Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

PENDAPAT PERTAMA : "QUNUT SHUBUH" DISUNNAHKAN SETIAP HARI . BERDALIL DENGAN 49 DALIL

Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhry


KAJIAN NIDA AL-ISLAM

 Sebelumnya adala artikel berjudul : >> Perbedaan Pendapat Ulama Tentangg Qunut

 ====

====

DAFTAR ISI :

  • PENDAPAT PERTAMA : PARA ULAMA YANG MEN-SUNNAH-KAN QUNUT PADA SETIAP SHALAT SUBUH
  • LETAK QUNUT : APAKAH SEBELUM RUKU' ATAU SESUDAHNYA ?
  • DALIL-DALIL PENDAPAT PERTAMA: YANG MENGATAKAN QUNUT DISUNNHAKAN PADA SETIAP SHUBUH SECARA TERUS MENERUS:
  • DALIL KE 1 --- HINGGA - DALIL KE 49 
  • HUKUM LUPA QUNUT SHUBUH BAGI YANG BERPENDAPAT QUNUT SHUBUH ITU SUNNAH

 ======

بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

====****====

PENDAPAT PERTAMA :
PARA ULAMA YANG MEN-SUNNAH-KAN QUNUT PADA SETIAP SHALAT SUBUH

Disunnahkannya Qunut Subuh Secara Terus Menerus ini adalah :

1. Pendapat Mayoritas kaum muslimin dari kalangan shahabat dan tabi’in
2. Pendapat Madzhab Maliki
3. Pendapat Madzhab Syafi’ii 
4. Pendapat sekelompok dari kalangan para ulama Hijaz (Makkah, Madinah dan sekitarnya)

Imam Asy-Syaukani, menyebutkan dari Al Hazimi tentang para ulama yang berpendapat bahwa qunut shubuh adalah masyru’ (disyariatkan), bahwa itu adalah:

Pendapat Mayoritas kaum muslimin dari kalangan shahabat, tabi’in, orang-orang setelah mereka dari kalangan ulama besar.

Semenatra dari kalangan para shahabat adalah khalifah yang empat, hingga sembilan belas (19) orang shahabat Nabi, Abu Raja’ Al ‘Atharidi, Suwaid bin Ghaflah, Abu Utsman Al Hindi, Abu Rafi’ Ash Shaigh.

Dan dari kalangan Tabiin ada sekitar dua belas (12) tabi’in.

Kemudian juga dari kalangaa para imam fuqaha seperti Abu Ishaq Al-Fazari, Abu Bakar bin Muhammad, Al Hakam bin ‘Utaibah, Hammad, Imam Malik, penduduk Hijaz, dan Al Auza’i.

Dan, kebanyakan penduduk Syam, Imam Asy Syafi’i dan shahabat-sahabatnya. 

Adapun dari Sufyan Ats Tsauri, maka ada dua riwayat, lalu dia (Al Hazimi) mengatakan:

“Kemudian banyak para ulama lainnya (yang berpendapat bahwa qunut shubuh adalah masyru’ (disyariatkan)".

Al-Haafidz Zainuddin Al ‘Iraqi menambahkan sejumlah nama para ulama yang mensyariatkan qunut shubuh, seperti:

Abdurraman bin Mahdi, Sa’id bin Abdul ‘Aziz At Tanukhi, Ibnu Abi Laila, Al Hasan bin Shalih, Daud, Muhammad bin Jarir, juga sejumlah ahli hadits seperti Abu Hatim Ar Razi, Abu Zur’ah Ar Razi, Abu Abdullah Al Hakim, Ad Daruquthni, Al Baihaqi, Al Khathabi, dan Abu Mas’ud Ad Dimasyqi”.

(Baca: Nailul Authar, karya asy-Syaukaani 2/345-346. Lihat pula: Syarah hadits al-Fathu ar-Rabbaani karya Ahmad al-Bannaa as-Saa'aatii 3/304 Cet. Daar Ihyaa at-Turoots al-Arabi 1437 H].

Al-Kamaal ibnu al-Hammaam (w. 861 H) salah seorang Imam madzhab Hanafi, dalam kitabnya فيض القدير 1/431 berkata:

وَقَالَ الْحَازِمِيُّ فِي كِتَابِ النَّاسِخِ وَالْمَنْسُوخِ: إنَّهُ رُوِي - يَعْنِي الْقُنُوتَ فِي الْفَجْرِ - عَنْ الْخُلَفَاءِ الْأَرْبَعَةِ وَغَيْرِهِمْ مِثْلِ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ وَأُبَيُّ بْنِ كَعْبٍ وَأَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَالْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ وَأَنَسٍ وَسَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ وَمُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ وَعَائِشَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ -، وَقَالَ: ذَهَبَ إلَيْهِ أَكْثَرُ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَذَكَرَ جَمَاعَةً مِنْ التَّابِعِينَ.

Al-Hazimi berkata dalam kitab النَّاسِخِ وَالْمَنْسُوخِ: Telah diriwayatkan: - yakni qunut Shubuh- dari empat al-Khulafaa ar-Rosyidiin dan lainnya seperti: Ammaar Bin Yaasiir, Ubay Bin Ka'ab, Abu Musa Al-Asy'ari, Ibnu Abbas, Abu Harairah, al-Barraa Bin Aazib, Anas bin Malik, Sahl bin Sa`d as-Sa`di, Mu'aawiyah bin Abu Sufyan dan 'Aisyah -radhiyallaahu 'anhum-. Dan al-Haazimi berkata: " Dan telah berpendapat dengannya mayoritas para sahabat dan para Tabi'iin", lalu dia menyebutkan sejumlah nama para Tabi'iin. ".

Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab 3/504 berkata:

"‌مَذْهَبُنَا ‌أَنَّهُ ‌يُسْتَحَبُّ ‌الْقُنُوتُ ‌فِيهَا ‌سواء ‌نزلت ‌نازلة ‌أو ‌لم ‌تنزل ‌وبها ‌قَالَ ‌أَكْثَرُ ‌السَّلَفِ ‌وَمَنْ ‌بَعْدَهُمْ ‌أَوْ ‌كَثِيرٌ ‌مِنْهُمْ ‌وَمِمَّنْ ‌قَالَ ‌بِهِ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَالْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ بِأَسَانِيدَ صَحِيحَةٍ وَقَالَ بِهِ مِنْ التَّابِعِينَ فَمَنْ بَعْدَهُمْ خَلَائِقُ وَهُوَ مَذْهَبُ ابْنِ أَبِي ليلي والحسن ابن صَالِحٍ وَمَالِكٍ وَدَاوُد".

“Dalam mazhab kami Qunut Shubuh itu disunnahkan. Baik ketika ada nazilah ataupun tidak terjadi nazilah. Dan ini adalah pendapat sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Ibnu abbas dan Al-Barro’ bin azib rodhiyallohu 'anhum. Hal ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad yang sahih. Para tabiin juga berpendapat demikian. Dan ini juga pendapat Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin Sholih dan Dawud “.

Asy-Syawkaani berkata:

"وَحَكَاهُ الْمَهْدِيُّ فِي الْبَحْرِ عَنْ الْهَادِي وَالْقَاسِمِ وَزَيْدِ بْنِ عَلِيٍّ وَالنَّاصِرِ وَالْمُؤَيَّدِ بِاَللَّهِ ‌وَقَالَ ‌الثَّوْرِيُّ ‌وَابْنُ ‌حَزْمٍ: ‌كُلٌّ ‌مِنْ ‌الْفِعْلِ ‌وَالتَّرْكِ ‌حَسَنٌ ".

Dan al-Mahdi meriwayatkannya dalam kitab "al-Bahr" dari al-Haadii, Al-Qasim, Zaid bin Ali, An-Naashir dan Al-Mu'ayyid Billaah. Sementara Ats-Tsawri dan Ibn Hazm berkaya: Masing-masing dari yang mengerjakannya dan meninggalkannya adalah sama-sama baik [hasan] ".

(Baca: Nailul Authar, karya asy-Syaukaani 2/345-346. Lihat pula: Syarah hadits al-Fathu ar-Rabbaani karya Ahmad al-Bannaa as-Saa'aatii 3/304 Cet. Daar Ihyaa at-Turoots al-Arabi 1437 H].

Itu semua nama-nama para ulama yang berpendapat di syariatkannya qunut shubuh.

===****===

LETAK QUNUT :
APAKAH SEBELUM RUKU' ATAU SESUDAHNYA ?

Kemudian para ulama yang berpendapat di syariatkannya Qunut Shubuh terbagi menjadi DUA GOLONGAN tentang letak Qunut:  

GOLONGAN PERTAMA: SEBELUM RUKU

Madzhab Maliki dan sekelompok para ulama hijaz. mereka mengatakan: Tidak ada Qunut kecuali di waktu sholat Fajar dan disunnahkan qunutnya sebelum Ruku’.

Al-Imam al-Qurthubi berkata:

قَالَ الْحَسَنُ وَسَحْنُونُ: "إِنَّهُ سُنَّةٌ"، وَهُوَ مُقْتَضَى رِوَايَةِ عَلِيِّ بْنِ زِيَادٍ عَنْ مَالِكٍ بِإِعَادَةِ تَارِكِهِ لِلصَّلَاةِ عَمْدًا

Al-Hasan dan Sahnuun berkata tentang Qunut Shubuh: “ Itu Sunnah “. Dan yang di simpulkan dari riwayat Ali bin Ziyad dari Imam Malik, yaitu: mengulangi sholatnya jika meninggalkan qunut dengan sengaja “. (Baca: Tafsir al-Qurthubi 4/129).

GOLONGAN KEDUA: SETELAH RUKU

Madzhab Syai’ii, al-Imam ath-Thobari dan sekelompok para ulama hijaz.

Di sunnahkan Qunut rootibah pada waktu sholat Fajar. Adapun di selain shalat Fajar, maka tidak di sunnahkan qunut, kecuali qunut naazilah.

Letak qunutnya setelah berdiri tegak dari Ruku’ (I’tidaal) pada rakaat ke dua.
Dan tidak disunnahkan qunut dalam sholat witir kecuali di pertengahan akhir di bulan Ramadlan.

Adapun Qunut Naazilah di laksanakan ketika ada bencana pada sholat lima waktu.

[Baca: al-Muhadzdzab karya asy-Syairozy 1/116, Tafsir al-Qurthubi 4/129, Fathul Mu’iin karya al-Malaybaari hal. 22 dan I’aanatuththoolibiin karya ad-Dimyaathi 1/158].

===****===

DALIL-DALIL PENDAPAT PERTAMA:
YANG MENGATAKAN QUNUT DISUNNAHKAN PADA SETIAP SHUBUH SECARA TERUS MENERUS:

========

DALIL KE SATU: 
HADITS ANAS BIN MALIK  -radhiyallahu ‘anhu- :

Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata:

أَن النَّبِي – ﷺ – قَنَتَ شَهْراً يَدْعُو عَلَى قاتلي أَصْحَابه ببئر مَعُونَة (ثمَّ) تَرَكَ ، فَأَما فِي الصُّبْح فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتْ حَتَّى فَارق الدُّنْيَا.

“Sesungguhnya Nabi  melakukan qunut selama satu bulan, berdoa keburukan agar ditimpakan pada para pembunuh para sahabat beliau di Bi’r Ma’unah, lalu beliau meninggalkannya, akan tetapi qunut waktu shubuh, maka beliau masih melakukan hingga wafat”

Hadits ini telah diriwayatkan oleh:

Imam Ahmad Dalam kitab al-Musnad (3/162), ‘Abdurrazzaq Dalam kitab al-Mushannaf (3/110 no. 4964), Ibnu Abi Syaibah Dalam kitab al-Mushannaf (2/312 No. 7002), secara ringkas, ath-Thahawi Dalam kitab Syarah Ma’anil Atsar (1/244), ad-Daruquthni Dalam kitab as-Sunan (2/39, 136), al-Hakim, dalam kitab al-Arba’iin, al-Baihaqi Dalam kitab As-Sunan al-Kubra (2/201), al-Baghawi Dalam kitab Syarhus Sunnah (3/124), Ibnul Jauzi dalam “At-Tahqiq Ibnu Al-Jauzi (1/463).

Hadits tsb di riwayatkan dari beberapa jalur dari Abu Ja’far Ar Rozi dari Robi bin Anas dari Anas bin Malik secara marfu‘ [dari Nabi ].

