Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

STUDI HADITS “Bukan Dajjal Yang Paling Aku Takutkan Atas Umatku, Tetapi Pemimpin Yang Menyesatkan”.

STUDI HADITS : Bukan Dajjal yang paling aku khawatirkan atas umatku, tetapi para pemimpin yang menyesatkan.

 ===

Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

---

====
CUPLIKAN :

Rasulullah bersabda :

“Aku tidak merasa khawatir atas umatku kecuali dari para pemimpin yang menyesatkan.

Jika pedang telah terhunus di tengah umatku, maka ia tidak akan diangkat (dihilangkan) dari mereka sampai Hari Kiamat.”

Aku memohon kepada Tuhanku Yang Maha Mulia dan Maha Agung agar tidak membinasakan umatku dengan suatu bencana yang merata, dan agar tidak menjadikan musuh yang dapat menguasai mereka lalu membinasakan mereka secara menyeluruh, dan agar tidak menjadikan mereka berselisih secara berkelompok-kelompok, serta tidak menjadikan sebagian mereka merasakan keganasan sebagian yang lain.”

----

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

" فَالأَئِمَّةُ المُضِلُّونَ هُمُ الأُمَرَاءُ " اِنْتَهَى

“Makna para pemimpin yang menyesatkan di sini adalah para penguasa.” (Majmū’ al-Fatāwā 1/355)

*****

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

 ===***===

STUDI HADITS 
“Bukan Dajjal yang paling aku khawatirkan, tetapi pemimpin yang menyesatkan”.

Pembahasan tentang hadits:

(لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي) قِيلَ: مَنْ؟ قَالَ: (أَئِمَّةٌ مُضِلُّونَ)

“(Bukan Dajjal yang paling aku khawatirkan atas umatku). Ditanyakan: siapa mereka? Beliau menjawab: (para pemimpin yang menyesatkan), dari sisi sanad dan matan”.

Segala puji bagi Allah dan salawat serta salam atas Rasulullah , amma ba’du:

===***===

HADITS KE SATU : RIWAYAT ABU DZAR

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (21296) melalui jalur Ibnu Lahiah, dari Abdullah bin Hubairah, ia berkata: Abu Tamim Al-Jaisyani mengabarkan kepadaku, ia berkata: Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu mengabarkan kepadaku, ia berkata:

" كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ ، فَقَالَ : ( لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي ) قَالَهَا ثَلَاثًا . قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، مَا هَذَا الَّذِي غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُكَ عَلَى أُمَّتِكَ ؟ قَالَ : ( أَئِمَّةً مُضِلِّينَ ) " .

“Aku berjalan bersama Rasulullah , lalu beliau bersabda: (Bukan Dajjal yang paling aku khawatirkan atas umatku). Beliau mengulanginya tiga kali. Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah yang selain Dajjal itu yang paling engkau khawatirkan atas umatmu? Beliau bersabda: (para pemimpin yang menyesatkan).”

Ibnu ‘Abdul Hakam juga meriwayatkannya dalam Futuh Mishr halaman 285.

Sanad ini lemah. Ibnu Lahiah lemah haditsnya dan telah mengalami ikhtilath. Lihat: Al-Mizan 2/476.

Akan tetapi hadits ini datang melalui beberapa jalur lain dan memiliki banyak syawahid sehingga naik ke derajat sahih.

Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, kitab Al-Khilafah menulis sebuah bab sbb:

[بَابٌ: فِي أَئِمَّةِ الظُّلْمِ وَالْجَوْرِ وَأَئِمَّةِ الضَّلَالَةِ]

Bab : Tentang Para Pemimpin Dzalim, Penindas dan Para Pemimpin Sesat

Lalu al-Haitsami berkata tentang sanad hadits diatas  (5/238-239 no. 9212) :

" رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَفِيهِ ابْنُ لَهِيعَةَ، وَحَدِيثُهُ حَسَنٌ، وَفِيهِ ضَعْفٌ، وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ ثِقَاتٌ. اهـ.

“Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad. Pada Ibnu Lahiah, haditsnya hasan, tetapi dalam dirinya terdapat kelemahan, sementara perawi lainnya terpercaya.”

Syu’aib Al-Arna’uth berkata dalam tahqiq Musnad 35/222 catatan kaki hadits nomor 21296:

صَحِيحٌ لِغَيْرِهِ، وَهَذَا إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ، ابْنُ لَهِيعَةَ -وَهُوَ عَبْدُ اللهِ- سَيِّئُ الْحِفْظِ. أَبُو تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيُّ: هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي الأَسْحَمِ."

“Sanadnya sahih karena penguat, sedangkan sanad ini sendiri lemah. Ibnu Lahiah –yaitu Abdullah– buruk hafalannya. Abu Tamim Al-Jaisyani adalah Abdullah bin Malik bin Abi Al-As-ham.”

Syaikh Al-Albani mensahihkannya dalam Sahih Al-Jami 2/764 nomor 4165, dan dalam As-Silsilah Ash-Shahihah 4/462 nomor 1989.

Hadits ini disebutkan oleh as-Suyuthi dalam kitab al-Jami’ As-Shaghir nomor 5782, melalui riwayat Ahmad dari Abu Dzar, dan ia memberi isyarat sahih.

Al-Munawi berkata:

وَكَذَا رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ الحَافِظُ العِرَاقِيُّ: سَنَدُهُ جَيِّدٌ، وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي آخِرِ الصَّحِيحِ بِلَفْظِ: (غَيْرَ الدَّجَّالِ أَخْوَفَنِي عَلَيْكُمْ، ثُمَّ ذَكَرَ حَدِيثًا طَوِيلًا) اهـ

demikian pula Ad-Dailami meriwayatkannya dari Abu Dzar. Al-Hafizh Al-‘Iraqi mengatakan: sanadnya baik. Muslim juga meriwayatkannya di akhir *Shahih Muslim* dengan lafaz: “Selain Dajjal, ada yang lebih aku khawatirkan atas kalian,” kemudian beliau menyebutkan hadits panjang. Selesai perkataan Al-Munawi. [Lihat : Faidhul Qodiir karya al-Munawi 4/407 no. 5782 . Dan lihat pula : Hamisy Jam’ul Jawami’ 5/788 cet. Al-Azhar - Kairo]

MAKNA HADITS

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

" فَالأَئِمَّةُ المُضِلُّونَ هُمُ الأُمَرَاءُ " اِنْتَهَى

“Makna para pemimpin yang menyesatkan dalam hadits ini adalah para penguasa.” (Majmū’ al-Fatāwā 1/355)

Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarh Shahih Muslim:

" وَأَمَّا مَعْنَى الْحَدِيث فَفِيهِ أَوْجُه أَظْهَرهَا أَنَّهُ مِنْ أَفْعَل التَّفْضِيل , وَتَقْدِيره غَيْر الدَّجَّال أَخْوَف مُخَوِّفَاتِي عَلَيْكُمْ , ثُمَّ حَذَفَ الْمُضَاف إِلَى الْيَاء , وَمِنْهُ : أَخْوَف مَا أَخَاف عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّة الْمُضِلُّونَ ) " انتهى .

