ahli neraka. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan perbuatan
ahli neraka yang tampak di pandangan manusia, padahal ia termasuk ahli surga".
( HR. Bukhory No. 2898 ).
Didalam hadis ini telah dijelaskan perbuatan
yang menurut pandangan manusia adalah perbuatan ahli surga, seperti perbuatan
si fulan dengan gigihnya berperang melawan orang-orang musyrik. Namun,
sebenarnya dia adalah ahli neraka, karena kegigihannya itu merupakan suatu
bentuk kemarahannya pada suatu kaum. Bukan berperang karena Allah.
Dari Abu Musa, Abdullah bin Qais al-Asy’ary
rodhiallohu ‘anhu berkata,
سُئِلَ رسولُ
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَنِ الرَّجُلِ يُقاتِلُ شَجَاعَةً، ويُقاتِلُ
حَمِيَّةً ويقاتِلُ رِياءً، أَيُّ ذلِك في سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُول الله
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: “مَنْ قاتَلَ لِتَكُون كلِمةُ اللَّهِ هِي
الْعُلْيَا فهُوَ في سَبِيلِ اللَّهِ”
“Rosululloh ﷺ pernah ditanya oleh sebagian sahabatnya
tentang seseorang yang berperang karena berani (sifatnya pemberani), seseorang
yang berperang karena fanatisme kebangsaan, dan seseorang yang berperang karena
riya’ (agar dipuji orang lain). Manakah di antara niat tersebut yang termasuk
jihad di jalan Allah?”
Rosululloh ﷺ menjawab : ”Barangsiapa yang berperang untuk
menegakkan kalimat Allah sebagai kalimat yang palinng tinggi, maka dia berada
(berjihad) di jalan Allah.” [ Hadits Muttafaq ‘alaih, Bukhori dan Muslim ]
*****
HANYA ALLAH SWT YANG MENGETAHUI NIAT DAN ISI HATI SESEORANG , MESKIPUN NAMPAKNYA SEORANG MUJAHID , DA'I , QORI AL-QUR'AN DAN AHLI INFAQ :
Kita diperintahkan untuk senantiasa
berprasangka baik dan kita dilarang berprasangka buruk ; karena berprasangka
buruk itu dosa . Namun demikian kita tetap harus waspada dan kita tidak boleh
melangkahi Allah SWT dengan mengklaim perkara-perkara yang hanya Allah SWT saja
yang tahu , seperti perkara ghaib dan hal-hal yang ada dalam hati manusia.
Berikut ini hadits-hadits yang menunjukan
adanya sebagian amalan seseorang yang nampak di mata manusia adalah baik dan
shaleh , akan tetapi dalam penglihatan Allah SWT justru sebaliknya .
HADITS KE 1 : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
, bahwa Rosulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ
النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ
فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا
قَالَ فَمَا
عَمِلْتَ فِيهَا
قَالَ
قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ
قَالَ كَذَبْتَ
وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ
فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
وَرَجُلٌ
تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ
نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ
وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ
لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ
ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
وَرَجُلٌ
وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ
بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا
تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا
لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ
ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
"Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari
Kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya
kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas,
Lantas Dia ( Allah SWT ) bertanya: 'Apa yang
telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku?
Dia
menjawab: 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga
saya mati syahid.'
Allah berfirman: “Dusta kamu, sebenarnya kamu
berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang
berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut “.' Kemudian diperintahkan
kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.
Dan didatangkan pula seseorang yang belajar
Al-Qur'an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga
ia mengetahuinya dengan jelas.
Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat?
'
Dia menjawab, 'Saya telah belajar ilmu dan
mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur'an demi Engkau.'
Allah berfirman: 'Kamu dusta, akan tetapi
kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur'an agar dikatakan
seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu,
kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke
dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan
rizki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan
kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.'
Allah SWT bertanya : 'Apa yang telah kamu
perbuat dengannya? '
Dia menjawab : 'Saya tidak meninggalkannya
sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau
ridlai."
Allah berfirman : 'Dusta kamu, akan tetapi
kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini
kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia
dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka." (HR Muslim No. 3572).
HADITS KE 2 : Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu
, dia berkata :
جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
مَا الْقِتَالُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنَّ أَحَدَنَا يُقَاتِلُ غَضَبًا
وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً فَرَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ قَالَ وَمَا رَفَعَ إِلَيْهِ
رَأْسَهُ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ قَائِمًا فَقَالَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ
اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Bahwa ada seseorang datang kepada Nabi ﷺ dan bertanya: "Wahai Rasulullah, apa perang di jalan Allah? Sebab
ada diantara kami yang berperang karena marah dan semangat fanatik golongan
".
Nabi ﷺ menjawab: "Orang yang berperang untuk
menjadikan agama Allah yang paling tinggi, maka dialah yang berada di jalan
Allah." (HR Bukhari No. 120)
HADITS KE 3 : Dari Abu Musa radliallahu 'anhu
, dia berkata;
جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ
لِلْمَغْنَمِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى
مَكَانُهُ فَمَنْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ
اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Datang seorang laki-laki kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata: "Seseorang berperang untuk
mendapatkan ghanimah, seseorang yang lain agar menjadi terkenal dan seseorang
yang lain lagi untuk dilihat kedudukannya, manakah yang disebut fii
sabilillah?" Maka Beliau bersabda: "Siapa yang berperang untuk
meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut fii sabilillah". ( HR.
Bukhori No. 2599 dan Muslim No. 3635 ).
HADITS KE 4 : Dari Abu 'Umamah Al-Bahili
radhiyallahu ‘anhu , berkata :
جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلاً غَزَا يَلْتَمِسُ
الأَجْرَ وَالذِّكْرَ مَا لَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
" لاَ شَىْءَ لَهُ " . فَأَعَادَهَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ يَقُولُ
لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " لاَ شَىْءَ لَهُ " .