====

JALUR-JALUR SANAD HADITS ANAS BIN MALIK DIATAS

Berikut ini jalur-jalur sanad hadits Anas diatas. Semuanya berporos kepada ABU JA’FAR AR-ROOZY:

JALUR KE 1

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ محمد بن عبد الله الْحَافِظُ، ثَنا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الصَّفَّارُ، ثَنا أَحْمَدُ بْنُ مِهْرَانَ الْأَصْبَهَانِيُّ، ثَنا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، أنبأنا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، ‌عَنْ ‌أَنَسٍ، «‌أَنَّ ‌النَّبِيَّ ﷺ ‌قَنَتَ ‌شَهْرًا ‌يَدْعُو ‌عَلَيْهِمْ، ‌ثُمَّ ‌تَرَكَهُ، فَأَمَّا فِي الصُّبْحِ ‌فَلَمْ ‌يَزَلْ ‌يَقْنُتْ ‌حَتَّى ‌فَارَقَ ‌الدُّنْيَا»

Telah mengkabarkan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibn Abdullah al-Hafez, telah bercerita kepada kami Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Saffar, telah bercerita kepada kami Ahmad ibn Mahran al-Isfahani, telah bercerita kepada kami Ubaidullah bin Musa, telah mengkabarkan kepada kami Abu Jaafar al-Razi, dari al-Rabi 'ibn Anas, dari Anas  -radhiyallahu ‘anhu-  bahwa Nabi :

“Sesungguhnya Nabi  melakukan qunut selama satu bulan, berdoa (untuk keburukan) atas mereka, lalu beliau meninggalkannya, akan tetapi qunut waktu shubuh, maka beliau masih melakukannya hingga beliau meninggal dunia”

[HR. Baihaqi dalam as-Sunan ash-Shaghiir 1/166 no. 430, Ibnu al-Jauzi dalam at-Tahqiiq no. 692, Abu Bakar al-Hamdaani dalam al-I'tibaar hal 86.].

Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab 3/504 berkata: 

حَدِيثٌ صَحِيحٌ رَوَاهُ جَمَاعَةٌ مِنْ الْحُفَّاظِ وَصَحَّحُوهُ وَمِمَّنْ نَصَّ عَلَى صِحَّتِهِ الْحَافِظُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الْبَلْخِيُّ وَالْحَاكِمُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ فِي مَوَاضِعَ مِنْ كُتُبِهِ وَالْبَيْهَقِيِّ وَرَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ مِنْ طُرُقٍ بِأَسَانِيدَ صَحِيحَةٍ

Dan Imam Nawawi mengatakan:

وأما الجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ أَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فِي قَوْلِهِ ثُمَّ تَرَكَهُ: فَالْمُرَادُ تَرَكَ الدُّعَاءَ عَلَى أُولَئِكَ الْكُفَّارِ وَلَعْنَتَهُمْ فَقَطْ لَا تَرَكَ جَمِيعَ الْقُنُوتِ أَوْ تَرَكَ الْقُنُوتَ فِي غَيْرِ الصُّبْحِ وَهَذَا التَّأْوِيلُ مُتَعَيَّنٌ لِأَنَّ حَدِيثَ أَنَسٍ فِي قَوْلِهِ " لَمْ يَزَلْ يَقْنُتْ فِي الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا " صَحِيحٌ صَرِيحٌ فَيَجِبُ الْجَمْعُ بَيْنَهُمَا

وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مُتَعَيَّنُ لِلْجَمْعِ وَقَدْ رَوَى الْبَيْهَقِيُّ بِإِسْنَادِهِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَهْدِيٍّ الْإِمَامِ أَنَّهُ قَالَ إنَّمَا تَرَكَ اللَّعْنَ وَيُوَضِّحُ هَذَا التَّأْوِيلَ رِوَايَةُ أَبِي هُرَيْرَةَ السَّابِقَةُ وَهِيَ قَوْلُهُ " ثُمَّ تَرَكَ الدُّعَاءَ لَهُمْ "

”Hadits shahih, hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah al-huffadz dan mereka menshahihkannya, diantaranya adalah: al-haafidz Abu Abdullah Muhammad bin Ali Al Balkhi, Abu Abdullah Al-Haakim pada beberapa tempat di dalam kitab-kitabnya, dan Abu Bakar Al Baihaqi. Dan diriwayatkan Daraquthni melalui beberapa jalan dengan sanad yang shahih”.

Adapun untuk menjawab hadits Anas dan Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- mengenai lafadz "kemudian beliau meninggalkannya", maka maksudnya adalah: meninggalkan doa laknat atas mereka saja. Bukan meninggalkan semua Qunut atau juga maksudnya adalah meninggalkan Qunut tapi Qunut yang ada pada selain Subuh. Karena ini sesuai dengan hadits Anas pada lafadz:

"Rosululloh  senantiasa berqunut shubuh sampai beliau meninggal dunia".

Hadits ini sahih dan sangat jelas sekali. Maka wajib untuk menggabungkan antara dua dalil tersebut. Al-Baihaqi juga menyebutkan bahwa maksudnya adalah meninggalkan laknat sebagimana hadits Abu Hurairah, yaitu perkataan nya: “ثُمَّ تَرَكَ الدُّعَاءَ لَهُمْ” artinya: kemudian beliau  meninggalkan doa bagi mereka ".

(Baca: Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab 3/504. Dan juga Al-Khulaashah 1/450-451).

Dan Imam Nawawi mengatakan:

وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ سَعْدِ بْنِ طَارِقٍ: أَنَّ رواية الذين اثبتوا القنوت معهم زِيَادَةُ عِلْمٍ وَهُمْ أَكْثَرُ فَوَجَبَ تَقْدِيمُهُمْ

Dan jawaban terhadap hadits Saad bin Thariq:

[yakni hadits: dari ِ Abu Malik Sa’d bin Thoriq al-Asyja'i : aku bertanya pada ayahku: wahai ayah, sesunggunya engkau telah sholat di belakang Rosulullah , Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, apakah mereka melakukan qunut subuh? Ayah menjawab: “wahai anakku itu adalah perkara baru” HR. Nasai dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata: hadits hasan shohih. PEN]

Adalah bahwa riwayat orang-orang yang menetapkan qunut bersama mereka adalah adanya tambahan ilmu dan mereka ini lebih banyak jumlahnya, maka wajib untuk didahulukan riwayatnya.

Dan Imam Nawawi mengatakan:

وَعَنْ حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ: أَنَّهُ ضَعِيفٌ جِدًّا لِأَنَّهُ مِنْ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ جَابِرٍ السَّحْمِيِّ وَهُوَ شَدِيدُ الضَّعْفِ مَتْرُوكٌ وَلِأَنَّهُ نَفْيٌ وَحَدِيثُ أَنَس إِثْبَاتٌ فَقُدِّمَ لِزِيَادَةِ العِلْمِ

Dan jawaban terhadap hadits Ibnu Mas`ud:

[Yakni hadits: “Rasulullah tidak pernah qunut di dalam shalat apapun”. PEN]

Adalah bahwa hadits ini sangat lemah karena berasal dari riwayat Muhammad bin Jaber Al-Sahmi, dan dia itu sangat lemah dan hadits nya ditinggalkan.

Dan karena isi hadits nya itu meniadakan qunut, sementara hadits Anas menetapkannya, maka hadits hadits Anas harus dikedepankan karena adanya tambahan ilmu pengetahuan, sementara hadits Ibnu Umar, dia tidak menghafalnya dan dia melupakannya, berbeda dengan Anas, al-Barraa bin 'Aaziib dan lainya mereka benar-benar menghafalnya. Maka orang yang hafal itu lebih diutamakan ".

Lalu Imam Nawawi berkata:

وحديث ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ لَمْ يَحْفَظْهُ أَوْ نَسِيَهُ وَقَدْ حَفِظَهُ أَنَسٌ وَالْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ وَغَيْرُهُمَا فَقُدِّمَ مَنْ حَفِظَ

Dan jawaban terhadap hadits Ibnu Umar:

[Yakni hadits: Dari Abu Mukhlid beliau berkata: aku sholat shubuh bersama Ibnu Umar -rodhiyallohu anhuma- dan beliau tidak membaca doa qunut, maka aku bertanya kepadanya: mengapa engkau tidak berqunut? Kemudian beliau menjawab: saya tidak menghafalnya. PEN]

Adalah bahwa: dia tidak hafal tentang hadits qunut atau dia lupa, sedangkan Anas, al-Barro bin 'Azib dan selain mereka berdua mengingatnya. Maka diutamakan orang-orang yang hafal.

Lalu Imam Nawawi mengatakan:

وَعَنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ ضَعِيفٌ جِدًّا وَقَدْ رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ مِنْ رِوَايَةِ أَبِي لَيْلَى الْكُوفِيِّ وَقَالَ هَذَا لَا يَصِحُّ وَأَبُو لَيْلَى مَتْرُوكٌ. وَقَدْ رَوَيْنَا عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ " قَنَتَ فِي الصُّبْحِ "

Dan jawaban terhadap hadits Ibnu Abbas:

[Yakni hadits: “Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah.”PEN]

Adalah bahwa hadits ini sangat lemah, dan Al-Bayqi meriwayatkannya dari riwayat Abu Laila al-Kuufi, lalu dia mengatakan: " Ini tidak Shahih. Dan Abu Laila itu ditinggalkan riwayat haditsnya.

Dan kami meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia Qunut Shubuh."

Lalu Imam Nawawi mengatakan:

وَعَنْ حَدِيثِ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهُ ضَعِيفٌ لِأَنَّهُ مِنْ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ يَعْلَى عَنْ عَنْبَسَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ. قال الدارقطني: هَؤُلَاءِ الثَّلَاثَةُ ضُعَفَاءُ وَلَا يَصِحُّ لِنَافِعٍ سَمَاعٌ مِنْ أُمِّ سَلَمَةَ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ

Dan jawaban terhadap hadits Ummu Salamah:

[Yakni: “Bahwa Nabi melarang qunut pada waktu subuh “ PEN]

Adalah: bahwa hadits ini lemah, karena dari riwayat Muhammad bin Ya'la, dari 'Anbasa bin Abdurrahman, dari Abdullah bin Naafi' dari ayahnya dari Ummu Salamah.

Al-Daraqutni berkata: Ketiga-tiganya adalah lemah, dan tidak shahih bagi Nafi' mendengar langsung dari Ummu Salamah. Wallaahu a'lam.

(Baca: Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab 3/504-505. Dan juga Al-Khulaashah 1/450-451)

JALUR KE 2 :

وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أَنْبَأَنَا بَكْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّيْرَفِيُّ بِمَرْوَ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى، ثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، ثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيِّ، عَن الرَّبِيْع بِنْ أنَس:

"كُنْتُ جَالِسا عِنْد أنس فَقيل لَهُ: إِنَّمَا قنت رَسُول الله - ﷺ - شهرا. فَقَالَ: مَا زَالَ رَسُول الله - ﷺ - يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْغَدَاة حَتَّى فَارق الدُّنْيَا".

Telah memberi tahu kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah memberi tahu kami Bakr bin Muhammad al-Sayrafi di daerah Marw, telah memberi tahu kami Ahmed bin Muhammad bin Issa, telah memberi tahu kami Abu Naim, telah memberi tahu kami Abu Jaafar al-Razi, dari al-Rabi 'bin Anas, dia berkata: Saya sedang duduk di sisi Anas dan dia diberitahu:

“Sesungguhnya Rosulullah 
 ber qunut hanya satu bulan “. Beliau berkata: “Rosulullah  masih melakukan Qunut Shubuh hingga beliau meninggal dunia ”

Abu Abdillah al-Haakim berkata:

هَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ سَنَدُهُ، ثِقَةٌ رُوَاتُهُ، وَالرَّبِيعُ بْنُ أَنَسٍ تَابِعِيٌّ مَعْرُوفٌ مِنْ أَهْلِ الْبَصْرَةِ، سَمِعَ مِنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَوَى عَنْهُ سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ وَغَيْرُهُمَا.

Ini adalah sanad yang shahih, para perawinya tsiqoot dan Al-Rabii' bin Anas dalah Tabi’ii yang terkenal dari penduduk Bashrah, mendengar dari Anas bin Malik, telah meriwayatkan darinya Sulaiman al-Taymi, Abdullah bin al-Mubarak dan lainnya.

Dan Abu Muhammad bin Abi Haatim, berkata:

وَقَالَ أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ أَبِي حَاتِمٍ: سَأَلْتُ أَبِي وَأَبَا زُرْعَةَ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ فَقَالَا: صَدُوقٌ ثِقَةٌ.

Saya bertanya kepada ayah saya dan Abu Zar'ah tentang ar-Rabii' Ibnu Anas, dan mereka berkata: Shoduuq tsiqoh (dapat dipercaya). (Baca: “سنن البيهقي” 2/201).