“Adapun makna hadits ini, terdapat beberapa penjelasan, dan yang paling tampak adalah bahwa lafaz tersebut termasuk bentuk af‘al at-tafdhil (kata yang menunjukkan perbandingan). Maknanya adalah: ‘Selain Dajjal merupakan sesuatu yang paling aku khawatirkan atas kalian.’ Kemudian dihapus mudhaf yang tersambung kepada ya’. Di antara contohnya adalah sabda: ‘Hal yang paling aku takutkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan.’” Selesai.

Syu’aib al-Arna’uth dalam Tahqiq al-Musnad 35/222 berkata :  

قَوْلُهُ: "أَخْوَفَنِي"، قَالَ السِّنْدِي: هُوَ اسْمُ تَفْضِيلٍ بُنِيَ لِلْمَفْعُولِ، أَيْ: أَشَدُّ مُخَوِّفَاتِي، لَحِقَتْهُ نُونُ الْوِقَايَةِ تَشْبِيهًا لَهُ بِالْفِعْلِ، وَقِيلَ: كَانَ فِي الْأَصْلِ "أَخْوَفُ لِي" بِاللَّامِ فَقُلِبَتْ نُونًا.

"أَئِمَّةً" بِالنَّصْبِ، أَيْ: أُرِيدُ بِهِمُ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ.

“Sabda-nya : "Akhwafanī." As-Sindi berkata: Itu adalah bentuk af‘al at-tafdhīl yang dibangun untuk makna maf‘ul, yaitu:

Hal yang paling membuatku takut’

Kemudian ditambahkan nūn al-wiqoyah sebagai penyerupaan dengan fi‘il.

Ada yang mengatakan: asalnya adalah *akhwafu lī* dengan huruf lām, lalu diubah menjadi nūn.

"Kata *a’immah*" dalam keadaan manshub, yaitu: yang dimaksud adalah para pemimpin yang menyesatkan”. [Selesai]

Al-Munawi juga berkata:

(غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِي مِنَ الدَّجَّالِ) قَالَ أَبُو البَقَاءِ: ظَاهِرُ اللَّفْظِ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ غَيْرَ الدَّجَّالِ هُوَ الْمَخَافُ، وَلَيْسَ مَعْنَى الحَدِيثِ هَذَا، إِنَّمَا مَعْنَاهُ أَنِّي أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي مِنْ غَيْرِ الدَّجَّالِ أَكْثَرَ مِنْ خَوْفِي مِنْهُ، فَعَلَيْهِ يَكُونُ فِيهِ تَأْوِيلَانِ: أَحَدُهُمَا: أَنَّ "غَيْرُ" مُبْتَدَأٌ، وَ"أَخْوَفُ" خَبَرُ مُبْتَدَأٍ مَحْذُوفٍ، أَيْ: غَيْرُ الدَّجَّالِ أَنَا أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِي مِنْهُ، الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ "أَخْوَفُ" عَلَى النَّسَبِ، أَيْ: غَيْرُ الدَّجَّالِ ذُو خَوْفٍ شَدِيدٍ عَلَى أُمَّتِي، كَمَا نَقُولُ: فُلَانَةُ طَالِقٌ، أَيْ: ذَاتُ طَلَاقٍ.

قَالَ: وَقَوْلُهُ: (الأَئِمَّةَ المُضِلِّينَ) كَذَا وَقَعَ فِي هَذِهِ الرِّوَايَةِ بِالنَّصْبِ، وَالوَجْهُ أَنْ تَقْدِيرَهُ: مَنْ تَعْنِي بِغَيْرِ الدَّجَّالِ؟ قَالَ: أَعْنِي: الأَئِمَّةَ المُضِلِّينَ، وَإِنْ جَاءَ بِالرَّفْعِ كَانَ تَقْدِيرُهُ: الأَئِمَّةُ المُضِلُّونَ أَخْوَفُ مِنَ الدَّجَّالِ، أَوْ غَيْرُ الدَّجَّالِ الأَئِمَّةُ. اهـ

“Selain Dajjal, ada sesuatu yang lebih aku khawatirkan atas umatku dibanding Dajjal.” Abu Al-Baqa menjelaskan bahwa zahir lafaz menunjukkan bahwa yang dimaksud “selain Dajjal” itu sendiri adalah sesuatu yang menakutkan. Namun bukan itu maknanya. Maknanya adalah: aku lebih takut atas umatku dari selain Dajjal daripada ketakutanku terhadap Dajjal. Berdasarkan itu, terdapat dua penafsiran:

Pertama: kata “selain” merupakan mubtada (subjek) dan “lebih aku khawatirkan” adalah khabar bagi mubtada yang dibuang, sehingga maknanya: selain Dajjal, aku lebih khawatir atas umatku darinya.

Kedua: bahwa “lebih aku khawatirkan” bermakna nisbah, sehingga maknanya: selain Dajjal adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan bagi umatku, sebagaimana kita mengatakan: “wanita itu talak,” maksudnya wanita itu pemilik sifat yang mengakibatkan talak.

Ia juga berkata: frasa “para pemimpin yang menyesatkan” dalam riwayat ini muncul dalam bentuk mansub, dan yang dimaksud adalah penjelasan mengenai siapa yang dimaksud dengan “selain Dajjal.” Seakan beliau berkata: yang aku maksud adalah para pemimpin yang menyesatkan. Jika muncul dalam bentuk marfu’, maka maknanya: para pemimpin yang menyesatkan itu lebih ditakutkan daripada Dajjal, atau “selain Dajjal” yaitu para pemimpin tersebut.

[Selesai perkataan Al-Munawi. Lihat : Faidhul Qodiir karya al-Munawi 4/407 no. 5782 dan at-Tanwiir karya al-Munawi 7/441 no. 5764].

===***===

HADITS KE DUA : RIWAYAT UMAR BIN KHATHTHAB

Dalam bab ini juga terdapat riwayat dari Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu:

Dari Umair bin Sa‘d – dan Umar radhiyallahu ‘anhu pernah mengangkatnya sebagai gubernur Himsh – ia berkata:

قَالَ عُمَرُ لِكَعْبٍ: إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ أَمْرٍ فَلَا تَكْتُمْنِي قَالَ: وَاللَّهِ مَا أَكْتُمُكَ شَيْئًا أَعْلَمُهُ قَالَ: مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ؟ قَالَ: أَئِمَّةً مُضِلِّينَ. قَالَ عُمَرُ: صَدَقْتَ، ‌قَدْ ‌أَسَرَّ ‌ذَلِكَ ‌إِلَيَّ ‌وَأَعْلَمَنِيهِ ‌رَسُولُ ‌اللَّهِ - ﷺ

Umar radhiyallahu ‘anhu  berkata kepada Ka‘b: “Aku akan bertanya kepadamu tentang satu perkara, maka jangan engkau sembunyikan dariku.”

