KEUTAMAAN LAILATUL QODAR (MALAM PENETAPAN TAKDIR) DAN KAPAN WAKTUNYA ?
Di Susun Oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
*****
DAFTAR ISI :
- PENDAHULUAN :
- KENAPA DINAMAKAN LAILATUL QODR ?
- KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QADR:
- BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM IBADAH SELAMA SEPULUH HARI TERAKHIR RAMADAN UNTUK MENDAPATKAN MALAM LAILATUL QADR:
- PADA MALAM KAPAN TERJADINYA LAILATUL QADR ?
- APAKAH LAILATUL QADAR ITU BERPINDAH-PINDAH TANGGAL ATAU IA TETAP DI MALAM YANG SAMA?
- KEBERADAAN MALAM LAILATUL QADAR PADA SETIAP RAMADHAN
- TANDA TANDA TERJADINYA MALAM LAILATUL QODAR
- HIKMAH DARI KETERSEMBUNYIAN MALAM LAILATUL QADR:
- BACAAN DOA PADA MALAM LAILATUL QADR:
****
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
====
PENDAHULUAN :
Allah swt berfirman :
﴿ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴾
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam al-qadar. (1) Dan tahukah kamu apakah malam al-qadar itu? (2) Malam al-qadar itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala perkara. (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (5). (Q.S. Al-Qadar [97] : 1-5).
Pada ayat lain disebutkan juga:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. Q.S. Ad-Dukhan [44] : 3).
Dan Lailatul Qadar dikatakan sebagai malam penetapan takdir sebagaimana disebutkan dalam ayat:
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
Artinya: “Pada malam itu dijelaskan segala perkara yang penuh hikmah.” (Q.S. Ad Dukhon: 4).
Imam Qatadah berkata :
فيهَا يُقضَى ما يَكونُ مِنَ السَّنَةِ إِلَى السَّنَةِ.
“Pada malam itu ditetapkan segala yang akan terjadi dari tahun ke tahun”. [Tafsir ath-Thabari, 21/9]
Dari Anas bin Malik ia berkata :
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلَا يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ
“Ketika datang bulan ramadlan, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya, maka dia telah diharamkan kebaikan semuanya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali bagi yang terhalang dari kebaikan. “
[HR. Ibnu Majah no. 120 . Syaikh al Albani menilainya shahih. Lihat Shahihut Targhib wat Tarhib1/586]
*****
KENAPA DINAMAKAN LAILATUL QODR ?
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
"قالَ العُلَماءُ: سُمِّيَتْ لَيْلَةُ القَدْرِ؛ لِما يَكْتُبُ فِيها المَلائِكَةُ مِنَ الأَقْدارِ وَالأَرْزاقِ وَالآجالِ التي تَكونُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ؛ كَقَوْلِه تَعالَى: ﴿ فِيها يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴾ [الدخان: 4]، وَقَوْلِه تَعالَى ﴿ تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيها بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِن كُلِّ أَمْرٍ ﴾ [القدر: 4]؛ وَمَعْناهُ: يُظْهِرُ لِلمَلائِكَةِ ما سَيَكونُ فِيها، وَيُأْمَرُهُم بِفِعْلِ ما هُوَ مِن وَظِيْفَتِهِم، وَكُلُّ ذلِكَ مِمّا سَبَقَ عِلْمُ اللهِ تَعالَى بِهِ، وَتَقْدِيرُهُ لَهُ، وَقيلَ: سُمِّيَتْ لَيْلَةُ القَدْرِ؛ لِعِظَمِ قَدْرِها وَشَرَفِها، وَأَجْمَعَ مَنْ يُعْتَدُّ بِها عَلَى وُجُودِها وَدَوامِها إِلى آخِرِ الدَّهْرِ؛ لِلأَحادِيثِ الصَّحيحَةِ المَشْهُورَةِ.