Berikut ini nash-nash hadits riwayat ad-Daaruquthny, beliau meriwayatkan dari tiga jalur sanad, yaitu sbb:

1- حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، ثَنَا أَبُو الأَزْهَرِ، ثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، ثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: مَا زَالَ رَسُولُ اللهِ - ﷺ - يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.

1- Telah bercerita kepada kami Abu Bakr al-Naisaburi, Telah bercerita kepada kami Abu al-Azhar, dari Abdul Razzaq, Telah bercerita kepada kami Abu Ja'far al-Razi, dari al-Rabi' ibn Anas, dari Anas ibn Malik, ia berkata: "Rasulullah -  - masih terus berqunut dalam salat Subuh hingga beliau meninggalkan dunia."

أخرجه أحمد في مسنده، 3/162، والدارقطني في سننه 2/39. وانظر أيضا: نصب الراية 2/138 للزيلعي.

(Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, 3/162, dan al-Daraqutni dalam Sunannya, 2/39. Lihat juga: Nisab al-Rayah, 2/138 oleh al-Zayla'i).

2- حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ بَهْلُولٍ، ثَنَا أَبِي، ثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ السُّلَمِيُّ، ثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، ثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ - ﷺ - قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَيْهِمْ ثُمَّ تَرَكَهُ، وَأَمَّا فِي الصُّبْحِ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا [سُنَن الدَّارَقُطْنِي 2/39].

2- Telah bercerita kepada kami Ahmad ibn Ishaq ibn Bahlul, Telah bercerita kepada kami ayahku, Telah bercerita kepada kami Ubaidullah ibn Musa, Telah bercerita kepada kami Abu Bakr al-Naisaburi, Telah bercerita kepada kami Ahmad ibn Yusuf al-Salimi, Telah bercerita kepada kami Ubaidullah ibn Musa, Telah bercerita kepada kami Abu Ja'far al-Razi, dari al-Rabi' ibn Anas, dari Anas, bahwa Nabi -  - berqunut selama sebulan berdoa terhadap mereka, kemudian beliau meninggalkannya. Namun, di waktu shalat Shubuh , beliau masih terus berqunut dalam shalat hingga beliau meninggalkan dunia.(Sunan al-Daraqutni, 2/39)

3- حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، وَأَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى، قَالَا: ثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، ثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، فُقِيلَ لَهُ: قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ - ﷺ - شَهْرًا، فَقَالَ: مَا زَالَ رَسُولُ اللَّهِ - ﷺ - يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا [سُنَن الدَّارَقُطْنِيِّ 2/39].

3- Telah bercerita kepada kami Al-Husayn ibn Isma'il, Telah bercerita kepada kami Ahmad ibn Mansur, dan Ahmad ibn Muhammad ibn Isa, mereka berdua berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim, Telah bercerita kepada kami Abu Ja'far al-Razi, dari al-Rabi' ibn Anas, ia berkata: "Aku duduk di samping Anas ibn Malik, lalu seseorang berkata padanya: '

Apakah Rasulullah -  - berqunut selama satu bulan terhadap mereka.' 

Anas kemudian berkata: 'Rasulullah -  - masih terus menerus berqunut dalam salat Subuh hingga beliau meninggalkan dunia.'"(Sunan al-Daraqutni, 2/39).

Dan berikut ini nash hadits riwayat al-Khothiib dalam sebuah kitab khusus tentang Qunut seperti yang dinukil oleh az-Zaila’iy dalam “نصب الراية” 2/136 dan Ibnul Jauzy dalam kitabnya “العلل المتناهية” (2/441) no.75 dari Anas Bin Malik:

مَا زَالَ رَسُوْلَ اللَّهِ ﷺ قَنَتَ فِيْ صَلاَةِ الصُّبْحِ حَتَّى مَاتَ

“Rasulullah  masih terus berqunut pada shalat Shubuh sampai beliau wafat.”

PERHATIAN:

Ada hal yang perlu dikoreksi di sini: yaitu ada sebagian para ulama yang menisbatkan hadits Anas ini kepada Imam Muslim, maka ini adalah keliru.

Begitu juga Imam an-Nawawi menisbatkan kepada Imam al-Hakim di dalam kitabnya “al-Mustadrook”, ternyata tidak diketemukan di dalamnya, namun yang benar beliau menyebutkannya dan menshahihkannya dalam satu Juzz kitab karya beliau yang khusus membahas tentang Qunut.

Lalu Imam al-Baihaqi murid Imam al-Hakim menukil pentashihan dari gurunya itu, kemudian Imam an-Nawawi mengiranya dari kitab “al-Mustadrok”. (Baca: “التلخيص الحبير” karya al-Haafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalaani 1/60).

====

PARA PAKAR HADITS YANG MENSHAHIHKAN HADITS ANAS (R.A). 

Para huffaadz yang menshahihkan hadits Anas radhiyallahu 'anhu, di antaranya adalah sbb:

1. Al-Hafidz Ibnu Sholah berkata:

هَذَا حَدِيث قد حكم بِصِحَّتِهِ غير وَاحِد من حفاظ الحَدِيث، مِنْهُم: أَبُو عبد الله مُحَمَّد بن عَلّي الْبَلْخِي من أَئِمَّة الحَدِيث، وَأَبُو عبد الله الْحَاكِم، وَأَبُو بكر الْبَيْهَقِيّ.

”Hadits ini telah dihukumi shahih oleh lebih dari seorang huffadz hadits, diantaranya: Abu Abdullah bin Ali Al Balkhi, dari para imam hadits, Abu Abdullah Al-Haakim, dan Abu Bakar Al Baihaqi. (Lihat, Al-Badr Al-Munir, 3/624).

2. Al-Hafidz Imam Nawawi mengatakan:

 هَذَا الحَدِيث صَحِيح رَوَاهُ جماعات من الْحفاظ وصححوه، ثمَّ ذكر أَن هَؤُلَاءِ الَّذين ذكرهم ابْن الصّلاح من جملَة من صَححهُ، قَالَ: وَرَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيّ من طرق بأسانيد صَحِيحَة

”Hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah huffadz dan mereka menshahihkannya”. Lalu menyebutkan para ulama yang menshahihkannya diantaranya adalah Ibnu Shalah, dan mengatakan,”Dan diriwayatkan Daraquthni melalui beberapa jalan dengan sanad shahih”. (Al Khulashah, 1/450-451).

3. Ibnu al-Mulaqqin dalam خلاصة البدر المنير 1/127 berkata:

صَحَّحَهُ الْحَفَاظُ وَخَالَفَهُمْ ابْنُ الْجَوْزِيُّ فَضَعَّفَهُ وَلَا يُقْبَلُ لِتَفْرِدِهِ

“Para hafidz Haditst menshahihkannya, kecuali Ibnu al-Jawzi dia sendirian menyelisihi mereka dengan mendha'ifkannya, dan tidak bisa diterima pendha'ifannya karena dia sendirian ".

4. Al Qurthubi dalam kitabnya “Al-Mufhim”:

الَّذِي اسْتَقر (عَلَيْهِ) أَمر رَسُول الله - ﷺ - فِي الْقُنُوت مَا رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيّ بِإِسْنَاد صَحِيح عَن أنس.

”Yang telah menjadi ketetapan atas perintah Rasulullah  adalah berqunut, diriwayatkan Daraquthni dengan isnad shahih” (Lihat: Al-Badr Al-Munir, 3/624).

5. Hafidz Al-Haazimi dalam An-Nashikh wa Al-Mansukh:

هَذَا حَدِيث صَحِيح، وَأَبُو جَعْفَر ثِقَة. وَقَالَ الشَّيْخ تَقِيّ الدَّين فِي «الْإِلْمَام» بعد أَن أخرج الحَدِيث فِيهِ: (فِي) إِسْنَاده أَبُو جَعْفَر الرَّازِيّ وَقد وَثَّقَهُ غير وَاحِد. وَقَالَ النَّسَائِيّ: لَيْسَ بِالْقَوِيّ

”Hadits ini shahih, dan Abu Ja`far tsiqah”.

Dan Syekh Taqiyud-Din berkata dalam “Al-Ilmaam” setelah dia mentakhriij hadits di dalamnya: " (Dalam) sanadnya ada Abu Ja'far Ar-Raazi, dan dia ini bukan hanya seorang yang menganggapnya tsiqoh [dipercaya]. Namun Al-Nasa'i berkata: Dia tidak kuat". (Al-I’tibaar, 255)

6. Ibnu Hajar al-Haitsami dalam Majma' az-Zawaaid 2/142 berkata: رجاله موثقون [Para perawinya dipercaya].

7. Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani: Setelah menyebutkan penilaian para ulama terhadap Abu Ja’far, beliau mengatakan:

“Haditsnya memiliki syahid (penguat)”

Lalu menyebutkan hadits qunut shubuh yang diriwayatkan dari Al Hasan bin Sufyan. (at-Talkhiish al-Habiir, 1/443)

Pernyataan Al-Hafidz Ibnu Hajar bahwa “haditsnya memiliki syahid” menunjukkan bahwa haditsnya hasan. Sehingga penulis Ithaf fi Takhrij Ahadits Al Ishraf menyatakan: ”Ibnu Hajar menghasankan dalam at-Talkhis-nya”.

Di halaman yang sama Ibnu Hajar mengatakan: ”Haditst riwayat Al Baihaqi…dan dishahihkan Hakim dalam Kitab Al Qunut”. (at-Talkhiish al-Habiir, 1/443).

Dan dalam kitab نَتَائِجُ الْأَفْكَارِ 2/136, al-Hafidz Ibnu Hajar jelas-jelas menghasankannya.

8. Hafidz Al Iraqi berkata:

وَقَدْ صَحَّحُ هَذا الحَدِيْثَ الْحَافِظُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الْبَلْخِيُّ وَأَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَاكِمُ والدَّارَقُطْنِي

”Telah menshahihkan hadits ini Al-Hafidz Abu Abdullah Muhammad bin Ali Al-Balkhii, Abu Abdullah Al-Haakim dan Ad Daraquthni” (Tharhut Tatsriib,3/289).

9. Abdul Haq al-Isybiili dalam الأحكام الصغري no. 237 mengisyaratkan dalam muqoddimahnya bahwa hadits tsb Shahih Sanadnya.

10. Muhammad Ibnu Abdil Haadi dalam تنقيح تحقيق التعليق 1/525 berkata:

أَجُودُ هَذِهِ الْأَحَادِيثِ حَدِيثُ أَبِي جَعْفَرِ الرَّازِيِّ، وَلَهُ طُرُقٌ عَدَّةٌ فِي كِتَابِ الْقُنُوتِ لِلْحَافِظِ أَبِي مُوسَى الْمَدِينِيِّ.

Yang terbaik dari hadits ini adalah hadits Abu Jaafar al-Razi, dan memiliki beberapa jalur dalam kitab"al-Qunuut" oleh al-Hafidz Abu Musa al-Madiini".

11. Adh-Dhiyaa al-Maqdiisi dalam al-Mukhtaarah 6/129 no. 2127 berkata: "Sanadnya Hasan".

Asy-Syeikh al-Arobi ad-Daaiz al-Firyathi pentahqiq kitab السَّنَا والسَّنُّوْت في معرفة ما يتعلق بالقنوت karya Asy-Syeikh al-'Allaamah Syamsuddin Muhamad al-Barzanjii, beliau berkata di footnote hal. 46:

وَالْحَدِيثُ حَسَنٌ كَمَا قَالَ الضِّيَاءُ الْمُقَدِّسِيُّ وَابْنُ حَجَرٍ.

لَكِنَّ الشَّيْخَ الْأَلْبَانِيُّ قَالَ فِي الضَّعِيفَةِ 3/384 (1238) بِأَنَّهُ مُنْكَرٌ، كَمَا ضَعَّفَهُ الشَّيْخُ شُعَيْبُ الْأَرْنَؤُوطِ فِي تَحْقِيقِ شَرْحِ السُّنَّةِ لِلْبَغَوِيِّ 3/123، وَلَيْسَ لَهُمَا سَلَفٌ إِلَّا ابْنُ الْجَوْزِيِّ فِي الْعُلُومِ 1/444 إِذْ قَالَ: "هَذَا حَدِيثٌ لَا يَصِحُّ. وَقَالَ أَحْمَدُ: أَبُو جَعْفَرِ الرَّازِيُّ مُضْطَرَبُ الْحَدِيثِ، وَقَالَ ابْنُ حِبَّانٍ: يَنْفُرُدُ بِالْمَنَاكِيرِ عَنْ الْمَشَاهِيرِ".