Ka‘b menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan menyembunyikan darimu sesuatu pun yang aku ketahui.”

Umar bertanya: “Apa hal yang paling engkau khawatirkan menimpa umat Muhammad ?”

Ka‘b menjawab: “Para pemimpin yang menyesatkan.”

Umar berkata: “Engkau benar. Rasulullah telah membisikkan hal itu kepadaku dan mengabarkannya kepadaku.”

TAKHRIJ :

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad 1/390 nomor 293.

Al-Haitsami berkata dalam Majma’ Az-Zawaid 5/239 nomor 9214:

رَوَاهُ أَحْمَدُ وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ

“Diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya terpercaya.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Musnad Al-Faruq 2/423 nomor 478:

هَذَا إِسْنَادٌ جَيِّدٌ، وَلَيْسَ فِي شَيْءٍ مِنَ الْكُتُبِ السِّتَّةِ، وَلَمْ يَسْرُدِ الإِمَامُ أَحْمَدُ قِصَّةَ عُمَيْرِ بْنِ سَعْدٍ، وَقَدْ سَاقَهَا الحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الإِسْمَاعِيلِيُّ فِي «مُسْنَدِ عُمَرَ»، وَفِيهَا غَرَابَةٌ.

“Ini sanad yang baik. Ia tidak terdapat dalam kitab-kitab enam, dan Imam Ahmad tidak menyebutkan kisah lengkap Umair bin Sa‘d. Al-Hafizh Abu Bakr Al-Isma‘ili menyebutkannya dalam Musnad Umar, dan di dalamnya terdapat keanehan.”

Ahmad Muhammad Syakir menilai sanadnya hasan dalam tahqiq Musnad 1/389 (293).

Al-Albani rahimahullah telah menyebutkan jalur-jalur hadits ini dan mensahihkannya dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (1582) dan (1989).

Al-Hafizh al-Iraqi juga menilai sanadnya kuat dalam Takhrij al-Ihya’ (hal. 72), demikian pula Ibnu Katsir dalam Musnad al-Faruq (2/535), dan al-Munawi dalam at-Taysir (2/162). Syaikh Ahmad Syakir berkata dalam Tahqiq Musnad Ahmad (1/150): “Sanadnya hasan.” Selesai.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

"حَدِيثُ ‌الْأَئِمَّةِ ‌الْمُضِلُّونَ ‌مَحْفُوظٌ، ‌وَأَصْلُهُ ‌فِي ‌الصَّحِيحِ" انتهى.

“Hadits tentang para pemimpin yang menyesatkan adalah hadits yang terjaga (maqbul), dan asalnya terdapat dalam kitab Shahih.” Selesai, dari Bayan Talbis al-Jahmiyyah (2/293).

Namun Para peneliti Musnad lainnya menilainya lemah karena kelemahan Zahir dan karena ia tidak mendengar dari Umar.

Al-Arna’uth berkata dalam tahqiq Musnad 1/390:

إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ، زُهَيْرُ بْنُ سَالِمٍ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ عُمَرَ، وَقَالَ البَرْقَانِيُّ فِي «سُؤَالَاتِهِ» (الوَرَقَةُ 5) عَنِ الدَّارَقُطْنِيِّ: حِمْصِيٌّ مُنْكَرُ الحَدِيثِ، وَذَكَرَهُ الذَّهَبِيُّ فِي «المُغْنِي فِي الضُّعَفَاءِ» (2214)، وَقَالَ الحَافِظُ فِي «التَّقْرِيبِ»: صَدُوقٌ فِيهِ لِينٌ وَكَانَ يُرْسِلُ، وَذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي «الثِّقَاتِ». صَفْوَانُ: هُوَ ابْنُ عَمْرٍو السَّكْسَكِيُّ.

“Sanadnya lemah. Zahir bin Salim tidak mendengar dari Umar. Al-Barqani menyebutkan dalam Su’alat (hal. 5) dari Ad-Daraquthni bahwa ia seorang penduduk Hims yang munkar haditsnya. Adz-Dzahabi menyebutkannya dalam Al-Mughni fi Adh-Dhu‘afa’ (2214). Al-Hafizh dalam At-Taqrib berkata: ia shaduq tetapi memiliki kelemahan, dan ia biasa melakukan irsal. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats-Tsiqat. Safwan adalah Ibnu ‘Amr As-Saksaki”.

===***===

HADITS KE TIGA : RIWAYAT TSAUBAN :

Dari Tsawban radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:

«‌إِنَّمَا ‌أَخَافُ ‌عَلَى ‌أُمَّتِى ‌الأَئِمَّةَ ‌الْمُضِلِّينَ»

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan.”

TAKHRIJ :

Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad 37/77 nomor 22393, Abu Dawud (4252), At-Tirmidzi (2229), Ad-Darimi dalam Musnad-nya 1/291 nomor 215, Ibnu Hibban dalam Al-Ihsan 16/221, Abu Nu‘aim Al-Ashbahani dalam Dala’il An-Nubuwwah halaman 537 nomor 464, Abu Abdullah Al-Qudhai dalam Musnad Asy-Syihab 2/193 nomor 1166, dan Abu Amr Ad-Dani dalam As-Sunan Al-Waridah fil-Fitan 1/272 nomor 55.

Syuaib Al-Arna’uth berkata dalam tahqiq Al-Musnad 37/77 nomor 22393:

إِسْنَادُهُ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ. عَبْدُ الرَّحْمٰنِ: هُوَ ابْنُ مَهْدِيٍّ، وَأَيُّوبُ: هُوَ ابْنُ أَبِي تَمِيمَةَ السَّخْتِيَانِيُّ، وَأَبُو قِلَابَةَ: هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ زَيْدٍ الْجَرْمِيُّ، وَأَبُو أَسْمَاءَ: هُوَ عَمْرُو بْنُ مَرْثَدٍ الرَّحَبِيُّ.

وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ (٢٢٢٩) عَنْ قُتَيْبَةَ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، بِهٰذَا الْإِسْنَادِ. وَقَالَ: حَسَنٌ صَحِيحٌ

Sanadnya sahih menurut syarat Muslim. Abdurrahman adalah Ibnu Mahdi, Ayyub adalah Ibnu Abi Tamimah As-Sakhtiyani, Abu Qilabah adalah Abdullah bin Zaid Al-Jarami, dan Abu Asma’ adalah Amr bin Murtsad Ar-Rahabi.”

At-Tirmidzi juga meriwayatkannya (2229) dari Qutaibah bin Sa‘id, dari Hammad bin Zaid, dengan sanad ini, dan ia berkata: “Hasan sahih.”

Hadits ini dinilai sahih oleh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan oleh Husain Ad-Darani dalam takhrij Musnad Ad-Darimi 1/291 nomor 215.