ثُمَّ قَالَ " إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ
لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ " .
"Seorang pria datang kepada Nabi (ﷺ) dan berkata :' Apa
pendapatmu tentang orang yang berjuang mencari pahala dan ketenaran - apa yang
akan dia miliki? '
Rasulullah (ﷺ) berkata : 'Dia tidak akan memiliki apa-apa.'
Dia mengulanginya tiga kali, dan Nabi (ﷺ) berkata kepadanya: 'Dia tidak akan memiliki apa-apa.'
Kemudian dia berkata: 'Allah tidak menerima
perbuatan apapun, kecuali yang murni untuk-Nya, dan mencari Wajah-Nya.' "
( HR. Abu Daud dan Nasa’i no. 3140.
Al-Hafidz Ibnu Hajar dlm kitabnya Fathul Bari
berkata : “ Sanadnya Jayyid / bagus “ .
Al-Mundziri dlm “الترغيب
والترهيب”
2/264 : “Sanadnya shahih atau Hasan atau yang mendekati dua-duanya “.
Dan Syeikh al-Albaani dalam “Shahih
An-Nasaai” No. 3140 berkata : “ Hasan Shahih “).
******
KISAH PECANDU MINUMAN KERAS YANG TERNYATA DIA ADALAH ORANG YANG MENCINTAI ALLAH DAN ROSUL-NYA .
HADITS KE 1 : Dari Umar bin Al-Khattab
radhiyallahu ‘anhu :
أَنَّ رَجُلًا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اسْمُهُ عَبْدَ اللَّهِ ، وَكَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا ، وَكَانَ يُضْحِكُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَلَدَهُ فِي الشَّرَابِ ، فَأُتِيَ بِهِ يَوْمًا ، فَأَمَرَ بِهِ فَجُلِدَ ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَوْمِ : اللَّهُمَّ العَنْهُ ، مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَلْعَنُوهُ، فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Bahwa ada seseorang di zaman nabi ﷺ yang bernama Abdullah dan dia digelari dengan himaar/keledai. Orang itu
suka membuat tertawa Rasulullah SAW. Dan nabi ﷺ dahulu pernah mencambuknya karena minuman
keras.
Suatu saat pernah dia diperintahkan untuk
dicambuk, namun ada seseorang yang mengatakan: " Ya Allah laknatlah dia ,
karena betapa seringnya dia dihadapkan kepada Rosulullah dan dicambuk karena
habis minum minuman keras" .
Nabi ﷺ pun berkata : “ Jangan kalian melaknatnya,
demi Allah tidaklah aku melihatnya kecuali dia mencintai Allah dan Rasul-Nya “.
( HR. Imam Bukhari No. 6780)
HADITS KE 2 : Dari Umar radhiyallahu ‘anhu ,
dia berkata :
" أَنَّ رَجُلًا كَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا ، وَكَانَ يُهْدِي
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعُكَّةَ مِنَ السَّمْنِ ،
وَالْعُكَّةَ مِنَ الْعَسَلِ، فَإِذَا جَاءَ صَاحِبُهَا يَتَقَاضَاهُ جَاءَ بِهِ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَعْطِ هَذَا ثَمَنَ مَتَاعِهِ ، فَمَا يَزِيدُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنْ يَبْتَسِمَ وَيَأْمُرَ بِهِ فَيُعْطَى ،
فَجِيءَ بِهِ يَوْمًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،
وَقَدْ شَرِبَ الْخَمْرَ ، فَقَالَ رَجُلٌ : اللَّهُمَّ الْعَنْهُ ، مَا أَكْثَرَ
مَا يُؤْتَى بِهِ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَا تَلْعَنُوهُ ؛ فَإِنَّهُ
يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ )
“Bahwa seorang pria yang nama panggilannya keledai, dan dia
pernah memberi hadiah kepada Rasulullah
satu 'Ukkah dari minyak Samin , dan satu Ukkah madu . Lalu datanglah pemilik
barang tsb kepada pria itu untuk menagih pembayaran , maka pria itu membawanya
menghadap ke Rasulullah saw, dan dia berkata :
“ Wahai Rasulullah, bayarlah harga barang
tadi !!! “ .
Maka Rasulullah ﷺ hanya tersenyum dan tidak lebih dari itu .
Lalu beliau membayarnya .
Pada suatu hari dia dihadapkan kepada
Rosulullah ﷺ kerena dia habis minum minuman keras .
Lalu ada seorang pria berkata : “ Semoga
Allah melaknatinya , karena betapa seringnya dia dihadapkan kepada Rosulullah ﷺ dan dicambuk karena habis minum minuman keras “ .
Maka Rosulullah ﷺ bersabda : “ Jangan kalian laknati dia ,
karena sesungguhnya dia itu mencintai Allah dan Rosul-Nya “.
[ HR. Abu Ya'la dalam Musnad (176), Abu
Nu'aim dalam “Al-Hilya” (3/228), dan Ad-Dhiya dalam “Al-Mukhtara” (92) ]
( Note : makna العكة / Ukkah : ghirbah atau
kantong dari kulit kambing )
Abu Nu'aim mengatakan : "Sahih
Tsaabit."
Al-Bushiri berkata dalam "اتحاف الخيرة" (3/398): “ Ini adalah Isnad yang shahih”.
Al-Haitsami berkata dalam al-Majma` (4/148):
رَوَاهُ أَبُو
يَعْلَى، وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ
"Itu diriwayatkan oleh Abu Ali, dan para perawinya adalah standar al-Shahih."
0 Komentar