وَابْنُ الْجَوْزِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ لَمْ يَسْتَوْعِبْ كَلَامَ النُّقَادِ فِي الرَّاوِي فَيُوهِمُ النَّاظِرَ أَنَّ هَذَا الرَّاوِيَ مُجْمَعٌ عَلَى ضَعْفِهِ، وَالْأَمْرُ فِي الْوَاقِعِ لَيْسَ كَذَلِكَ".

Dan hadits ini Hasan, seperti yang dikatakan Al-Dhiya’ al-Maqdisi dan Ibnu Hajar.

Akan tetapi Syekh Al-Albani mengatakan dalam Adh-Dha’iifah 3/384 (1238) bahwa hadits ini munkar.

Sama halnya dilemahkan pula oleh Syekh Syu'aib Al-Arna'uuth dalam Tahqiiq Syarh Al-Sunnah karya Al-Baghawi 3/123.

Dan mereka berdua [al-Albaani dan al-Arna'uuth] tidak ada para pendahulu yang mendha'ifkannya, kecuali Ibnu Al-Jawzi dalam kitab Al-ilal 1/444 ketika dia mengatakan:

"هذَا حَدِيثٌ لَا يَصِحُّ. وَقَالَ أَحْمَدُ: أَبُو جَعْفَرِ الرَّازِيُّ مُضْطَرَبُ الْحَدِيثِ، وَقَالَ ابْنُ حِبَّانَ: يَنْفُرُدُ بِالْمَنَاكِيرِ عَنْ الْمَشَاهِيرِ."

Hadits ini tidak Shahih. Imam Ahmad berkata: Abu Ja'far ar-Razi labil [مضطرب] dalam hadits, dan Ibnu Hibban berkata: Ia biasa sendirian meriwayatkan hadits-hadits munkar dari orang-orang yang masyhur [terkenal]".

Dan Ibnu al-Jawzi, semoga Allah merahmatinya, tidak menyeluruh dalam menyebutkan para kritikus tentang perawi, sehingga yang membacanya mengira bahwa para ulama telah sepakat bahwa perawi tersebut adalah dha'if, akan tetapi masalahnya dan pada kenyataannya tidaklah seperti itu. ” [KUTIPAN SELESAI]

====

PARA HUFFAADZ YANG MENDHO'IFKAN HADITS ANAS DIATAS :

Para ulama yang mendhoifkan hadits Anas:

Ibnul Jauzy al-Hanbaly dalam kitab “العلل المتناهية” 1/444, Ibnu at-Turkamaani dlm “تعليقه على البيهقي”, Ibnu Taimiyah dalam “مجموع الفتاوى” 22/374, Ibnul Qoyyim dalam “زاد المعاد” 1/99, Ibnu Hajar dalam “التلخيص الحبير” 1/245 dan Syeikh al-Albaani dalam “السلسلة الضعيفة” 1/1238.

Imam Ibnu at-Turkamani yang memberikan ta’liq (komentar) atas Sunan Baihaqi yang berisi bantahan terhadap pernyataan al-Baihaqi yang mengatakan hadits itu shahih. Ia berkata:

“Bagaimana mungkin sanadnya shahih? Sedang perawi yang meriwayatkan dari Rubaiyyi’, yaitu ABU JA’FAR ‘ISA BIN MAHAN AR-RAZI masih dalam pembicaraan (para Ahli Hadits):

Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam an-Nasa-i berkata: ‘Ia bukan orang yang kuat riwayatnya.’

Imam Abu Zur’ah berkata: ‘Ia banyak salah.’

Imam al-Fallas berkata: ‘Ia buruk hafalannya.’

Imam Ibnu Hibban menyatakan bahwa ia sering membawakan hadits-hadits munkar dari orang-orang yang masyhur.”

((Lihat: Sunan al-Baihaqi (1/202)))

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:

“Abu Ja’far ini telah dilemahkan oleh Imam Ahmad dan imam-imam yang lain… Syaikh kami Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata kepadaku, ‘Sanad hadits ini (hadits qunut Shubuh) sama dengan sanad hadits (yang ada dalam Mustadrak al-Hakim (II/ 323-324): Tentang ma-salah Ruh yang diambil perjanjian dalam surat 7 ayat 172, (yakni firman Allah Subhanahu wa Ta’ala):

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan (keturunan anak-anak Adam) dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabb-mu?’

Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esaan Allah).’”[Al-A’raaf/7:172]

(Yakni) hadits Ubay bin Ka’ab yang panjang yang disebutkan di dalamnya: Dan ruh Isa ‘alaihis salam termasuk dari (kumpulan) ruh-ruh yang diambil kesaksiannya pada zaman Adam, maka (Dia) kirimkan ruh tersebut kepada Maryam ‘alaihas salam ketika ia pergi ke arah Timur, maka Allah kirimkan dengan rupa seorang laki-laki yang tampan, maka dia pun hamil dengan orang yang mengajarkan bicara, maka masuklah (ruh tersebut) ke dalam mulutnya.

Jadi, yang dimaksud adalah Isa dan yang mengajak bicara ibunya adalah ‘Isa, bukan Malaikat, padahal menurut ayat yang mengajak bicara adalah Malaikat, dalam surat Maryam ayat 19, Allah berfirman:

أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا

“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabb-mu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” [Maryam/19:19]

Yang mengajak bicara bukan ‘Isa, sebab hal ini mustahil dan hal ini merupakan kesalahan yang jelas.

Lalu Ibnul Qayyim berkata:

“Maksud dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ialah: Bahwa Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan ar-Razi adalah orang yang sering membawakan hadits-hadits munkar. Yang tidak ada seorang pun dari Ahli Hadits yang berhujjah dengannya ketika dia menyendiri (dalam periwayatannya).”

Saya katakan: “Dan di antara hadits-hadits itu ialah hadits qunut Shubuh terus-menerus.”

[Lihat: Zaadul Ma’aad (I/276), tahqiq: Syaikh Syu’aib al-Arnauth, cet. Mu-assasah ar-Risalah, th.1412H]

Al-Haafidz Ibnu Katsir ad-Damsyqiy asy-Syafi’i dalam kitab tafsirnya juga menyatakan bahwa riwayat Abu Ja’far ar-Razi itu munkar.

Al-Haafidz az-Zaila’i dalam kitabnya “نصب الراية ” (2/132) sesudah membawakan hadits Anas di atas, ia berkata:

“Hadits ini telah dilemahkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitabnya at-Tahqiq dan al-‘Ilalul Mutanahiyah, ia berkata: Hadits ini tidak sah, karena sesungguhnya Abu Ja’far ar-Razi, namanya adalah Isa bin Mahan, dinyatakan oleh Ibnul Madini: ‘Ia sering keliru.’”

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah, seorang Ahli Hadits zaman ini berkata:

“Hadits Anas munkar.” Kemudian Al-Haafidz al-Baihaqi telah membawakan beberapa syawahid (penguat) bagi hadits Anas, sebagai-mana yang dikatakan oleh Al-Haafidz al-Baihaqi sendiri dalam kitab As-Sunan al-Kubra dan Imam an-Nawawi dalam kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab.

[Lihat: Silsilah Ahaadits adh-Dha’iifah no. 1238 karya al-Albaani].

=====

NAMA PERAWI YANG DIPERDEBATKAN DALAM HADITS ANAS INI ADALAH: “ABU JA’FAR AR-ROOZY”.

Pendapat Imam Ahmad:Bicara mengenai Abu Jakfar Ar Razi. Pendapat Imam Ahmad tentang Abu Ja’far, ada dua riwayat:

Pertama : Diriwayatkan Hanbal dari Ahmad bin Hanbal: ”Shalih hadits” (haditsnya layak).

Kedua: dari Abdullah, putra imam Ahmad: ”Laisa bi qawi (tidak kuat).

Al Hazimi dalam Nashih wa Manshuh mengatakan:

وَالرِّوَايَةُ الْأُولَى عَنْ الإِمَامِ أَحْمَدَ أَوْلَى (وَيُؤَكِّدُهَا) إِخْرَاجُهُ حَدِيثَهُ فِي "مُسْنَدِهِ".

“Riwayat pertama dari Imam Ahmad lebih utama. Dan itu diperkuat dengan periwayatan haditsnya di dalam kitab Musnadnya ". (Al-I’tibar, 256).

Lihat pula: Mizaanul I’tidal 3/319, Tarikh Baghdad 11/146, Tahdzibut Tahdzib 12/57 dan al-Badrul Muniir

Pendapat Yahya bin Ma`in:

Adapun penilaian Yahya bin Ma’in, ada beberapa riwayat:

  1. dari Isa bin Manshur: “Tsiqah”.
  2. dari Ibnu Abi Maryam: “Haditstnya ditulis, tapi ia sering salah”.
  3. diriwayatkan Ibnu Abi Khaitsamah: ”shalih”.
  4. diriwayatkan oleh Mughirah,”tsiqah” dan ia salah ketika meriwayatkan dari Mughirah. Daruquthni mengatakan,”Dan hadits ini tidak diriwayatkan dari Mughirah”.
  5. diriwayatkan As Saji “Shoduq wa laisa bimutqin (jujur tapi hafalanya tidak meyakinkan)”

Periwayatan dari Yahya bin Ma’in lebih banyak ta’dilnya daripada tajrihnya. (lihat, Al-Badr Al-Munir, 3/623)

Lihat juga: Mizaanul I’tidal 3/319, Tarikh Baghdad 11/146, Tahdzibut Tahdzib 12/57, al-Al-Badr Al-Munir, 3/623.

Pendapat Ali bin Al Madini:

Ali bin Al Madini: Ada dua riwayat darinya tentang Abu Jakfar.

  1. Salah satu riwayat mengatakan: ”Ia seperti Musa bin Ubaidah, haditsnya bercampur aduk, ketika meriwayatkan dari Mughirah dan yang semisalnya.
  2. Dalam riwayat yang berasal dari anak Ibnu Al Madini, Muhammad bin Utsman bin Ibnu Syaibah: ”Bagi kami ia tsiqah”.

Ibnu Al Mulaqqin mengatakan: ”lebih utama riwayat dari anaknya (anak Ibnu Al Madini). (lihat, al-Al-Badr Al-Munir, 3/623).

Pendapat Para Huffadz:

  • Muhammad Bin Abdullah Al-Muushiliy mengatakan: ”Tsiqah”.
  • Bin Ali Al Falash mengatakan: ”Shoduq, dan dia termasuk orang-orang yang jujur, tapi hafalannya kurang baik”.
  • Abu Zur’ah mengatakan: ”شيخ يهم كثيرا (syeikh yang banyak wahm).
  • Abu Hatim mengatakan: ثِقَة صَدُوق صَالح الحَدِيث [”Tsiqah, shoduq, sholih hadits”].
  • Abnu Harraasy: ”Hafalannya tidak bagus, shoduq (jujur)”.
  • Ibnu ‘Adiy berkata :

لَهُ أَحَادِيث صَالِحَة، وَقد رَوَى عَنهُ النَّاس، وَأَحَادِيثه عامتها مُسْتَقِيمَة، وَأَرْجُو أَنه لَا بَأْس بِهِ

”Dia memiliki hadits-hadits yang layak, dan orang-orang meriwayatkan darinya. Kebanyakan haditsanya mustaqiim (lurus), dan aku mengharap ia la ba’sa bih (tidak masalah).

  • Muhammad bin Sa’ad: ”Dia tsiqah”, ketika di Baghdad para ulama mendengar darinya”.
  • Al-Hakim dalam Al-Mustadrak di Bab Shalat al-Kusuuf berkata :

 البُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ (قَدْ) هَجَرَا أَبَا جَعْفَر الرَّازِيّ وَلَمْ يُخْرِجَا عَنهُ، وحَاله عِنْد سَائِر الْأَئِمَّة أَحْسَنَ الْحَالِ. وَقَالَ مرّة: ثِقَة

”Bukhari dan Muslim menghindarinya, namun posisi Abu Ja'far di hadapan seluruh para imam, adalah sebaik-baik keadaan”. Di tempat lain ia mengatakan: ”tsiqah”.

  • Ibnu Abdi Al-Barr dalam Al Istighna:

هُوَ عِنْدهم ثِقَة عَالم بتفسير الْقُرْآن

”Ia (Abu Ja`far) bagi mereka (para ulama) tsiqah, alim dalam masalah tafsir Al Qur’an ".