Adapun lafaz riwayat Ibnu Hibban dan Abu Nu‘aim Al-Ashbahani:

إِنَّمَا ‌أَخَافُ ‌عَلَى ‌أُمَّتِي ‌الْأَئِمَّةَ ‌الْمُضِلِّينَ فَإِذَا  وَقَعَ (وُضِعَ) السَّيْفُ مِنْ أُمَّتِي لَمْ يُرْفَعْ عَنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَقَالَ: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابًا كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ ، وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَلَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمُ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan.

Apabila pedang telah ditimpakan pada umatku, maka ia tidak akan diangkat darinya hingga hari kiamat.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai sebagian kabilah dari umatku mengikuti kaum musyrikin dan sampai mereka menyembah berhala.

Akan ada dalam umatku tiga puluh pendusta, masing-masing mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku.

Dan akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tampak di atas kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka, sampai datang keputusan Allah Azza Wajalla.”

===***===

HADITS KEEMPAT : RIWAYAT SYADAD BIN AUS

Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi bersabda:

" إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ زَوَى لِي الْأَرْضَ حَتَّى رَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ مُلْكَ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا، وَإِنِّي أُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَبْيَضَ وَالْأَحْمَرَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ لَا يُهْلِكُ أُمَّتِي بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ ، وَأَنْ لَا يُلْبِسَهُمْ شِيَعًا، وَلَا يُذِيقَ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ.

وَقَالَ: " يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً، فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ، وَإِنِّي قَدْ أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَلَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِمَّنْ سِوَاهُمْ فَيُهْلِكُوهُمْ بِعَامَّةٍ، حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَقْتُلُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَسْبِي بَعْضًا "

قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: " وَإِنِّي لَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي إِلَّا الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ، فَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي أُمَّتِي لَمْ يُرْفَعْ عَنْهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ "

“Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah melipat bumi untukku sampai aku dapat melihat bagian timurnya dan baratnya. Kekuasaan umatku akan mencapai apa yang telah dilipatkan untukku darinya.

Aku juga diberi dua harta simpanan: yang putih dan yang merah. Aku memohon kepada Tuhanku Yang Maha Mulia dan Maha Agung agar tidak membinasakan umatku dengan suatu bencana yang merata, dan agar tidak menjadikan musuh yang dapat menguasai mereka lalu membinasakan mereka secara menyeluruh, dan agar tidak menjadikan mereka berselisih secara berkelompok-kelompok, serta tidak menjadikan sebagian mereka merasakan keganasan sebagian yang lain.”

Dia (Allah) berfirman: “Wahai Muhammad, apabila Aku memutuskan suatu ketetapan, maka ia tidak akan ditolak. Aku telah memberikan kepadamu untuk umatmu bahwa Aku tidak akan membinasakan mereka dengan bencana yang merata, dan tidak akan memberikan kekuasaan kepada musuh dari selain mereka lalu memusnahkan mereka secara menyeluruh, hingga sebagian mereka membinasakan sebagian yang lain, sebagian mereka membunuh sebagian yang lain, dan sebagian mereka menawan sebagian yang lain.”

Beliau (perawi) berkata: Dan Nabi bersabda: “Aku tidak merasa khawatir atas umatku kecuali dari para pemimpin yang menyesatkan. Jika pedang telah terhunus di tengah umatku, maka ia tidak akan diangkat (dihilangkan) dari mereka sampai Hari Kiamat.”

TAKHRIJ :

Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad 28/339 nomor 17115.

Al-Haitsami dalam Majma‘ az-Zawaid 7/221 nomor 11965 berkata:

رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَزَّارُ، وَرِجَالُ أَحْمَدَ رِجَالُ الصَّحِيحِ.

"Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Bazzar, dan para perawi Ahmad adalah para perawi ash-shahih."

Syu‘aib Al-Arna’uth dalam Tahqiq Musnad Ahmad 28/339 berkata:

حَديثٌ صَحيحٌ، وَهٰذَا إِسْنَادٌ خَالَفَ فِيهِ مَعْمَرٌ حَمَّادَ بْنَ زَيْدٍ، فَجَعَلَهُ مِنْ حَدِيثِ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ، وَقَدْ رَوَاهُ حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحَبِيِّ مِنْ حَدِيثِ ثَوْبَانَ، وَهُوَ الصَّوَابُ، فَقَدْ ذَكَرَ يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ - فِيمَا نَقَلَهُ عَنْهُ الْمِزِّيُّ فِي "التَّهْذِيبِ" - أَنَّهُ إِذَا خَالَفَ النَّاسُ حَمَّادَ بْنَ زَيْدٍ فِي أَيُّوبَ، فَالْقَوْلُ قَوْلُهُ.

"Hadits ini sahih. Sanad ini diselisihi oleh Ma‘mar terhadap Hammad bin Zaid, sehingga Ma‘mar menjadikannya dari hadits Syaddad bin Aus. Hammad bin Zaid meriwayatkannya dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabi dari hadits Tsauban, dan itulah yang benar. Yahya bin Ma‘in – sebagaimana dinukil oleh Al-Mizzi dalam At-Tahdzib – menyebutkan bahwa apabila manusia menyelisihi Hammad bin Zaid dalam riwayat Ayyub, maka pendapat Hammad yang diambil”.

Juga diriwayatkan oleh Al-Bazzar (3291) dalam Zawaid, dan Ath-Thabari dalam At-Tafsir (13369) melalui jalur Abdurrazzaq dengan sanad ini.

Dan Ath-Thabari juga meriwayatkannya (13368) melalui jalur Muhammad bin Tsur, dari Ma‘mar, dengan sanad yang sama.

Al-Qurthubi dalam *al-Mufhim* 7/216 berkata:

قَوْلُهُ: "إِنَّ اللهَ زَوَى لِيَ الأَرْضَ حَتّى رَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا"، أَيْ: جَمَعَهَا لِي حَتّى أَبْصَرْتُ مَا تَمْلِكُهُ أُمَّتِي مِنْ أَقْصَى المَشَارِقِ وَالمَغَارِبِ مِنْهَا، وَظَاهِرُ هَذَا اللَّفْظِ يَقْتَضِي أَنَّ اللهَ تَعَالَى قَوَّى إِدْرَاكَ بَصَرِهِ، وَرَفَعَ عَنْهُ المَوَانِعَ المُعْتَادَةَ، فَأَدْرَكَ البَعِيدَ مِنْ مَوْضِعِهِ، كَمَا أَدْرَكَ بَيْتَ المَقْدِسِ مِنْ مَكَّةَ وَأَخَذَ يُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ، وَهُوَ يَنْظُرُ إِلَيْهِ، وَكَمَا قَالَ: "إِنِّي لَأُبْصِرُ قَصْرَ المَدَائِنِ الأَبْيَضَ"، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ مَثَّلَهَا اللهُ لَهُ، فَرَآهَا، وَالأَوَّلُ أَوْلَى

Perkataan Nabi : “Sesungguhnya Allah melipatkan bumi untukku sampai aku melihat bagian timurnya dan baratnya,” maksudnya adalah Allah mengumpulkannya untuk beliau sehingga beliau dapat melihat wilayah yang akan dikuasai oleh umatnya dari ujung timur sampai ujung baratnya.