قَالَ الْعُلَمَاءُ : وَإِنَّمَا سُمِّيَتْ بِذَلِكَ؛ لِمَا يَكْتُبُ فِيهَا الْمَلَائِكَةُ مِنَ الْأَقْدَارِ وَالْأَرْزَاقِ وَالْآجَالِ الَّتِي تَكُونُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ.
“Para ulama mengatakan: Malam Lailatul Qadr dinamakan demikian karena pada malam itu para malaikat mencatat segala takdir (penetapan qadar segala sesuatu), sumber rezeki, dan masa-masa yang akan terjadi dalam tahun tersebut, sebagaimana firman Allah ta’ala:
‘Pada malam itu ditetapkan segala perkara yang penuh hikmah’ [Surah Ad-Dukhan: 4].
Dan firman-Nya:
‘Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala perkara". [Surah Al-Qadr: 4];
Maknanya : Allah menampakkan kepada malaikat pada malam tersebut apa yang akan terjadi, dan memerintahkan mereka untuk melakukan tugas-tugas mereka, semua itu telah Allah ketahui sebelumnya, dan Dia telah menentukannya.
Ada juga yang mengatakan: Lailatul Qadr dinamakan demikian karena keagungan dan kehormatannya.
Para ulama sepakat bahwa keberadaan dan kelangsungannya hingga akhir zaman didasarkan pada hadits-hadits shahih yang terkenal.
Para ulama mengatakan: “Dan sesungguhnya malam itu dinamakan demikian karena pada malam itu para malaikat mencatat segala takdir (ketetapan-ketetapan qadar segala sesuatu), sumber rezeki, dan masa-masa yang akan terjadi dalam tahun tersebut.” [Sahih Muslim dengan Syarah An-Nawawi, 8/57].
*****
KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QADR:
Keutamaan Malam Lailatul Qadr dapat diringkas dalam hal-hal berikut:
(1) Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an secara keseluruhan ke langit dunia dalam satu kali pada Malam Lailatul Qadr. Allah Azza wa Jalla berfirman:
﴿ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴾
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul al-Qodr.” (Surah Al-Qadr: 1).
(2) Beribadah di Malam Lailatul Qadr lebih baik daripada beribadah seribu bulan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
﴿ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴾
“Malam Lailatul Qadr lebih baik daripada seribu bulan.” (Surah Al-Qadr: 3).
(3) Banyaknya turunnya malaikat pada Malam Lailatul Qadr. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ﴾
“Turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (Surah Al-Qadr: 4).
(4) Malam Lailatul Qadr seluruhnya adalah penuh kedamaian, kebaikan, dan berkah, hingga terbit fajar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
﴿ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴾
“Itu (Lailatul Qadr) adalah malam penuh kedamaian hingga terbit fajar.” (Surah Al-Qadr: 5),
Dan Allah Ta’ala juga berfirman:
﴿ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ ﴾
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami adalah pemberi peringatan.” (Surah Ad-Dukhan: 3).
- Penjelasan: Allah Ta’ala menggunakan istilah “ لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ / malam yang diberkahi”, menurut Qatadah bin Di’amah rahimahullah : “Bahwa itu adalah malam Lailatul Qadr.” (Tafsir At-Tabari, Jilid: 21, Halaman: 6).
(5) Berdiri (sholat) pada Malam Lailatul Qadr merupakan sebab pengampunan dosa-dosa.
- Dirawatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berdiri (sholat) pada Malam Lailatul Qadr dengan iman dan mengharap pahala, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari, Hadis: 2014).
(6) Penetapan takdir seluruh peristiwa dalam setahun terjadi pada Malam Lailatul Qadr. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴾
“Pada malam itu diatur segala urusan yang penuh hikmah.” (Surah Ad-Dukhan: 4).
- Penjelasan: Qatadah bin Di’amah rahimahullah berkata :
"فِيهَا يُقْضَى مَا يَكُونُ مِنَ السَّنَةِ إِلَى السَّنَةِ"
“Pada malam itu diatur segala yang akan terjadi dari tahun ke tahun.” (Tafsir At-Tabari 21/9).