  • Ibnu Syaahin menyebutnya dalam kitab “Tsiqaat nya" [kitab kumpulan para perawi yang dipercaya] ”.
  • Al-Hazimi dalam an-Nasikh dan al-Mansukh: ”Ini Haditst Shahih, dan Abu Ja'far tsiqah”.
  • Taqiyuddin Ibnu Daqiq Al Ied dalam Al Ilmam, setelah menyebutkan hadits, ia mengatakan:

(فِي) إِسْنَاده أَبُو جَعْفَر الرَّازِيّ وَقد وَثَّقَهُ غير وَاحِد

”Dalam isnadnya Abu Ja'far Ar Razi. Dan ia ditsiqahkan, oleh lebih dari satu ulama.

  • Nasaa’i mengatakan: ”Laisa bil Qowiyy” (ia tidak kuat hafalannya).
  • Ibnu ash-Shalah berkata:

" هَذَا حَدِيثٌ قَدْ حُكِمَ بِصِحَّتِهِ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ حُفَّاظِ الْحَدِيثِ ".

“Hadits ini telah dinilai shahih bukan hanya oleh satu huffaadz al-hadits saja ".

Demikianlah paparan Al-Hafidz Ibnu Al Mulaqqin mengenai perkataan ulama jarh wa ta’dil mengenai Abu Ja’far Ar Razi.

(Lihat: Al-Badr Al-Munir karya Al-Hafidz Ibnu Al Mulaqqin 3/623. Lihat juga: Mizaanul I’tidal 3/319, Tarikh Baghdad 11/146, Tahdzibut Tahdzib 12/57)

=====

KRITIKAN TERHADAP KETIDAK BIJAKAN IBNU AL-JAUZY AL-HANBALI:

Al-Hafidz Ibnu al-Mulaqqin berkata:

وَأما ابْن الْجَوْزِيّ فأعله فِي «علله المتناهية» و «تَحْقِيقه» بِأبي جَعْفَر هَذَا نصْرَة لمذهبه، وَنقل كَلَام من ضعفه فَقَط وَلَيْسَ بجيد مِنْهُ، وَاقْتصر عَلَى رِوَايَة من رَوَى التَّضْعِيف عَن أَحْمد وَابْن الْمَدِينِيّ وَيَحْيَى بن معِين، وَمَا هَذَا فعل الْمنصف، عَلَى أَن حَدِيث أنس هَذَا من هَذَا الْوَجْه لم يتفرد بِهِ عِيسَى بن ماهان (أبو جعفر الرازي) بل لَهُ طرق أُخْرَى غَيره ذكرتها مُوضحَة فِي تخريجي لأحاديث «الْمُهَذّب»

“Adapun Ibnu Al-Jauzi menilai bahwa hadits ini mengandung `ilat [cacat] dalam kitabnya “العلل المتناهية” dan “التحقيق” mengenai Abu Ja’far ini untuk membela madzhabnya (al-Hanbali) hanya menukil riwayat yang menjarh saja. Dan ini adalah bukanlah perbuatan yang baik.

Ia hanya mencukupkan kepada riwayat orang-orang yang meriwayatkan pendha'ifan dari Ahmad, Ibnu Al-Madini Dan Yahya bin Ma’in.

Dan ini bukanlah perbuatan orang yang bijak dan obyektif, padahal hadits Anas dari sisi ini bukan hanya Isa ibnu Mahan (Abu Ja'far ar-Razi) sendirian, melainkan memiliki jalur-jalur lain selain itu, saya sebutkan semua itu dengan jelas dan gamblang dalam takhriij ku terhadap hadits-hadits "Al-Muhadzab". (Lihat: al-Badr Al-Munir, 3/624)

****

DALIL  KEDUA :

Haditst Anas bin Malik  -radhiyallahu ‘anhu-  :

عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ سِيْرِيْن قَالَ قُلْتُ لأَنَسٍ هَلْ قَنَتَ رَسُولُ اللهِ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا.

“Dari Muhammad bin Sirin, berkata: “Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah  membaca qunut dalam shalat shubuh?”

Beliau menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.” (HR. Bukhori no. 970 dan Muslim no. 1086).

****

DALIL KE TIGA

Riwayat Muhammad bin Siiriin dari Anas bin Malik radhiyallaahu anhu.

Muhammad bin Siiriin berkata:

 سُئِلَ أنَسُ بنُ مَالِكٍ: أقَنَتَ النبيُّ ﷺ في الصُّبْحِ؟ قالَ: نَعَمْ، فقِيلَ له: أوَقَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ [أوْ بَعْدَهُ] ؟ قالَ: بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا

Anas bin Malik pernah di tanya: Apakah Nabi  Qunut Shubuh?, beliau menjawab: Iya. lalu ditanyakan lagi: Apakah qunut sebelum ruku’ atau sesudah Ruku’? beliau menjawab: Setelah ruku sedikit “. (HR, Bukhori 1/254 no. 1001 dan Muslim 2/136)

****

DALIL KE EMPAT

Riwayat Khoolid al-Hadz-dzaa, dari Muhammad bin Siiriin, dia berkata:

سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، هَلْ قَنَتَ عُمَرُ؟ قَالَ: " نَعَمْ، وَمَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْ عُمَرَ، رَسُولُ اللهِ ﷺ، بَعْدَ الرُّكُوعِ "

Aku bertanya kepada Anas: Apakah Umar ber Qunut?Beliau menjawab: Iya, dan juga orang yang lebih baik dari Umar, yaitu Rosulullah: Qunut Setelah Ruku’ “. [HR. Ahmad no. 12698].

HADITS HASAN: Di hasankan Sanadnya oleh Syeikh al-Albaani dallam kitab “(إرواء الغليل)” 2/160. 

****

DALIL KE LIMA

Dari Humeid dari Anas bin Malik  -radhiyallahu ‘anhu- :

سُئلَ عَنِ القُنُوتِ في صَلاةِ الصُّبحِ ، فَقَالَ: كنَّا نَقنُتُ قبلَ الركوعِ وبَعدَه

Beliau [Anas] ditanya tentang Qunut di shalat Shubuh?. Maka beliau menjawab: “ Kami biasa qunut sebelum Ruku’ dan sesudahnya “. (HR. Ibnu Majah No. 1183).

SANAD NYA SHAHIH:

Sanad hadits ini di Shahihkan oleh Ibnu al-Mulaqqin dlm kitab “البدر المنير” 3/630.
Oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar memperkuat sanadnya dlm kitab “
فتح الباري” 2/569.
Dan di Shahihkan pula oleh Syeikh al-Albaani dlm kitab Shahih Ibnu Majah No. 979.

Dan dishahihkan pula oleh al-Bushairy dlam kitab nya “الزوائد”, akan tetapi tambahan kata “قبل الركوع ” itu penyimpangan (شاذ), karena tidak ditemukan pada jalur-jalur riwayat ini, namun ada sumbernya di jalur riwayat lain. (Baca: “إرواء الغليل” karya Syeikh al-Albaani 2/161).

Syeikh Al-Albaani dalam “إرواء الغليل” 2/159 no. 424 berkata:

"حَدِيثٌ أَنَّهُ صَحَّ عَنْهُ (ﷺ) مِنْ رِوَايَةِ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَنَسَ وَابْنِ عَبَّاسٍ الْقُنُوتُ بَعْدَ الرُّكُوعِ"

"Hadits, bahwa sesungguhnya telah shahih dari Nabi  melalui riwayat Abu Hurairah, Anas dan Ibnu ‘Abbaas bahwa beliau  berqunut Setelah Ruku’ “. 

****

DALIL KE ENAM

Dari Buraid bin Abi Maryam Al-Salluuli, dia berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ أنَس بِنْ مَالِك رضي الله عنه صَلاةَ الغَدَاةِ فَقَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوْعِ

Aku shalat bersama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, shalat subuh, maka dia berqunut sebelum ruku’.

SANADNYA SHAHIH:

Ath-Thobari meriwayatkannya dalam Tahdziib Al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- no (624) dengan sanad sbb:

أَخْبَرَنَا حَمِيدُ بْنُ مَسْعَدَةَ السَّامِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا بَشَّارُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْجَرِيرِيُّ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ السُّلُولِيِّ، قَالَ: فَذَكَرَهُ، "وَرَوَاتُهُ ثِقَاتٌ".

سَعِيدُ بْنُ إِيَاسَ الْجَرِيرِيُّ مُخْتَلَطٌ لَكِنْ رِوَايَةُ بَشَّرِ بْنِ الْمُفَضَّلِ عَنْهُ فِي الصَّحِيحَيْنِ فَيَغْلِبُ عَلَى الظَّنِّ أَنَّهُ رَوَى عَنْهُ قَبْلَ الِاخْتِلَاطِ. وَبَقِيَّةُ رَوَاتِهِ ثِقَاتٌ.

Telah bercerita kepada kami Humaid bin Mas'adah al-Sami, dia berkata: Telah bercerita kepada kami Bisyr bin al-Mufadhdhal, dia berkata: Telah bercerita kepada kami al-Jurairi, dari Buraid bin Abi Maryam al-Sululi, dia berkata: ... dst: 

"Dan para perawi (yang meriwayatkan hadis ini) adalah orang-orang yang dipercayai."

Sa'iid bin Iyas Al-Jurairi hafalannya campur aduk, tetapi Bisyer bin Al-Mufadhdhal meriwayatkan darinya dalam Shahih Bukhori dan Shahih Muslim, maka kemungkinan besar dia meriwayatkan darinya sebelum hafalannya belum campur aduk. Dan Sisa para perawinya tsiqoot.

****

DALIL KE TUJUH

Dari Qatadah, dia berkata:

قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا بَعْدَ الرُّكُوعِ، فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ لِأَنْ يُدْرِكَ النَّاسُ الرَّكْعَةَ

((Rasulullah  melakukan qunut pada shalat subuh, dan begitu pula Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhum setelah ruku’. Ketika pada masa Utsman radhiyallahu 'anhu, maka dia senantiasa melakukan qunut sebelum rukuk, agar orang-orang bisa mendapatkan rakaatnya. [HR. Abdurrozzaaq dalam al-Mushonnaf 3/109 no. 4962

SANAD HADITS INI MUNKAR:

Dan dari jalur Khalid bin Da'laj dari Qotadah dari Anas bin Malik: 

صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ

 "Saya solat di belakang Rasulullah  lalu beliau ber-qunut, dan dibelakang 'Umar lalu dia ber-qunut dan di belakang 'Utsman lalu dia ber-qunut".

Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi di dalam kitab As-Sunan al-Kubra 2/202 dan Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadits wa Mansukhihi no.219.

Hadits di atas disebutkan oleh Al-Baihaqy sebagai pendukung untuk hadits Abu Ja'far ar-Roozy.

Tapi Ibnu Turkumanii dalam kitab "Al-Jauhar An-Naqiy" menyalahkan hal tersebut, beliau berkata:

"Perlu dilihat keadaan Khalid bin Da’laj apakah ia bisa dipakai sebagai syahid (pendukung) atau tidak: karena Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Ma'in dan Ad-Daruquthny melemahkannya.

Dan Ibnu Ma' in berkata di (kesempatan lain): " ليس بشيء" (tidak dianggap).

Dan An-Nasa`i berkata: ليس بثقة (tidak dipercaya). Dan tidak seorangpun dari pengarang Kutubus Sittah yang mengeluarkan Haditsnya.

Dan di dalam Mizaanul I’tidal (I/663) disebutkan bahwa Imam ad-Daraquthni memasukkannya dalam kelompok para perawi yang matruk [yakni: yang ditinggalkan haditsnya].

****

DALIL KE DELAPAN

Dari jalur Al-Hasan Al-Bashry, dari Anas bin Malik, beliau berkata,

قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ

“Rasulullah  berqunut demikian juga Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (perawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah denga mereka.”

Hadits ini telah diriwayatkan oleh: ad-Daruquthni dalam kitab as-Sunan: 2/166-167 no. 14/1679 cet. Darul Ma’rifah, dan al-Baihaqi Dalam kitab As-Sunan al-Kubra: 2/201, kemudian ia berkata: “Kami tidak dapat berhujjah dengan Isma’il al-Makki dan ‘Amr bin Ubaid.”

Al Qurthubi mengomentari hadits diatas:

”Yang kuat diperintahkan oleh Rasulullah  adalah berqunut, diriwayatkan Daruquthni dengan ISNAD YANG SHAHIH.” (Lihat: al-Badrul Munir 3/624)

BANTAHAN:

Hadits ini diriwayatkan dari Al-Hasan al-Bashri oleh dua orang rawi:

Pertama: 'Amru bin 'Ubaid.