Lafaz ini secara zahir menunjukkan bahwa Allah Ta'ala menguatkan penglihatan beliau dan menghilangkan penghalang-penghalang yang biasa, sehingga beliau mampu melihat sesuatu yang jauh dari tempatnya, sebagaimana beliau melihat Baitul Maqdis dari Makkah dan mulai memberitahu mereka tentang tanda-tandanya sementara beliau melihatnya. Dan sebagaimana sabda beliau: “Sesungguhnya aku benar-benar melihat istana putih Madain.”

Dan ada kemungkinan bahwa Allah memperlihatkannya kepada beliau dalam bentuk gambaran, lalu beliau melihatnya. Namun kemungkinan pertama lebih kuat. [Selesai]

Lalu Al-Qurthubi dalam *al-Mufhim* 7/217 berkata:

وَقَوْلُهُ: "أُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَبْيَضَ وَالْأَحْمَرَ"، يَعْنِي: كَنْزَ كِسْرَى وَهُوَ مَلِكُ الْفُرْسِ، وَمُلْكَ قَيْصَرَ، وَهُوَ مَلِكُ الرُّومِ، وَقُصُورَهُمَا وَبِلَادَهُمَا، وَقَدْ دَلَّ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ ﷺ فِي الْحَدِيثِ الْآخَرِ حِينَ أَخْبَرَ عَنْ هَلَاكِهِمَا: "لَتُنْفَقَنَّ كُنُوزُهُمَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ"، وَعَبَّرَ بِالْأَحْمَرِ عَنْ كَنْزِ قَيْصَرَ، لِأَنَّ الْغَالِبَ عِنْدَهُمْ كَانَ الذَّهَبَ، وَبِالْأَبْيَضِ عَنْ كَنْزِ كِسْرَى، لِأَنَّ الْغَالِبَ كَانَ عِنْدَهُمُ الْفِضَّةَ وَالْجَوْهَرَ، وَقَدْ ظَهَرَ ذَلِكَ، وَوُجِدَ كَذَلِكَ فِي زَمَنِ الْفُتُوحِ فِي خِلَافَةِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَإِنَّهُ سِيقَ إِلَيْهِ تَاجُ كِسْرَى وَحُلِيَّتُهُ وَمَا كَانَ فِي بُيُوتِ أَمْوَالِهِ وَجَمِيعُ مَا حَوَتْهُ مَمْلَكَتُهُ عَلَى سَعَتِهَا وَعَظَمَتِهَا، وَكَذَلِكَ فَعَلَ اللَّهُ بِقَيْصَرَ لَمَّا فُتِحَتْ بِلَادُهُ.

Dan sabda beliau : "Aku diberi dua harta simpanan, yang putih dan yang merah", maksudnya adalah harta simpanan Kisra, yaitu raja Persia, dan harta simpanan Kaisar, yaitu raja Romawi, berupa istana-istana dan negeri-negerinya.

Hal ini ditunjukkan oleh sabda Rasulullah dalam hadis lain ketika beliau mengabarkan tentang kehancuran keduanya: "Sungguh harta simpanan mereka berdua akan dibelanjakan di jalan Allah" (ada dalam *Al-Musnad* nomor 7268).

Beliau menyebut "yang merah" untuk harta simpanan Kaisar karena yang dominan di negeri mereka adalah emas, dan "yang putih" untuk harta simpanan Kisra karena yang dominan di negeri mereka adalah perak dan permata.

Hal itu pun benar-benar tampak dan ditemukan ketika penaklukan terjadi pada masa kekhalifahan Umar radhiyallahu 'anhu, ketika mahkota Kisra, perhiasannya, harta dalam rumah penyimpanannya, dan seluruh isi kerajaannya yang luas dan agung dibawa kepada beliau. Demikian pula Allah memperlakukan Kaisar ketika negeri-negerinya ditaklukkan. [Selesai]

Syu’aib al-Arna’uth dalam Tahqiq al-Musnad 28/341 berkata :

قالَ السِّندِيُّ: قَوْلُهُ: "بِسَنَةٍ": بِقَحْطٍ.

"بِعَامَّةٍ" أَيْ: بِقَحْطٍ يَعُمُّ الْكُلَّ، وَهُوَ بَدَلٌ.

"فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ" أَيْ: بِعُقُوبَةٍ تَعُمُّ الْكُلَّ.

"وَأَنْ لَا يَلْبِسَهُمْ" مِنْ لَبَسَ، كَضَرَبَ: إِذَا خَلَطَ، أَيْ: أَنْ لَا يُخْلِطَهُمْ فِرَقًا يُقَاتِلُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا.

قَوْلُهُ: "الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ": الدَّاعِينَ الْخَلْقَ إِلَى الْبِدَعِ.

"فَإِذَا وُضِعَ" أَيْ: إِذَا ظَهَرَ الْحَرْبُ فِيهِمْ تَبْقَى إِلَى الْقِيَامَةِ، وَقَدْ وُضِعَ السَّيْفُ بِقَتْلِ عُثْمَانَ، فَلَمْ يَزَلْ إِلَى الْآنَ.

Berkata As-Sindi: Sabda beliau : "Dengan سَنَةٌ (sanah)" maksudnya dengan paceklik.

Dengan (عَامَّةٌ) artinya dengan paceklik yang menimpa seluruh manusia, dan ini berfungsi sebagai pengganti (badal).

(فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ) artinya dengan azab yang menimpa seluruh mereka.

(وَأَنْ لَا يَلْبِسَهُمْ) berasal dari kata "لَبَسَ" seperti wazan *ضَرَبَ*, yang berarti mencampur aduk. Maksudnya: agar tidak mencampur aduk mereka menjadi kelompok-kelompok yang saling memerangi satu sama lain.

Sabda beliau : (الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ) maksudnya adalah para pemimpin yang menyesatkan, yaitu orang-orang yang mengajak manusia kepada bid'ah.

(فَإِذَا وُضِعَ) artinya: apabila peperangan telah muncul di tengah mereka, maka ia akan terus ada hingga hari kiamat. Pedang itu telah diletakkan dengan terbunuhnya Utsman, dan tidak pernah hilang hingga sekarang.

===***===

HADITS KE LIMA : RIWAYAT AN-NAWAS BIN SAM’AN

Telah ada hadits dalam *Shahih Muslim* (2937) yang mengisyaratkan isyarat tentang hal diatas.

Dari Nawwās bin Sam‘ān radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:

( غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ ، إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ ، فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ ، فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ ، وَاللهُ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ )

“Selain Dajjal, tidak ada yang lebih aku khawatirkan atas kalian. Jika ia keluar sementara aku berada di tengah-tengah kalian, maka akulah yang akan menghadapi dan membantahnya, bukan kalian. Dan jika ia keluar sedangkan aku tidak berada di tengah-tengah kalian, maka setiap orang akan menghadapi dan membantahnya sendiri-sendiri. Dan Allah adalah Pelindungku atas setiap Muslim.”