*****
BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM IBADAH SELAMA SEPULUH HARI TERAKHIR RAMADAN UNTUK MENDAPATKAN MALAM LAILATUL QADR:
- Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan dari Aisyah, semoga Allah meridhainya, dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.
“Nabi ﷺ biasanya mengencangkan ikat pinggangnya (berusaha keras) pada sepuluh hari terakhir (Ramadan), menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” [HR. Al-Bukhari: 2024, Muslim: 1174].
*****
PADA MALAM KAPANKAH TERJADINYA LAILATUL QADR ?
Lailatul Qadr terjadi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Dan menurut mazhab Syafi’iyyah dan Hanabilah, ia lebih condong pada malam-malam ganjil di antara sepuluh terakhir Ramadhan. Dan ini adalah salah satu pendapat dalam mazhab Malikiyah. Dan ini adalah pilihan diambil oleh Ibnu Taimiyyah, As-San’ani, Ibnu Baz, dan Ibnu ‘Utsaimin.
[Referensi : Al-Mughni, oleh Asy-Syarbini, 1/449, Kasyaf al-Qina’, oleh Al-Buhuti, 2/344), lihat juga: Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah, 3/182, (Al-Qawanin al-Fiqhiyyah, oleh Ibnu Juzayy, hal. 85) dan (Al-Fawaakih ad-Dawaani, oleh An-Nawawi, 2/740].
Imam Nawawi berkata :
(مَذْهَبُنَا وَمَذْهَبُ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَفِي أَوْتَارِهَا أَرْجَى)
“Madzhab kami dan madzhab mayoritas ulama adalah bahwa Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan dan malam ganjilnya lebih diutamakan.” (Raudhatut Thalibin, 2/389).
Ibnu Taimiyah berkata :
(لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، هَكَذَا صَحَّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ أَنَّهَ قَالَ: هِيَ فِي الْعَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ، وَتَكُونُ فِي الْوِتْرِ مِنْهَا)
“Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan, ini adalah hadis yang shahih dari Nabi ﷺ; bahwa beliau bersabda: ‘Malam itu terjadi pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan dan terjadi pada malam ganjil di antaranya.’” (Majmu’ al-Fatawa, 25/284).
Ash-Shan’ani berkata :
وَجَمَعَ بَيْنَ الرِّوَايَاتِ بِأَنَّ الْعَشْرَ لِلْاِحْتِيَاطِ مِنْهَا، وَكَذَلِكَ السَّبْعُ وَالتِّسْعُ لِأَنَّ ذَلِكَ هُوَ الْمَظِنَّةُ، وَهُوَ أَقْصَى مَا يُظَنُّ فِيهِ الْإِدْرَاكُ.
“Dan setelah dipadukan antara riwayat-riwayat ini maka berkesimpulan bahwa sepuluh hari terakhir adalah yang lebih hat-hati, begitu pula tujuh dan sembilan karena itu adalah periode yang paling mungkin terjadi, dan itulah yang paling mungkin bisa dipercaya.” (Subul as-Salam, 2/176).
Syeikh Bin Baaz berkata :
والرَّاجِحُ أَنَّها مُتَنَقِّلَةٌ فِي لَيَالِي العَشْرِ كُلِّهَا، وَأَوْتَارُهَا أَحْرَى، وَلَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ آكَدُ الأَوْتَارِ فِي ذَلِكَ، وَمَنِ اجْتَهَدَ فِي العَشْرِ كُلِّهَا فِي الصَّلاَةِ وَالقُرْآنِ وَالدُّعَاءِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِن وُجُوهِ الْخَيْرِ، أَدْرَكَ لَيْلَةَ القَدْرِ بِلاَ شَكٍّ، وَفَازَ بِمَا وَعَدَ اللَّهُ بِهِ مَن قَامَهَا، إِذَا فَعَلَ ذَلِكَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
“Yang paling kuat pendapatnya adalah bahwa Lailatul Qadar berpindah-pindah di malam-malam sepuluh terakhir secara keseluruhan, dan malam ganjilnya lebih diutamakan. Malam kedua puluh tujuh adalah yang paling kuat sebagai malam ganjil di antara mereka. Barangsiapa yang berusaha keras dalam sepuluh hari itu dalam shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berbagai amal kebaikan lainnya, dia akan menemukan Lailatul Qadar tanpa keraguan, dan dia akan mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada orang yang menjalankannya, jika dia melakukannya dengan iman dan mengharap pahala dari Allah.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 6/399).