Hadits-haditsnya disebutkan oleh Ath-Thohawy dalam Syarah Ma'ani Al Atsar 1/243, Ad-Daraquthny 2/40, Al-Baihaqi 2/202, Al-Khatib dalam Al Qunut dan dari jalannya Ibnul Jauzy meriwayatkannya dalam At-Tahqiq no.693 dan Adz-Dzahaby dalam Tadzkiroh Al Huffazh 2/494.

Dan 'Amru bin 'Ubaid ini adalah gembong kelompok sesat Mu'tazilah dan dalam periwayatan Hadits ia dianggap sebagai rawi yang matrukul hadits (ditinggalkan Haditsnya).

Kedua: Isma'il bin Muslim Al Makky, dikeluarkan oleh Ad-Da raquthny dan Al-Baihaqi. Dan Isma'il ini dianggap matrukul Hadits oleh banyak orang imam.

Keduanya telah meriwayatkan hadits yang kedua ini dari jalan Isma’il bin Muslim al-Makki dan Ibnu Ubaid (yang keduanya telah terima hadits ini) dari al-Hasan al-Bashri (yang telah terima hadits ini) dari Anas (bin Malik).

Baca: Tahdzibut Tahdzib. 

****

DALIL KE SEMBILAN:

Hadits Abu Hurairah ra:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فِيْ صَلاَةِ الصُّبْحِ فِيْ آَخِرِ رَكْعَةٍ قَنَتَ.

“Bahwa Rasulullah  apabila bangun dari ruku’ dalam shalat shubuh pada rakaat akhir, selalu membaca qunut.”

Hadits SHAHIH, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih al Jami’ ash Shaghir (2/862 no. 4730) dan dalam “سلسلة الأحاديث الصحيحة” no. 2071)

****

DALIL KE SEPULUH

Dari Abu Hurairah ra, berkata:

أَنَ رَسُولُ اللَّهِ - ﷺ - إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فَيَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ:

“اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ إنَّك تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ إنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ ".

“Bahwa Rosulullah  ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ sholat Shubuh pada rakaat ke dua, maka beliau berdoa:

Yang Artinya:

“Ya Allah berikanlah petunjuk kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk, Dan berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan, Dan peliharalah daku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan, Dan berilah keberkahan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau kuruniakan, Dan selamatkan aku dengan rahmat-Mu dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan, Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum, Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau angkat. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau".

Dan dalam riwayat al-Baihaqi terdapat kata-kata:

«فَلَكَ الحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ»

Artinya: " Maka segala puji bagi-Mu atas apa yang Engkau tentukan ".

Dan dalam riwayat ath-Thabraani terdapat tambahan kata-kata:

«ولا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ»

Artinya: Dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi,

(HR. Al-Haakim dlm al-Mustadrak 4/298, al-Baihaqi dlm “السنن الصغرى” 1/276 dan ath-Thabraani dlm “المعجم الأوسط” 7/23. Dan disebutkan pula dalam “سبل السلام” 1/186-187.

Hadits ini DI SHAHIHKAN OLEH AL-HAAKIM [al-Mustadrak 4/298].

Akan tetapi Ash-Shan'aani dalam Subulus Salaam 1/226-227 berkata:

فَفِيهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ وَلَا تَقُومُ بِهِ حُجَّةٌ وَقَدْ ذَهَبَ إلَى أَنَّ الدُّعَاءَ عَقِيبَ آخِرِ رُكُوعٍ مِنْ الْفَجْرِ سُنَّةُ جَمَاعَةٍ مِنْ السَّلَفِ، وَمِنْ الْخَلَفِ: الْهَادِي، وَالْقَاسِمُ، وَزَيْدُ بْنُ عَلِيٍّ، وَالشَّافِعِيُّ،

Di dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Sa'iid Al-Maqbari, dan dengannya tidak bisa dijadikan hujjah. Dan telah berpendapat bahwa doa [qunut] setelah ruku' yang terakhir dari shalat Shubuh adalah Sunnah Sejumlah dari para ulama salaf dan dari para ulama Kholaf: al-Haadii, al-Qoosim, Zaid bin Ali dan Asy-Syaafi'ii ". [Kutipan Selesai].

Dan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam at-Talkhish al-Habiir 1/607 [cet. Dar al-Kutub al-Ilmiyyah] berkata:

"قَالَ الْحَاكِمُ: صَحِيحٌ، وَلَيْسَ كَمَا قَالَ فَهُوَ ضَعِيفٌ لِأَجْلِ عَبْدِ اللَّهِ، فَلَوْ كَانَ ثِقَةً لَكَانَ الْحَدِيثُ صَحِيحًا، وَكَانَ الِاسْتِدْلَالُ بِهِ أَوْلَى مِنَ الِاسْتِدْلَالِ بِحَدِيثِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا الْوَارِدِ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ."

“Al-Hakim berkata: ' Ini hadits shahih ', namun tidak seperti yang dia katakan, yang benar hadits ini Dha'iif disebabkan adanya Abdullah [bin Sa'iid al-Maqbari]. Jika seandainya dia tsiqot [dipercaya], maka hadits ini shahih, dan berdalil dengannya akan lebih utama daripada berdalil dengan hadits al-Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma, yang disebutkan dalam Qunut al-Witr".

Dan Al-Dzahabi berkata dlam Mizan al-Itidal 2/429 no.4353:

وَقَالَ فِيهِ الْبُخَارِيُّ: تَرَكُوهُ.

“Dan Imam Bukhori berkata tentang Abdullah ini, mereka para ulama meninggalkannya".

Sisa Para Perawi lainnya adalah Tsiqoot [dipercaya].

Sekilas Jarh wa Ta'diil tentang Abdullah bin Sa'iid al-Maqbari:

[عبد الله بن سعيد المقبري: ضعفه شديد قال أحمد بن حنبل وعمرو بن علي منكر الحديث وقال يحيى بن سعيد استبان لي كذبه وقال يحيى بن معين ليس بشيء لا يكتب حديثه وقال النسائي وعلي بن الجنيد والدارقطني متروك وقال ابن حبان كان يقلب الأخبار ويهم في الآثار حتى يسبق إلى القلب أنه المتعمد لها].

[Abdullah bin Sa'id al-Maqburi: Kelemahannya sangat besar. Ahmad bin Hanbal dan 'Amr bin 'Ali menyatakan hadisnya sebagai munkar. Yahya bin Sa'id menyatakan bahwa dia sering berbohong. Yahya bin Ma'in mengatakan bahwa hadisnya tidak layak untuk dicatat. An-Nasa'i, Ali bin al-Junaid, dan Ad-Darqutni menyatakan bahwa dia matruk. Ibn Hibban menyatakan bahwa dia sering memutar balikkan berita dan kebingungan dalam riwayat hingga terjadi pemutar balikan bahwa dia sengaja melakukan hal itu].

****

DALIL KE SEBELAS:

Hadits Abu Harairah RA, beliau berkata:

لَأُقَرِّبَنَّ صَلَاةَ النبيِّ ﷺ، فَكانَ أبو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عنْه يَقْنُتُ في الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ مِن صَلَاةِ الظُّهْرِ، وصَلَاةِ العِشَاءِ، وصَلَاةِ الصُّبْحِ، بَعْدَ ما يقولُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَن حَمِدَهُ، فَيَدْعُو لِلْمُؤْمِنِينَ ويَلْعَنُ الكُفَّارَ.

“Sungguh akan aku contohkan sholatnya Nabi  ", maka Abu Hurairah ber Qunut pada rokaat terakhir di waktu sholat Dzuhur, Isya dan Shubuh setalah mengucapkan “سمع الله لمن حمده”, lalu dia berdoa kebaikan untuk orang-orang beriman dan melaknat orang-orang kafir.

(HR. Bukhori 1/204 no. 797 dan Muslim 2/935 no. 676)

****

DALIL KE DUA BELAS:

Hadits al-Barraa’ bin ‘Aazib  -radhiyallahu ‘anhu- :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ ، وَالْمَغْرِبِ

“Bahwa Rosulullah  Qunut di sholat Shubuh dan Maghrib”.

SHAHIH. (HR. Muslim No. 678, 1140, Abu Daud No. 1441, Nasaa’i 2/202, Ahmad 4/280, Ibnu Khuzaimah 1/312 No. 616 & 1098, ad-Daaruquthni 2/37 dan Abu Daud ath-Thoyaalisy No. 737).

Al-Imam an-Nawawi dalam al-Majmu' 3/505 berkata:

وَرَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَلَيْسَ فِي رِوَايَتِهِ ذِكْرُ الْمَغْرِبِ وَلَا يَضُرُّ تَرْكُ النَّاسِ الْقُنُوتَ فِي صَلَاةِ الْمَغْرِبِ لِأَنَّهُ لَيْسَ بِوَاجِبٍ أَوْ دَلَّ الْإِجْمَاعُ عَلَى نَسْخِهِ فِيهَا.

Abu Daud meriwayatkannya, namun dia tidak menyebutkan lafadz "وَالْمَغْرِبِ" [dan Maghrib].

Dengan demikian maka tidak mengapa meninggalkan qunut di shalat Maghrib karena memang tidak wajib atau ijma’ ulama telah di nasakh [dihapus] hukum tersebut.

****

DALIL KE TIGA BELAS:

Dari Abu al-Jahm, dari al-Bara' bin 'Aazib radhiyallahu 'anhu:

“أَنَّهُ قَنَتَ فِي الْفَجْرِ فَكَبَّرَ حِينَ فَرَغَ مِنَ الْقِرَاءَةِ وَكَبَّرَ حِينَ رَكَعَ ".

“Bahwa dia [al-Barraa] membaca Qunut saat sholat Shubuh, dan dia mengucapkan takbir ketika dia selesai membaca qunut, dan dia mengucapkan pula takbir ketika dia Ruku' ".

Diriwayatkan oleh Ibn Abi Shaybah (2/315): telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan.

Dan oleh Abdul Razzaq (4961) dari Al-Thawri, dan Ibnu Abi Shaybah (2/315): Kami diberitahu oleh Ibn Fudhayl, yang kedua-duanya meriwayatkannya dari Muthrif, dari Abu al-Jahm, dari al-Bara' bin al-'Aaazib  -radhiyallahu ‘anhu- :. dst.

DAN SANADNYA SHAHIH.

Ibnu Fudhail adalah Muhammad. Muthrif adalah Ibnu Thuraif. Dan Abu al-Jahm adalah Mawlaa al-Bara, Suleiman Ibnu al-Jahm.

DAN DIRIWAYATKAN PULA:

PERTAMA:

Oleh Al-Bayhaqi (2/206): telah mengkhabarkan kepada kami Abu Ali Al-Rudhbari, telah mengkhabarkan kepada kami Ismail bin Muhammad Al-Saffar, telah menceritakan kepada kami Abbas bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Qubaishah bin Uqbah, telah menceritakan kepada kami Sufyan.

Dan oleh ath-Thabari dalam Tahdziib al-Aathaar di Musnad Ibnu Abbas  -radhiyallahu ‘anhu-  no. (628): telah menceritakan kepada kami Ibnu Basyar, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abd al-Rahman.

Dan oleh Ibnu Abi Shaybah (235): telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, dari Sufyan, dari Muhaarib bin Diitsar, dari Ubaid bin Al-Baraa', dari Al-Bara bin 'Aazib -radhiyallahu ‘anhu- :

أَنَّهُ كَانَ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ

Bahwa dia biasa berqunut pada shalat Shubuh

Dan ISNADNYA SHAHIH.

KEDUA:

Oleh Al-Bayhaqi (2/198): telah mengkhabarkan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah mengkhabarkan kepada kami Al-Husein bin Al-Hasan bin Ayyub, telah menceritakan kepada kami Abu Hatim Ar-Raazi.

Dan oleh Al-Daraquthni (2/37): telah menceritakan kepada kami Al-Husein bin Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu Hatim Muhammad bin Idris Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Anas.

Dan Ath-Thabarani dalam Al-Awsath (9450): telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ishaq Al-Makhromi, telah menceritakan kepada kami Ali bin Bahr bin Barry, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Anas, telah menceritakan kepada kami Muthorrif bin Thuraif, dari Abu Al-Jahm, dari Al -Barra bin 'Aazib - semoga Allah meridhoinya -:

"أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ لَا يُصَلِّي صَلَاةً مَكْتُوبَةً إِلَّا قَنَتَ فِيهَا".

Bahwa Nabi  senantiasa tidak sekali-kali melakukan shalat fardhu kecuali beliau  berqunut di dalamnya.

Para perawi nya tsiqoot [dipercaya], tapi kandungan matan haditsnya SYADZ [شَاذ].

Uraian jarh wa ta'dil para perawinya, silahkan baca uraian berikut ini !!!:

[قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: لَمْ يُرَوِّ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ مُطَرَّفٍ إِلَّا مُحَمَّدُ بْنُ أَنَسٍ.