Hadits lengkapnya :

- ذَكَرَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ الدَّجَّالَ الغداةَ، فخَفضَ فيهِ ورفعَ، حتَّى ظننَّا أنَّهُ في طائفةِ النَّخلِ، فلمَّا رُحنا إلى رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ، عَرفَ ذلِكَ فينا، فقالَ: ما شأنُكُم؟ فقُلنا: يا رسولَ اللَّهِ ذَكَرتَ الدَّجَّالَ الغداةَ، فخفَضتَ فيهِ ثمَّ رفعتَ، حتَّى ظننَّا أنَّهُ في طائفةِ النَّخلِ،

قالَ: غيرُ الدَّجَّالِ أخوَفُني عليكُم: إن يخرُج وأَنا فيكُم فأَنا حجيجُهُ دونَكُم، وإن يخرُجُ ولستُ فيكم، فامرؤٌ حجيجُ نفسِهِ، واللَّهُ خَليفتي على كلِّ مسلمٍ، إنَّهُ شابٌّ قطَطٌ، عينُهُ قائمةٌ، كأنِّي أشبِّهُهُ بَعبدِ العزَّى بنِ قَطنٍ، فمَن رآهُ منكُم، فليقرَأْ علَيهِ فواتحَ سورةِ الكَهْفِ، إنَّهُ يخرُجُ مِن خلَّةٍ بينَ الشَّامِ، والعراقِ، فعاثَ يمينًا، وعاثَ شمالًا، يا عبادَ اللَّهِ اثبُتوا، قلنا: يا رسولَ اللَّهِ وما لبثُهُ في الأرضِ؟ قالَ أربعونَ يومًا، يومٌ كَسنةٍ، ويومٌ كَشَهْرٍ، ويومٌ كَجُمعةٍ، وسائرُ أيَّامِهِ كأيَّامِكُم، قُلنا: يا رسولَ اللَّهِ فذلِكَ اليومُ الَّذي كسَنةٍ، تَكْفينا فيهِ صلاةُ يومٍ؟ قالَ: فاقدُروا لَهُ قدرَهُ، قالَ، قُلنا: فما إسراعُهُ في الأرضِ؟ قالَ: كالغَيثِ استَدبرتهُ الرِّيح، قالَ: فيأتي القومَ فيدعوهُم فيستَجيبونَ لَهُ، ويؤمنونَ بِهِ، فيأمرُ السَّماءَ أن تُمْطِرَ فتُمْطِرَ، ويأمرُ الأرضَ أن تُنْبِتَ فتُنْبِتَ، وتَروحُ عليهم سارحتُهُم أطولَ ما كانت ذُرًى، وأسبغَهُ ضروعًا، وأمدَّهُ خواصرَ، ثمَّ يأتي القومَ فيدعوهم فيردُّونَ علَيهِ قولَهُ، فينصرِفُ عنهم فيُصبحونَ مُمحِلينَ، ما بأيديهم شيءٌ، ثمَّ يمرَّ بالخَربَةِ، فيقولُ لَها: أخرِجي كُنوزَكِ فينطلقُ، فتتبعُهُ كنوزُها كيَعاسيبِ النَّحلِ، ثمَّ يَدعو رجلًا ممتلئًا شبابًا، فيضربُهُ بالسَّيفِ ضربةً، فيقطعُهُ جزلتينِ، رَميةَ الغرضِ، ثمَّ يَدعوهُ، فيقبلُ يتَهَلَّلُ وجهُهُ يَضحَكُ، فبينَما هم كذلِكَ، إذ بعثَ اللَّهُ عيسى ابنَ مريمَ، فينزلُ عندَ المَنارةِ البيضاءِ، شَرقيَّ دمشقَ، بينَ مَهْرودتينِ، واضعًا كفَّيهِ على أجنحةِ ملَكَينِ، إذا طأطأَ رأسَهُ قَطرَ، وإذا رفعَهُ ينحدِرُ منهُ جُمانٌ كاللُّؤلؤِ، ولا يحلُّ لِكافرٍ يجدُ ريحَ نَفَسِهِ إلَّا ماتَ، ونفَسُهُ ينتَهي حيثُ ينتَهي طرفُهُ، فينطلقُ حتَّى يُدْرِكَهُ عندَ بابِ لُدٍّ، فيقتلُهُ، ثمَّ يأتي نبيُّ اللَّهِ عيسى، قومًا قد عصمَهُمُ اللَّهُ، فيَمسحُ وجوهَهُم، ويحدِّثُهُم بدرجاتِهِم في الجنَّةِ، فبينَما هم كذلِكَ إذ أوحى اللَّهُ إليهِ: يا عيسى إنِّي قد أخرَجتُ عبادًا لي، لا يَدانِ لأحَدٍ بقتالِهِم، وأحرِزْ عبادي إلى الطُّورِ، ويبعَثُ اللَّهُ يأجوجَ، ومَأجوجَ، وَهُم كما قالَ اللَّهُ: مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ، فيمرُّ أوائلُهُم على بُحَيْرةِ الطَّبريَّةِ، فيَشربونَ ما فيها، ثمَّ يمرُّ آخرُهُم فيَقولونَ: لقد كانَ في هذا ماءٌ مرَّةً، ويحضر نبيُّ اللَّهِ وأصحابُهُ حتَّى يَكونَ رأسُ الثَّورِ لأحدِهِم خيرًا مِن مائةِ دينارٍ لأحدِكُمُ اليومَ، فيرغَبُ نبيُّ اللَّهِ عيسى وأصحابُهُ إلى اللَّهِ، فيُرسِلُ اللَّهُ عليهمُ النَّغفَ في رقابِهِم، فيُصبحونَ فَرسَى كمَوتِ نَفسٍ واحِدةٍ، ويَهْبطُ نبيُّ اللَّهِ عيسى وأصحابُهُ فلا يجِدونَ موضعَ شبرٍ إلَّا قد ملأَهُ زَهَمُهُم، ونَتنُهُم، ودماؤُهُم، فيرغَبونَ إلى اللَّهِ، فيرسلُ عليهم طيرًا كأعناقِ البُختِ، فتحمِلُهُم فتطرحُهُم حيثُ شاءَ اللَّهُ، ثمَّ يرسِلُ اللَّهُ علَيهِم مطرًا لا يُكِنُّ منهُ بيتُ مَدَرٍ ولا وبَرٍ، فيغسِلُهُ حتَّى يترُكَهُ كالزَّلقةِ، ثمَّ يقالُ للأرضِ: أنبِتي ثمرتَكِ، وردِّي برَكَتَكِ، فيومئذٍ تأكلُ العصابةُ منَ الرِّمَّانةِ، فتُشبعُهُم، ويستظلُّونَ بقِحفِها، ويبارِكُ اللَّهُ في الرِّسْلِ حتَّى إنَّ اللِّقحةَ منَ الإبلِ تَكْفي الفِئامَ منَ النَّاسِ، واللِّقحةَ منَ البقرِ تَكْفي القبيلةَ، واللِّقحةَ منَ الغنمِ تَكْفي الفخِذَ، فبينما هم كذلِكَ، إذ بعثَ اللَّهُ عليهم ريحًا طيِّبةً، فتأخذُ تَحتَ آباطِهِم، فتقبِضُ روحَ كلَّ مسلمٍ، ويبقى سائرُ النَّاسِ يتَهارجونَ، كما تتَهارجُ الحُمُرُ، فعلَيهِم تقومُ السَّاعةُ