Ibnu Utsaimin berkata :
وَلَيْلَةُ القَدْرِ فِي العَشْرِ الأوَاخِرِ مِن رَمَضَانَ.. وَهِيَ فِي الأَوْتَارِ أَقْرَبُ مِن الأَشْفَاعِ.. وَهِيَ فِي السَّبْعِ الأوَاخِرِ أَقْرَبُ.
“Dan Lailatul Qadar terjadi di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan... dan itu lebih dekat pada malam ganjil... dan itu lebih dekat pada tujuh hari terakhir...” (Majmu’ Fatawa wa Rasail al-Utsaimin, 20/346-347).
DALIL DARI SUNNAH:
Pertama : Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda:
تَحَرَّوْا ليلةَ القَدْرِ في الوِترِ مِنَ العَشرِ الأواخِرِ مِن رَمَضانَ
“Carilah Lailatul Qadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir Ramadhan.” [HR. Al-Bukhari (2017) dan Muslim (1169)].
Kedua : Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda:
((التَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى))
“Carilah pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, Lailatul Qadr berada pada malam yang sembilan masih tersisa, pada malam yang tujuh masih tersisa, pada malam yang lima masih tersisa.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2021)].
Ketiga : Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma :
((أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ.)).
Bahwa ada beberapa orang dari sahabat Nabi ﷺ yang diperlihatkan Lailatul Qadar dalam mimpi mereka pada tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
Aku melihat bahwa mimpi kalian jatuh pada tujuh malam terakhir, maka barang siapa yang ingin mencarinya, hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir (dari bulan Ramadhan). [HR. Al-Bukhari (2015) dan Muslim (1165)].
Keempat : Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma :
رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا".
“Seseorang bermimpi bahwa Lailatul Qadr terjadi pada malam ke-27, maka Nabi ﷺ bersabda: ‘Aku melihat mimpi kalian pada sepuluh hari terakhir. Maka carilah pada malam ganjil di antaranya.’” [Al-Bukhari (6991) dan Muslim (1165).]
*****
APAKAH LAILATUL QADAR ITU BERPINDAH-PINDAH TANGGAL ATAU IA TETAP DI MALAM YANG SAMA?
Lailatul Qadar tidak terikat pada malam tertentu setiap tahunnya, melainkan berpindah-pindah di malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadan.
Ini adalah pendapat dari madzhab Syafi’iyyah dan Hanabilah, serta pendapat yang lebih dominan di kalangan ulama.
[Referensi : ((Al-Majmu’)) oleh Al-Nawawi (6/450, ((Al-Inshaaf)) karya Al-Mardawi (3/354), ((Al-Sharh Al-Kabir karya al-Dardir wa Hashiyat al-Desouki)) (1/551), ((Al-Qawanin al-Fiqhiyyah)) karya Ibn Juzay (ṣ: 85), ((Al-Muqaddimat al-Mumahhidat)) karya Ibnu Rusyd (1/267)].