يَعْقُوبُ بْنُ إِسْحَاقَ الْمَخْرَمِيُّ، ضَعِفَهُ الدَّارِقُطْنِيُّ وَقَدْ تُوْبِعَ.

وَمُحَمَّدُ بْنُ أَنَسٍ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، تَرْجَمَ لَهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ فِي الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيْلِ فَقَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ هُوَ صَحِيْحُ الْحَدِيثِ، وَسُئِلَ أَبُو زُرْعَةَ عَنْهُ فَقَالَ: هُوَ كُوْفِيٌّ سَكَنَ الدِّيْنَارَ، ثِقَةٌ كَانَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى يُثْنِي عَلَيْهِ، وَذَكَرَهُ الْبُخَارِيُّ فِي التَّارِيْخِ الْكَبِيْرِ وَلَمْ يُذْكَرْ فِيهِ جَرْحًا وَلَا تَعْدِيْلًا. وَقَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ: صَدُوْقٌ يَغْرِبُ.

فَرَفَعَ الْحَدِيْثَ مُحَمَّدُ بْنُ أَنَسٍ وَخَالَفَهُ الثَّوْرِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ فَضِيْلٍ فَوَقَّفَاهُ عَلَى الْبَرَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَتَابَعَهُمَا مُحَارِبُ بْنُ دِيْثَارٍ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْبَرَاءِ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَوْقُوْفًا وَهُوَ الْمَحْفُوْظُ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْبَرَاءِ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.

قَالَ الذَّهَبِيُّ فِي تَنْقِيْحِ التَّحْقِيْقِ (1/236): " عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ، وَإِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى الْفَرَّاءُ قَالَا: نَا مُحَمَّدُ بْنُ أَنَسٍ،. تَفَرَّدَ بِهِ مُحَمَّدٌ"].

Al-Tabarani mengatakan bahwa hadis ini tidak diriwayatkan dari Mutarrif kecuali oleh Muhammad bin Anas.

Yakub bin Ishaq al-Makhrami dianggap lemah oleh Ad-Daraqutni , namun terdapat mutaba’ah dalam riwayatnya.

Muhammad bin Anas, yang merupakan mawla Umar bin al-Khattab radhiyallahu 'anhu, telah disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam jarh wa ta'dil bahwa ayahku pernah mengatakan bahwa hadisnya sahih.

Abu Zur'ah ditanya tentangnya dan dia mengatakan bahwa dia adalah seorang Kufi yang menetap di Dinar, dianggap sebagai tsiqah (tepercaya).

Al-Bukhari menyebutkan namanya dalam Al-Tarikh Al-Kabir tanpa menyebutkan adanya jarh (kritikan) atau ta'dil (pengesahan).

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa dia adalah saduq (terpercaya) tapi ghorib (ada sedikit kekhawatiran tentangnya).

Muhammad bin Anas meriwayatkan hadis tersebut, tetapi ditentang oleh Ath-Thawri dan Muhammad bin Fudail, yang memutuskan bahwa hadis tersebut dinyatakan mawquf (berhenti) pada Bara'ah radhiyallahu 'anhu. Mereka berdua diikuti oleh Muharib bin Dithar dari Ubaid bin Bara'ah dari ayahnya radhiyallahu 'anhu, juga dalam status mawquf, dan ini yang mahfudz (terjaga dengan baik) dari Ubaid bin Bara'ah dari ayahnya radhiyallahu 'anhu.

Adz-Dzahabi dalam Tadzkirat al-Huffazh (1/236) mengatakan, "Ali bin Bahr dan Ibrahim bin Musa al-Farrah mengatakan: Diceritakan kepada kami oleh Muhammad bin Anas.

Muhammad, dia tunggal (sendirian) dalam riwayat ini."

****

DALIL KE EMPAT BELAS :

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya:

Telah menceritakan kepada kami Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan bin Ishaq al-Bazzar di Baghdad berdasarkan naskah sama’nya yang ditulis oleh Abu al-Hasan ad-Daruquthni, (ia berkata): Telah memberitakan Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin Ishaq al-Fakihi di Makkah, (ia berkata): Telah menceritakan kepada kami Abu Yahya ‘Abdullah bin Ahmad bin Zakariya bin al-Haris bin Abi Masarrah (ia berkata): Telah mengabarkan kepada kami ‘Abd ‘al-Majid –yaitu Ibnu ‘Abd al-‘Aziz bin Abi Rawwad- dari Ibnu Juraid, (ia berkata): Telah menceritakan kepadaku ‘Abd ar-Rahman Ibnu Hurmuz bahwa Buraid Ibnu Abi Maryam telah menceritakan kepadanya dimana ia mengatakan:

Aku mendengar Ibnu ‘Abbas  -radhiyallahu ‘anhu- , berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- يُعَلِّمُنَا دُعَاءً نَدْعُو بِهِ فِى الْقُنُوتِ مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ:

"الَّلهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنَا فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَ وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ ".

Rosulullah  mengajari kami sebuah doa yang kami berdoa dengannya pada saat Qunut di sholat Shubuh:

Yang artinya: " Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kami sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk, Dan berilah kesehatan kepada kami sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan, Dan peliharalah kami sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan, Dan berilah keberkahan bagi kami pada apa-apa yang telah Engkau kuruniakan, Dan selamatkan kami dengan rahmat-Mu dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan, Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum, Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau angkat. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau".

(HR. Al-Baihaqi dlm “السنن الكبرى” 2/210. cetakan مكتبة دار الباز).

Dalam riwayat lain:

سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ، وَمُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ هُوَ ابْنُ الْحَنَفِيَّةِ بِالْخَيْفِ يَقُولَانِ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ وَفِي وِتْرِ اللَّيْلِ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ:

اللهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ.

Aku mendengar Ibnu ‘Abbas dan Muhammad ‘Ali, yaitu Ibnu al-Hanafiyah di al-Khaif [mesjid di Mina] mengatakan:

“Bahwa Nabi Muhammad  melakukan qunut dalam shalat subuh dan shalat witir malam dengan membaca kalimat-kalimat ini:

(Ya Allah, berilah aku petunjuk di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, dan berilah aku kesehatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan, berilah aku perlindungan di dalam golongan orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan, berkahilah aku dalam apa yang telah Engkau berikan kepadaku, dan lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang menetapkan dan tidak menjadi obyek ketetapan, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah mendekat kepadaMu, wahai Tuhanku, Maha Suci dan Maha Tinggi lah Engkau).”

[HR. al-Baihaqi 2/210 no. 3266, al-Faakihi dalam Haditsnya 1/18/1-2 dan ‘Abd ar-Razaq 3/108 no. 4957]

Kemudian Al-Imam Baihaqi berkata:

وَرَوَاهُ مَخْلَدُ بْنُ يَزِيدَ الْحَرَانِيُّ عَنْ ابْنِ جَرِيجٍ فَذَكَرَ رِوَايَةَ بَرِيدٍ مُرْسَلَةٍ فِي تَعْلِيمِ النَّبِيِّ ﷺ أَحَدَ ابْنَيْ ابْنَتِهِ هَذَا الدُّعَاءَ فِي وَتْرِهِ ثُمَّ قَالَ بَرِيدٌ: سَمِعْتُ ابْنَ الْحَنَفِيَّةِ وَابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولَانِ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَقُولُهَا فِي قُنُوتِ اللَّيْلِ.

وَكَذَلِكَ رَوَاهُ أَبُو صَفْوَانَ الْأُمَوِيُّ عَنْ ابْنِ جَرِيجٍ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُرْمُزَ.

وَقَالَ فِي حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ الْحَنَفِيَّةِ: فِي قُنُوتِ صَلَاةِ الصُّبْحِ. فَصَحَّ بِهَذَا كُلُّهُ أَنَّ تَعْلِيمَهُ هَذَا الدُّعَاءَ وَقَعَ لِقُنُوتِ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَقُنُوتِ الْوِتْرِ، وَأَنَّ بَرِيدًا أَخَذَ الْحَدِيثَ مِنَ الْوَجْهَيْنِ اللَّذَيْنِ ذَكَرْنَاهُمَا.

Dan diriwayatkan oleh Makhlad bin Yazid Al-Harraani dari Ibn Jurayj, dan dia menyebutkan sebuah riwayat Buraid secara mursal tentang pengajaran Nabi  doa qunut sholat witir ini kepada salah satu putra dari putrinya.

Kemudian Buraid berkata: Saya mendengar Ibnu al-Hanafiyyah dan Ibnu Abbas berkata: Rasulullah  biasa membacanya pada Qunut shalat Malam.

Dan begitu juga diriwayatkan oleh Abu Safwan Al-Umawi dari Ibn Juraij, akan tetapi dia berkata: Dari Abdullah bin Hurmuz.

Dan dia berkata dalam hadits Ibnu Abbas dan Ibnu al-Hanafiyyah:

فِي قُنُوتِ صَلَاةِ الصُّبْحِ.

"Pada qunut sholat shubuh".

Maka dengan demikian telah SHAHIH semua ini bahwa Nabi  mengajarinya doa qunut ini terjadi untuk qunut shalat subuh dan qunut shalat witir.

Dan bahwa Buraid ini telah mengambil hadits tsb dari dua sisi, sebagaimna yang telah kami sebutkan diatas ".

Al-Haafidz Ibnu Hajar berkata dalam “Nataa'ij al-Afkaar” (2/152):

"هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ أَخْرَجَهُ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ فِي "كِتَابِ قِيَامِ اللَّيْلِ" عَنْ عَمْرِو بْنِ عَلِيِّ الْفَلاَسِ عَنْ أَبِي عَاصِمٍ، عَنْ ابْنِ جُرَيجٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَالْمَتْنِ".

“Ini adalah hadits ghoriib yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashr dalam “Kitab Qiyaam al-Layl” dari Amr bin Ali al-Fallaas dari dari Abi 'Aashim, dari Ibnu Juraij dengan sanad dan matan ini …".

Derajat Hadits:

Dishahihkan oleh Imam Baihaqi seperti yang disebutkan diatas. Dan di hasankan oleh Ibnu Mulaqqin dan Baa Zamuul.

Akan tetapi di Dha'ifkan oleh Ibnu Hajar dan al-Albaani.

Ibnu al-Mulaqqin menyebutkan nya dalam Tuhfatul Muhtaaj 1/304, sanadnya Jayyid.

Syeikh Muhammad Umar Baa Zamuul dalam "الْأَحَادِيثُ وَالْآثَارُ الْوَارِدَةُ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ" hal. 21 berkata:

" وَابْنُ هُرْمُزَ ثِقَةٌ مَعْرُوفٌ، إِذَا كَانَ الْمَقْصُودُ عَبْدَالرَّحْمَنِ بْنُ هُرْمُزَ بْنِ كَيْسَانَ الْأَعْرَجِ ".

“Ibnu Hurmuz tsiqoh [dipercaya] dan masyhur, jika yang dimaksud adalah Abdur-Rahman bin Hurmuz bin Kiisan al-A'raj.

Lalu Baa Zamuul berkata:

“وَإِنْ كَانَ الْمَقْصُودُ هُوَ أَحَدُ الْمَذْكُورِينَ الْآخَرِينَ فَالطَّرِيقُ حَسَنٌ لِغَيْرِهِ فَقَطَّ؛ إِذْ تَشْهَدُ لَهُ الطَّرِيقُ الَّتِي بَعْدَهُ "

“Dan jika yang dimaksud adalah salah satu dari dua yang disebutkan, maka jalur sanad ini hanya HASAN lighoirihi, sebagaimana jalur yang menjadi syahid baginya yang disebutkan setelahnya.”

Lalu Baa Zamuul melanjutkan perkataannya:

فَإِنْ كَانَ ابْنُ هِرْمَزَ الْمَقْصُودُ فِي هَذَا الطَّرِيقِ هُوَ عَبْدَالرَّحْمَنُ الْأَعْرَجُ؛ فَالطَّرِيقُ لَا يَنْزِلُ عَنْ دَرَجَةِ الْحَسَنِ لِذَاتِهِ

“Jika Ibnu Hurmuz, yang dimaksudkan di jalur ini, adalah Abdur-Rahman al-A'raj, maka derajat jalur ini tidak turun di bawah peringkat al-Hasan Lidzaatihi.