Terjemahnya :

Rasulullah menyebut tentang Dajjal pada waktu pagi, lalu beliau merendahkan dan meninggikan suaranya ketika menjelaskan, hingga kami menyangka bahwa Dajjal berada di antara kebun-kebun kurma. Ketika kami kembali kepada Rasulullah pada sore harinya, beliau mengetahui kegelisahan itu pada diri kami. Beliau bersabda:

“Ada apa dengan kalian?”

Kami berkata: “Wahai Rasulullah, engkau telah menyebut tentang Dajjal pada pagi hari, lalu engkau merendahkan dan meninggikan suaramu hingga kami menyangka bahwa ia berada di sela-sela kebun kurma.”

Beliau bersabda:

“Bukan Dajjal yang paling aku khawatirkan atas kalian. Jika ia keluar sementara aku berada di tengah kalian, akulah yang akan menghadapi dan membantahnya, bukan kalian. Tetapi jika ia keluar sedangkan aku tidak berada di tengah kalian, maka setiap orang akan menghadapi dan membantah dirinya sendiri. Dan Allah adalah Pelindungku atas setiap Muslim.

Dajjal itu seorang pemuda berambut keriting, matanya menonjol. Aku seakan melihatnya mirip dengan ‘Abdul ‘Uzza bin Qaththan. Maka siapa saja di antara kalian yang melihatnya, hendaklah membaca awal Surah Al-Kahfi atasnya. Ia akan keluar dari suatu jalan antara Syam dan Irak, lalu ia membuat kerusakan ke kanan dan ke kiri. Wahai hamba-hamba Allah, tetaplah teguh!”

Kami berkata: “Wahai Rasulullah, berapa lama ia tinggal di bumi?”

Beliau bersabda: “Empat puluh hari. Satu hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti satu pekan, dan hari-hari lainnya seperti hari-hari kalian.”

Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, untuk hari yang seperti setahun itu, apakah cukup bagi kami shalat sehari (lima waktu)?”

Beliau bersabda: “Perkirakanlah waktunya dengan benar.”

Kami berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana cepatnya ia berjalan di bumi?”

Beliau bersabda: “Seperti hujan yang ditiup angin dengan sangat cepat.”

Beliau bersabda:

“Ia datang kepada suatu kaum lalu mengajak mereka, maka mereka pun menerimanya dan beriman kepadanya. Ia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka langit menurunkan hujan. Ia memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka bumi menumbuhkan tanaman. Hewan ternak mereka kembali kepada mereka sore harinya dalam keadaan paling panjang punuknya, paling penuh susunya, dan paling gemuk tubuhnya.

Kemudian ia mendatangi kaum lain dan mengajak mereka, tetapi mereka menolak. Maka ia pun berpaling dari mereka. Mereka bangun pada pagi hari dalam keadaan miskin dan tidak memiliki apa-apa.

Kemudian ia melewati tanah yang telah rusak dan berkata: ‘Keluarkanlah harta-hartamu.’ Maka keluarlah harta benda itu mengikutinya seperti sekumpulan lebah.

Lalu ia memanggil seorang pemuda yang masih penuh semangat. Ia memukulnya dengan pedang hingga terbelah menjadi dua bagian, sejauh lemparan tombak. Kemudian ia memanggilnya kembali, lalu pemuda itu datang dengan wajah berseri-seri sambil tertawa.

Ketika mereka berada dalam keadaan demikian, Allah mengutus Isa putra Maryam. Ia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, mengenakan dua pakaian berwarna kekuningan. Kedua telapak tangannya berada di atas sayap dua malaikat. Jika ia menundukkan kepalanya, meneteslah air. Jika ia mengangkat kepalanya, turunlah butiran seperti mutiara. Tidak seorang kafir pun yang mencium bau napasnya kecuali akan mati. Dan napasnya mencapai sejauh pandangannya.

Isa mengejar Dajjal hingga menemukannya di gerbang Lud, lalu ia membunuhnya.

Kemudian Nabi Allah Isa datang kepada suatu kaum yang telah Allah selamatkan. Ia mengusap wajah mereka dan memberitahukan kepada mereka tentang kedudukan mereka di surga.

Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, Allah mewahyukan kepada Isa:

Wahai Isa, sungguh Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada seorang pun mampu memerangi mereka. Maka bawalah hamba-hamba-Ku ke Bukit Thur.”

Lalu Allah mengutus Ya’juj dan Ma’juj, sebagaimana firman Allah: “Mereka datang dengan cepat dari segala penjuru.” Gelombang pertama dari mereka melewati Danau Thabariyyah dan meminum airnya hingga habis. Ketika gelombang terakhir lewat, mereka berkata: “Dahulu di sini pernah ada air.”

Nabi Allah Isa dan para sahabatnya berada dalam keadaan sangat terdesak hingga kepala seekor sapi bagi salah seorang dari mereka lebih baik daripada seratus dinar bagi kalian pada hari ini.

Isa dan para sahabatnya memohon kepada Allah, lalu Allah mengutus penyakit pada leher mereka sehingga mereka mati serempak seperti matinya satu jiwa.

Isa dan para sahabatnya turun, tetapi mereka tidak menemukan sejengkal tanah pun kecuali telah dipenuhi oleh bangkai mereka, bau busuk mereka, dan darah mereka. Mereka pun kembali memohon kepada Allah, lalu Allah mengutus burung-burung sebesar leher unta yang membawa jasad-jasad itu ke tempat yang dikehendaki Allah.

Kemudian Allah menurunkan hujan yang tidak ada rumah dari tanah atau wol yang dapat menghalanginya. Hujan itu membersihkan bumi hingga menjadi seperti kaca.

Lalu dikatakan kepada bumi: “Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan keluarkanlah keberkatanmu.”

Pada hari itu, sekelompok orang dapat makan dari satu buah delima dan mereka berlindung di bawah kulitnya. Susu diberkahi hingga seekor unta cukup untuk memberi makan sekelompok besar manusia, seekor sapi cukup untuk satu kabilah, dan seekor kambing cukup untuk satu keluarga besar.