DALIL DARI SUNNAH :
Pertama : Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي رَمَضَانَ الْعَشْرَ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ فَإِذَا كَانَ حِينَ يُمْسِي مِنْ عِشْرِينَ لَيْلَةً تَمْضِي وَيَسْتَقْبِلُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ رَجَعَ إِلَى مَسْكَنِهِ وَرَجَعَ مَنْ كَانَ يُجَاوِرُ مَعَهُ وَأَنَّهُ أَقَامَ فِي شَهْرٍ جَاوَرَ فِيهِ اللَّيْلَةَ الَّتِي كَانَ يَرْجِعُ فِيهَا فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَمَرَهُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ كُنْتُ أُجَاوِرُ هَذِهِ الْعَشْرَ ثُمَّ قَدْ بَدَا لِي أَنْ أُجَاوِرَ هَذِهِ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَثْبُتْ فِي مُعْتَكَفِهِ وَقَدْ أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا فَابْتَغُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَابْتَغُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَاسْتَهَلَّتْ السَّمَاءُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ فَأَمْطَرَتْ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فِي مُصَلَّى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ فَبَصُرَتْ عَيْنِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَظَرْتُ إِلَيْهِ انْصَرَفَ مِنْ الصُّبْحِ وَوَجْهُهُ مُمْتَلِئٌ طِينًا وَمَاءً
“Rasulullah ﷺ ‘i’tikaf di bulan Ramadhan pada sepuluh malam pertengahan bulan.
Kemudian ketika telah melewati malam ke dua puluh menjelang malam kedua puluh satu Beliau datang kembali ke tempat khusus i’tikaf Beliau, begitu pula mereka [para sahabat] yang sebelumnya beri’tikaf bersama Beliau.
Pada malam ketika Beliau kembali beri’tikaf di bulan tersebut, Beliau menyampaikan khuthbah di hadapan orang banyak dan memerintahkan mereka menurut apa yang Allah kehendaki, lalu Beliau bersabda:
“Aku sudah melaksanakan i’tikaf pada sepuluh malam sebelumnya dari bulan ini kemudian dinampakkan kepadaku agar beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir, maka siapa yang telah beri’tikaf bersamaku tetaplah pada tempatnya beri’tikaf. Sungguh telah diperlihatkan kepadaku tentang malam Lailatul Qadar, namun aku dilupakan waktunya yang pasti, maka carilah pada sepuluh malam-malam akhir dan carilah pada malam yang ganjil. Sungguh aku melihat diriku (dalam mimpi) sujud diatas air dan tanah (yang becek) “.
Kemudian langit tampak mendung pada malam itu lalu turunlah hujan hingga masjid bocor mengenai posisi tempat shalat Nabi ﷺ pada malam kedua puluh satu. Kemudian mataku memandang Rasulullah ﷺ, aku melihat Beliau setelah Shubuh dengan wajah Beliau yang penuh dengan lumpur dan air”. [HR. Bukhari no. 2018].
Kedua : Dari Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu :
((أُرِيتُ ليلةَ القَدْرِ ثمَّ أُنْسِيتُها، وأُراني صُبْحَها أسجُدُ في ماءٍ وطِينٍ، قال: فمُطِرْنَا ليلةَ ثلاثٍ وعِشرينَ، فصلَّى بنا رسولُ الله، فانصرَفَ، وإنَّ أثَرَ الماءِ والطِّينِ على جَبهَتِه وأنفِه))
“Aku diperlihatkan [dalam mimpiku] malam Lailatul Qadar kemudian aku dibuat lupa, dan dalam mimpiku aku melihat diriku sudah pada air dan lumpur”.
Abdullah bin Unais berkata: Kami mendapatkan hujan pada malam 23, maka Rasulullah mengimami kami shalat , kemudian beliau pergi , dalam keadan bekas air dan tanah terlihat di dahinya dan hidungnya”. (HR. Muslim no. 1168)
*****
KEBERADAAN MALAM LAILATUL QADAR PADA SETIAP RAMADHAN
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang tetap ada dan tidak akan dihapus hingga hari Kiamat.
DALILNYA :
Pertama: Dari Sunnah
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha :
أنَّ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قَالَ: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوِتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ مِن رَمَضَانَ
bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Carilah malam Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” [HR. Bukhori no. 2017]
Kedua: Dari Ijma’ (Kesepakatan) Para Ulama
Ijma’ (kesepakatan) para ulama telah disebutkan oleh Imam An-Nawawi.”