Ketika mereka berada dalam keadaan demikian, Allah mengirim angin yang lembut yang mengambil jiwa setiap Muslim dari bawah ketiak mereka, hingga tidak tersisa seorang Muslim pun. Lalu tinggallah manusia-manusia yang jahat yang berbuat zina di hadapan umum seperti keledai. Dan pada merekalah kiamat terjadi.

[Diriwayatkan oleh Muslim (2937), At-Tirmidzi (2240), Ibnu Majah (4075) dengan lafaz yang sama, dan Abu Dawud (4321) dengan ringkasannya].

===***===

MAKNA HADITS

Makna hadis ini: para pemimpin yang menyesatkan termasuk hal yang paling ditakuti oleh Nabi menimpa umatnya, bahkan mereka lebih beliau khawatirkan atas umatnya daripada Dajjal.

Al-Manawi rahimahullah berkata:

قَالَ أَبُو الْبَقَاءِ: مَعْنَاهُ: أَنِّي أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي مِنْ غَيْرِ الدَّجَّالِ أَكْثَرَ مِنْ خَوْفِي مِنْهُ.

وَقَالَ ابْنُ الْعَرَبِيِّ: هَذَا لَا يُنَافِي خَبَرَ: ( لَا فِتْنَةَ أَعْظَمُ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ )؛ لِأَنَّ قَوْلَهُ هُنَا: ( غَيْرَ الدَّجَّالِ ... إِلَخْ )، إِنَّمَا قَالَهُ لِأَصْحَابِهِ، لِأَنَّ الَّذِي خَافَهُ عَلَيْهِمْ أَقْرَبُ إِلَيْهِمْ مِنَ الدَّجَّالِ، فَالْقَرِيبُ الْمُتَيَقَّنُ وُقُوعُهُ لِمَنْ يُخَافُ عَلَيْهِ يَشْتَدُّ الْخَوْفُ مِنْهُ، مِنَ الْبَعِيدِ الْمَظْنُونِ وُقُوعُهُ، وَلَوْ كَانَ أَشَدَّ.

“Abu al-Baqa’ berkata: maksudnya adalah bahwa aku lebih takut terhadap umatku dari selain Dajjal dibandingkan rasa takutku terhadap Dajjal.

Ibnu al-‘Arabi berkata: hal ini tidak bertentangan dengan sabda: ‘Tidak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal,’ karena sabda beliau di sini ‘selain Dajjal …’ diucapkan kepada para sahabatnya, sebab perkara yang beliau khawatirkan atas mereka lebih dekat kepada mereka dibandingkan Dajjal. Maka sesuatu yang dekat dan pasti terjadi kepada orang yang dikhawatirkan, rasa takut terhadapnya lebih besar dibandingkan sesuatu yang jauh dan belum pasti terjadi, meskipun lebih besar bahayanya.” (Fil al-Qadīr 4/535)

Al-Nawawi rahimahullah berkata dalam Syar Muslim (18/64):

" ( أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلُّونَ ) مَعْنَاهُ : أَنَّ الْأَشْيَاءَ الَّتِي أَخَافُهَا عَلَى أُمَّتِي ، أَحَقُّهَا بِأَنْ تُخَافَ : الْأَئِمَّةُ الْمُضِلُّونَ " انتهى .

“Hal yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan’, maksudnya: dari semua perkara yang aku takutkan terjadi atas umatku, yang paling berhak untuk ditakuti adalah para pemimpin yang menyesatkan.”

Yang dimaksud dengan para pemimpin yang menyesatkan adalah para pemuka yang diikuti yang menyesatkan manusia dari jalan Allah. Termasuk di dalamnya: para penguasa yang rusak, para ulama yang fajir, dan para ahli ibadah yang jahil.

Sebagaimana pernah ada pada Ahli Kitab para ulama yang fajir yang menghalangi manusia dari jalan Allah dan menyesatkan mereka — sebagaimana firman Allah Ta’ala:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۗ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ﴾

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya banyak di antara para rahib dan pendeta memakan harta manusia dengan cara batil dan menghalangi dari jalan Allah” (at-Taubah: 34) — maka terdapat pula dari umat ini ulama dan ahli ibadah yang serupa dengan ulama dan ahli ibadah Ahli Kitab.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

" فَالأَئِمَّةُ المُضِلُّونَ هُمُ الأُمَرَاءُ " اِنْتَهَى

“Makna para pemimpin yang menyesatkan dalam hadits ini adalah para penguasa.” (Majmū’ al-Fatāwā 1/355)

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata:

" ( الأَئِمَّةُ المُضِلُّونَ ) أَئِمَّةُ الشَّرِّ، وَصَدَقَ النَّبِيُّ ﷺ، إِنَّ أَعْظَمَ مَا يُخَافُ عَلَى الأُمَّةِ الأَئِمَّةُ المُضِلُّونَ، كَرُؤَسَاءِ الجَهْمِيَّةِ وَالمُعْتَزِلَةِ وَغَيْرِهِمْ الَّذِينَ تَفَرَّقَتِ الأُمَّةُ بِسَبَبِهِمْ.

وَالْمُرَادُ بِقَوْلِهِ: ( الأَئِمَّةُ المُضِلُّونَ ): الَّذِينَ يَقُودُونَ النَّاسَ بِاسْمِ الشَّرْعِ، وَالَّذِينَ يَأْخُذُونَ النَّاسَ بِالقَهْرِ وَالسُّلْطَانِ، فَيَشْمَلُ الحُكَّامَ الفَاسِدِينَ، وَالعُلَمَاءَ المُضِلِّينَ، الَّذِينَ يَدَّعُونَ أَنَّ مَا هُمْ عَلَيْهِ شَرْعُ اللَّهِ، وَهُمْ أَشَدُّ النَّاسِ عَدَاوَةً لَهُ " اِنْتَهَى.

“Para pemimpin yang menyesatkan adalah para pemimpin kejahatan. Nabi benar dalam sabdanya: sungguh hal terbesar yang ditakutkan atas umat adalah para pemimpin yang menyesatkan, seperti para tokoh Jahmiyah, Mu‘tazilah, dan selain mereka yang menyebabkan umat terpecah.

Yang dimaksud ‘para pemimpin yang menyesatkan’ ialah mereka yang memimpin manusia atas nama syariat, dan mereka yang memaksa manusia dengan kekuasaan dan pemerintahan. Maka mencakup para penguasa yang rusak dan para ulama yang menyesatkan yang mengklaim bahwa apa yang mereka lakukan adalah syariat Allah, padahal mereka adalah manusia yang paling memusuhi syariat itu.” (al-Qaul al-Mufīd ‘alā Kitāb at-Tawḥīd 1/365).

Al-Sindi dalam Ḥāsyiyah Ibni Mājah (2/465) berkata:

" ( أَئِمَّةٌ مُضِلِّينَ ) أَيۡ: دَاعِينَ الخَلْقَ إِلَى البِدَعِ " اِنْتَهَى.

(Para pemimpin yang menyesatkan) yaitu para penyeru manusia kepada bid‘ah.”

Wallaahu a’lam

 

Posting Komentar

0 Komentar