Imam An-Nawawi berkata:
(وَأَجْمَعَ مَنْ يُعْتَدُّ بِهِ عَلَى وُجُودِهَا وَدَوَامِهَا إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ؛ لِلْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الْمَشْهُورَةِ)
“Dan para ulama yang dijadikan rujukan telah ber-Ijma’ [sepakat] tentang keberadaan dan kelangsungan malam Lailatul Qadar hingga akhir zaman, berdasarkan hadits-hadits yang shahih yang masyhur.” (Syarah An-Nawawi pada Sahih Muslim) (8/57).
*****
TANDA TANDA TERJADINYA MALAM LAILATUL QODAR
Al-Haafidz Ibnu Hajar Al Asqolani berkata:
وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِي
“Ada beberapa dalil yang membicarakan tanda-tanda lailatul qadar, namun kebanyakan tanda-tanda tsb tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut berlalu.” (Fathul Bari, 4: 260)
Jadi ada sebagian tanda-tandanya yang nampak di awal malam lailatul qodar. Akan tetapi seperti yang di katakan al-Hafidz yaitu kebanyakan nampak esok harinya setelah malam berlalu.
Jika demikian, yang mesti dilakukan adalah memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan, insya Allah akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut.
Karena Biasanya malam lailatul qadar itu baru diketahui keesokan harinya di pagi hari. Salah satu cirinya adalah bagaimana suasana keesokan pagi harinya saat matahari terbit.
Berikut ini tanda-tanda Malam Lailatul Qodar:
Tanda ke 1:
Terkadang ditandai dengan hujan atau gerimis
انْطَلَقْتُ إِلَى أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ فَقُلْتُ: أَلَا تَخْرُجُ بنَا إلى النَّخْلِ نَتَحَدَّثُ، فَخَرَجَ، فَقالَ: قُلتُ: حَدِّثْنِي ما سَمِعْتَ مِنَ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في لَيْلَةِ القَدْرِ، قالَ:
اعْتَكَفَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ عَشْرَ الأُوَلِ مِن رَمَضَانَ واعْتَكَفْنَا معهُ، فأتَاهُ جِبْرِيلُ، فَقالَ: " إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ، فَاعْتَكَفَ العَشْرَ الأوْسَطَ".
فَاعْتَكَفْنَا معهُ فأتَاهُ جِبْرِيلُ فَقالَ: " إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ ".
فَقَامَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ خَطِيبًا صَبِيحَةَ عِشْرِينَ مِن رَمَضَانَ فَقالَ: " مَن كانَ اعْتَكَفَ مع النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَلْيَرْجِعْ، فإنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ القَدْرِ، وإنِّي نُسِّيتُهَا، وإنَّهَا في العَشْرِ الأوَاخِرِ، في وِتْرٍ، وإنِّي رَأَيْتُ كَأَنِّي أسْجُدُ في طِينٍ ومَاءٍ ".
وكانَ سَقْفُ المَسْجِدِ جَرِيدَ النَّخْلِ، وما نَرَى في السَّمَاءِ شيئًا، فَجَاءَتْ قَزَعَةٌ، فَأُمْطِرْنَا، فَصَلَّى بنَا النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ حتَّى رَأَيْتُ أثَرَ الطِّينِ والمَاءِ علَى جَبْهَةِ رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وأَرْنَبَتِهِ تَصْدِيقَ رُؤْيَاهُ
Dari Abu Salamah:
Suatu kali saya pergi menemui Abu-Sa`id Al-Khudri dan bertanya kepadanya: “Maukah Anda ikut dengan kami ke pohon kurma untuk berbicara?”
Maka Abu Sa`id keluar dan saya bertanya kepadanya: “Ceritakan apa yang kamu dengar dari Nabi tentang Malam Qadr.”
Abu Sa`id menjawab: “Suatu ketika Rasul Allah melakukan I`tikaf pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan dan kami pun melakukan hal yang sama dengannya.
Lalu Jibril mendatanginya dan berkata: ‘Malam yang kamu cari adalah di depanmu.’
Maka Nabi melakukan I`tikaf di tengah (kedua) sepuluh hari bulan Ramadhan dan kami juga melakukan I`tikaf bersamanya.
Jibril mendatanginya dan berkata: “Malam yang kamu cari ada di depanmu “.
‘ Di pagi hari tanggal 20 Ramadhan Nabi menyampaikan khotbah dengan mengatakan:
“Siapapun yang telah melakukan I`tikaf dengan saya harus melanjutkannya. Saya telah ditunjukkan Malam “Qadr”, tetapi saya telah lupa tanggalnya, tetapi pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir. Saya melihat dalam mimpi saya bahwa saya sedang bersujud di LUMPUR dan AIR “.
Pada masa itu atap masjid terbuat dari dahan pohon kurma. SAAT ITU LANGIT CERAH dan tidak ada awan yang terlihat, namun tiba-tiba awan datang dan turun hujan.
Nabi ﷺ memimpin kami dalam sholat dan saya melihat jejak lumpur di dahi dan di hidung Rasulullah ﷺ
Maka itu adalah pembuktian atas kebenaran mimpinya itu.( HR. Bukhori no. 813 )
Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu ciri-ciri lailatul qadar bisa ditandai dengan hujan atau gerimis. Pendapat ini merujuk pada peristiwa dimana saat Rasulullah ﷺ diberikan mimpi untuk ditampakkan kapan lailatul qadar itu datang.
Pada zaman Nabi, masjid masih beralaskan tanah, tiang-tiangnya dari pelepah kurma, dan atapnya dari daun-daun kurma. Sehingga, jika hujan atau gerimis maka di dalam masjid akan terlihat basah.
Saat Rasulullah ﷺ dihadirkan mimpi tentang kapan hadirnya lailatul qadar, lalu terbangun dari mimpinya, Allah sengaja buat Rasulullah ﷺ lupa dari mimpi tersebut. Namun yang teringat adalah ada bekas lumpur pada dahi Rasulullah ﷺ
Hingga pada suatu saat ketika Rasulullah selesai salat, beliau menengokkan kepalanya untuk salam, terlihat lumpur di dahinya. Para sahabat melihat itu dan menganggap bahwa semalamnya adalah lailatul qadar. Berdasarkan kisah inilah para ulama berpendapat, di antara ciri-ciri lailatul qadar ialah datangnya hujan atau gerimis di malam harinya.
Namun, para ulama juga berpendapat bahwa ciri-ciri tersebut tidak bisa dijadikan acuan. Sebab, bisa jadi di malam lailatul qadar langit terlihat cerah.
TANDA KE 2:
Keesokan harinya matahari terbit dengan sinar yang redup dan teduh
Biasanya, kita tidak bisa mengetahui ciri-ciri akan datangnya lailatul qadar dan kita tidak bisa merasakan saat terjadinya serta tidak bisa melihat kecuali setelah terjadinya lailatul qadar.
Jadi lalaitul qodar itu pada umumnya baru akan terasa atau terlihat setelah malam lailatul qadar itu berlalu . Salah satu cirinya adalah bagaimana suasana keesokan pagi harinya saat matahari terbit.
Ubay bin Ka’ab ra. Mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda
إِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا
“Keesokan hari lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan,” (H.R. Muslim)
Dalam Hadits lain dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit nampak putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762).
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah ﷺ bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.”
(HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475.)
TANDA KE 3:
Didatangkan mimpi malam lailatul Qodar kepada orang-orang mukmin:
Malam lailatul Qodar itu terkadang diberitahukan dalam mimpi, seperti yang pernah dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu’anhuma :
أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi ﷺ diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7 malam terakhir (Ramadhan).
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata: ”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir. (HR Bukhori no. 2015 dan Muslim no. 1165)
TANDA KE 4.
Bulan Terkadang Nampak Separuh Bulatan
Ada juga yang menyebutkan bahwa malam itu bulan terkadang nampak separuh bulatan, sebagaimana hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah radliyallahuanhu, beliau berkata:
تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul Qadar di sisi Rasulullah ﷺ, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim no. 1170)
TANDA KE 5:
Malam Lailatul Qodar Dengan Ciri Tertentu
Ciri yang lain dari malam Qadar adalah malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan).
Dasarnya adalah hadits Ubadah bin Shamit radhiyallahuanhu berikut ini:
إِنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لاَ بَرْدَ فِيهَا وَلاَ حَرَّ وَلاَ يَحِل لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَأَنَّ مِنْ أَمَارَتِهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْل الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلاَ يَحِل لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ
Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu” (HR. Ahmad)
Juga ada hadits yang senada dari hadits Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah ﷺ:
“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
TANDA KE 6:
Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
Ibnu Katsir menafsirkan Q.S Al Qadar ayat 4 sebagai berikut:
يَكْثُرُ تَنَزُّلُ الْمَلَائِكَةُ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ لِكَثْرَةِ بَرَكَتِهَا، وَالْمَلَائِكَةُ يَتَنَزَّلُونَ مَعَ تَنَزُّلِ الْبَرَكَةِ وَالرَّحْمَةِ، كَمَا يَتَنَزَّلُونَ عِنْدَ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَيُحِيطُونَ بِحِلَقِ الذِّكْرِ، وَيَضَعُونَ أَجْنِحَتَهُمْ لِطَالِبِ الْعِلْمِ بِصِدْقٍ تَعْظِيمًا لَهُ. وَأَمَّا الرُّوحُ فَقِيلَ: الْمُرَادُ بِهِ هَاهُنَا جِبْرِيلٌ.
“Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al-Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir (majelis ilmu). Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. Adapun “ar-ruh” ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah malaikat Jibril.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim 8/444, Darul Thayyibah, 1420 H, syamilah)
*****
HIKMAH DARI KETERSEMBUNYIAN MALAM LAILATUL QADR:
- Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, semoga Allah meridhoinya: Rasulullah ﷺ bersabda:
((أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ، ثُمَّ أُنْسِيتُهَا، فَابْتَغُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، وَابْتَغُوهَا فِي كُلِّ وَتْرٍ))
“Aku diperlihatkan malam ini (Lailatul Qadr), kemudian aku dilupakan tentangnya, maka carilah di sepuluh hari terakhir (Ramadan), dan carilah di setiap malam ganjil.” [HR. Al-Bukhari: 2018, Muslim: 1167].
- Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan dari Aisyah, semoga Allah meridhainya: Rasulullah ﷺ bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوَتْرِ، مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Berupayalah mencari Lailatul Qadr di malam ganjil, di antara sepuluh hari terakhir (Ramadan).” [HR. Al-Bukhari: 2017, Muslim: 1169].
Imam Ahmad bin Hajar Al-‘Asqalani, semoga Allah merahmatinya, berkata:
قَالَ الْعُلَمَاءُ: الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ؛ لِيَحْصُلَ الْاجْتِهَادُ فِي التَّمَاسِهَا، بِخِلَافِ مَا لَوْ عُيِّنَتْ لَهَا لَيْلَةً، لَاقْتُصِرَ عَلَيْهَا.
“Para ulama berkata: Hikmah dari menyembunyikan Lailatul Qadr adalah untuk mendorong orang untuk berusaha keras dalam mencarinya, berbeda dengan jika malam tersebut telah ditentukan, orang hanya akan membatasi usahanya pada malam tersebut.” [Fathul Bari, karya Ibn Hajar Al-‘Asqalani, 4/266].”
*****
BACAAN DOA PADA MALAM LAILATUL QADR:
Dirawatkan oleh At-Tirmidzi dari Aisyah, semoga Allah meridhainya, dia berkata:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُلِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.
"Aku bertanya: 'Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku mengetahui malam mana yang merupakan Lailatul Qadr, apa yang harus aku ucapkan?' Beliau menjawab: 'Katakanlah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau menyukai keampunan, maka berilah ampunan atas diriku.'" [Hadis Shahih, Shahih At-Tirmidzi, oleh Al-Albani, Hadis: 2789].
0 Komentar