Akan Tetapi Ibnu Hajar berkata dalam At-Talkhiis Al-Habiir (1/248):

" عَبْدُالرَّحْمَنِ بْنُ هُرْمُزَ لَيْسَ هُوَ الْأَعْرَجُ، يَحْتَاجُ إِلَى الْكَشْفِ عَنْ حَالِهِ؛ فَقَدْ رَوَاهُ أَبُو صَفْوَانَ الْأُمَوِيُّ عَنْ ابْنِ جُرَيجٍ فَقَالَ: عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هُرْمُزَ، وَالْأَوَّلُ أَقْوَى " اهـ

"Abdur-Rahman bin Hurmuz di sini bukan yang al-A'raj, dibutuhkan penelitian untuk mengungkap kondisinya. Abu Safwan Al-Umawi meriwayatkan dari Ibn Jurayj, lalu dia berkata: ' Abdullah bin Hormuz'. Dan yang pertama lebih kuat."

Dan Ibnu Hajar berkata:

"أَنَّ ابْنَ هِرْمَزَ هَذَا شَيْخٌ مَجْهُولٌ وَالْأَكْثَرُ أَنَّ اسْمَهُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ وَلَيْسَ هُوَ الْأَعْرَجُ الثِّقَةِ الْمَشْهُورِ صَاحِبُ أَبِي هُرَيْرَةَ".

“Bahwa Ibnu Hurmuz di sini adalah seorang syekh yang majhuul. Dan kebanyakan bahwa namanya adalah Abdur-Rahman, dan dia bukan al-A'raj yang tsiqoh Masyhur sahabat Abu Hurairah".

Dalam Bulughul Maram, Ibnu Hajar menyatakan:

" وَفِي سَنَدِهِ ضَعْفٌ"

[Dalam sanadnya terdapat kelemahan].

Dan Syeikh al-Albaani dalam kitab Irwa al-Gholil 2/174-175 berkata:

قُلْتُ: فِي الطَّرِيقِ إِلَى بُرِيدٍ مِنَ الْوَجْهِ الثَّانِي ابْنُ هِرْمَزَ وَقَدْ عَرَفْتُ حَالَهُ، وَفِيهِ ذِكْرُ الْقُنُوتِ فِي الصُّبْحِ دُونَ الطَّرِيقِ الْأُولَى الصَّحِيحَةِ، وَعَلَيْهِ فَالْقُنُوتُ فِي الصُّبْحِ بِهَذَا الدُّعَاءِ لَا يَصِحُّ عِنْدِي، وَاللَّهُ أَعْلَمُ.

وَلِلْحَدِيثِ طَرِيقٌ أُخْرَى عَنْ أَبِي الْحُرَيْرَاءَ مِثْلَ رِوَايَةِ بُرِيدٍ عَنْهُ. أَخْرَجَهُ الطَّبَرَانِيُّ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ الرَّكِينِ عَنْ أَبِي يَزِيدَ (كَذَا وَلَعَلَّهُ زَيْدٌ) الزَّرَّادُ عَنْهُ.

قُلْتُ: وَهَذَا سَنَدٌ ضَعِيفٌ عَلَتْهُ الرَّبِيعُ هَذَا وَهُوَ ابْنُ سَهْلِ بْنِ الرَّكِينِ، قَالَ الدَّارِقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُ: ضَعِيفٌ. وَقَالَ ابْنُ مَعِينٍ: لَيْسَ بِثِقَةٍ.

Aku katakan: " Dalam jalur sanad ke Buraid dari sisi kedua, terdapat Ibnu Hurmuz, dan anda tahu kondisi dia, dan di dalamnya dia menyebutkan Qunut di shalat shubuh, namun di jalur pertama yang shahih tidak menyebutkan kata " di waktu Shubuh ". Oleh karena itu, qunut dalam shalat subuh dengan doa ini tidak shahih menurut-ku. Wallaahu a'lam.

Memnag ada jalur lain, yaitu dari Abu al-Hauraa', sama seperti riwayat Buraid darinya. Itu diriwayatkan oleh ath-Thabarani dari ar-Rabi' ibn al-Rukain dari Abu Yazid (seperti ini, mungkin " Zaid " bukan Yaziid) al-Zarraad darinya.

Aku katakan: Ini adalah sanad yang lemah, ilatnya adalah ar-Rabi' ini, dan dia itu adalah Ibnu Sahel bin Al-Rukain. Ad-Daraqutni dan yang lainnya berkata: "Lemah". Ibnu Ma'in berkata: "Dia tidak dapat dipercaya"."

****

DALIL KE LIMA BELAS:

Dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbaas:

«مَا زَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا ».

“Rosulullah  masih terus berqunut hingga beliau meninggalkan dunia “.

[HR. Ibnu Jarir dalam Musnad Ibnu Abbaas 1/385].

Hadits ini di Shahihkan oleh Ibnu Jarir dalam Musnad Ibnu Abbaas 1/385

Dalam riwayat lain Ibnu Abbaas berkata:

صليتُ خلفَ رسولِ الله ﷺ حياتَهُ فكانَ يقنُتُ في صلاةِ الصبحِ حتى فارقَ الدنْيَا

Aku shalat di belakang Rasulullah , maka beliau biasa mengerjakan qunut di waktu subuh hingga beliau meninggal dunia. [Lihat: تنقيح التحقيق karya adz-Dzahabi 1/238].

Adz-Dzahabi dlam تنقيح التحقيق 1/238 berkata:

فِيهِ إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحُكْمِ بْنِ ظُهَيْرٍ: كَذَّبَهُ أَبُو حَاتِمِ

"Di dalamnya ada Ibrahim bin Al-Hakam bin Dzuhair: Abu Hatim menganggapnya pendusta".

****

DALIL KE ENAM BELAS:

Hadits al-‘Awaam bin Hamzah  -radhiyallahu ‘anhu- , dia berkata:

«سَأَلت أَبَا عُثْمَان عَن الْقُنُوت فِي الصُّبْح قَالَ: بعد الرُّكُوع. قلت:عَمَّن؟ قَالَ: عَن أبي بكر وَعمر وَعُثْمَان».

Aku bertanya kepada Abu Utsman tentang Qunut Shubuh? Maka beliau menjawab: “ Setelah Ruku'”. Lalu aku bertanya: “ Dari Siapa?”. Beliau menjawab: “ Dari Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman”.

(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam “قنوت الفجر قبل الركوع أو بعده” 2/60/1 & 2/312, Ahmad dlm “ سؤالات الأثرم” hal. 16 dan al-Baihaqi dlm As-Sunan al-Kubraa 2/202).

Imam al-Baihaqi berkata:

هَذَا إِسْنَادٌ حَسَنٌ وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ لَا يُحَدِّثُ إِلَّا عَنِ الثِّقَاتِ عِنْدَهُ.

"Hadits ini sanadnya HASAN. Dan Yahya bin Said tidak akan meriwayatkan hadits kecuali dari orang-orang yang tsiqoot menurutnya ".

[Lihat Kanzul 'Ummal 8/73 no. 21943]

Dan Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Umar dengan beberapa jalur. (al-Baihaqi 2/202)

Syeikh al-Albaani berkata: “وإسناده حسن [Dan Sanadnya Hasan]” (“إرواء الغليل” 2/164).

****

DALIL KE TUJUH BELAS:

Dari Abdur-Rahman bin Abzaa radhiyallahu 'anhu berkata:

صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ صَلَاةَ الصُّبْحِ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ بَعْدَ الْقِرَاءَةِ قَبْلَ الرُّكُوعِ.: اللَّهُمَ اِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنؤمِنُ بِكَ ونَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ ونُثْنِىْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ ونَشْكُرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ ونَخُلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يّفْجُرُكَ. اللَّهُمَّ اِيَّاكَ نَعْبُدُ ولَكَ نُصَلِّىْ وَنَسْجُدُ وَاِلَيْكَ نَسْعٰى ونَحْفِدُ ونَرْجُوْا رَحْمَتَكَ وَنَخْشٰى عَذَابَكَ اِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ

“Aku Sholat di belakang UMAR sholat SHUBUH, maka dalam QUNUT-nya dia berkata:

اللَّهُمَ اِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنؤمِنُ بِكَ ونَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ ونُثْنِىْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ ونَشْكُرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ ونَخُلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يّفْجُرُكَ. اللَّهُمَّ اِيَّاكَ نَعْبُدُ ولَكَ نُصَلِّىْ وَنَسْجُدُ وَاِلَيْكَ نَسْعٰى ونَحْفِدُ ونَرْجُوْا رَحْمَتَكَ وَنَخْشٰى عَذَابَكَ اِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ

“Ya Allah, kami mohon pertolongon dan petunjuk-Mu. Kami mohon ampun dan bertobat kepada-Mu. Kami beriman dan bertawakal kepada-Mu. Kami memuji segala kebaikan untuk-Mu. Kami bersyukur don tidak menyekutukan-Mu. Kami tinggalkan orang-orang yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami shalat dan sujud. Kami bergegas menjalankan perintah-Mu. Kami mohon rahmat-Mu dan takut siksa-Mu, karena siksa-Mu benar-benar nyata atas orang-orang kafir.”

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi 2/211, ath-Thohaawi dalam 
شَرْحُ مَعَانِي الْآثَارِ 1/250 dan Ibnu Jariir dalam Tahdziib al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbaas no. 612, 606, 597, 599, Ibnu Abi Syaibah 2/314 dan Abu 'Ubaid dalam Ghariib al-Hadits 3/374.

SHAHIH.

Dishahihkan oleh Al-Bayhaqi dan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam نَتَائِجُ الْأَفْكَارِ (2/150) dan Al-Albani dalam Al-Irwa (2/171).

Perhatian: lafadz dua riwayat Ibnu Jarir ath-Thobari dan ath-Thohawi adalah:

كَانَ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ قَبْلَ الرُّكُوعِ بِهَاتِينِ السُّورَتَيْنِ:

((اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكَافِرِينَ مُلْحَقٌ))

وَ((اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ، وَنُثْنِى عَلَيْكَ الْخَيْرَ وَلاَ نَكْفُرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْضَعُ لَكَ، وَنَخْلَعُ مَنْ يَكْفُرُكَ)).

Dalam Kanzul 'Ummaal 8/74 no. 21948 di sebutkan:

ابن أبي شيبة وابن الضريش في فضائل القرآن والبيهقي وصححه

"[Diriwayatkan] Ibnu Abi Syaibah, Ibnu adh-Dhoriis dalam Fadoo'il al-Qur'an dan Baihaqi serta menshahihkannya ".

Syeikh al-Albaani dlm kitab “إرواء الغليل ” 2/164-165 berkata:

وَإِسْنَادُهُ مِنَ الطَّرِيقِ الْأُولَى صَحِيحٌ، وَفِي الطَّرِيقِ الْأُخْرَى ابْنُ أَبِي لَيْلَى، مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَهُوَ سَيِّءُ الْحِفْظِ. لَكِنَّ فِي رِوَايَةٍ أُخْرَى عِنْدَ الطَّحَاوِيِّ مِنَ الطَّرِيقِ الْأُولَى أَنَّهُ قَنَتَ بِذَلِكَ قَبْلَ الرُّكُوعِ. وَرَوَى هُوَ - أَعْنِي الطَّحَاوِيَّ –

وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ (2/60/2 وَ61/1) مِنْ طُرُقٍ أُخْرَى عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ قَنَتَ فِي الْبَرِّ قَبْلَ الرُّكُوعِ. وَبَعْضُهَا صَحِيحُ الْإِسْنَادِ. وَرَوَى ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ مِثْلَهُ بِإِسْنَادَيْنِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ. وَكِلَاهُمَا صَحِيحٌ.

“Sanadnya dari jalur pertama itu Shahih. Adapun pada jalur lainnya terdapat Ibnu Abi Laila Muhammad bin Abdurrahman, dia itu buruk hafalannya. Akan tetapi dalam riwayat lainnya di ath-Thohawi dari jalur pertama bahwa dia Qunut dengan doa tsb sebelum Ruku’.

Dan dia juga – yakni ath-Thohawi – dan Ibnu Abi Syaibah (2/60/2 & 61/1) meriwayatkan dari jalur lain dari Umar bahw dia qunut di darat sebelum Ruku’. Sebagian SANADNYA SHAHIH.

Dan juga Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan doa qunut yang semisalnya dangan dua sanad dari Ibnu ‘Abbaas. Dan dua sanad tsb shahih semuanya “. 

****

DALIL KE DELAPAN BELAS:

Dari Abu Roofi’ maula Rosulullah , berkata:

صلَّيتُ خَلفَ عمرَ بنِ الخطَّابِ رَضِيَ اللهُ عنهُ، فقَنَتَ بعدَ الرُّكوعِ، ورفعَ يَديهِ وجَهَرَ بالدُّعاءِ

Aku sholat di belakang Umar bin al-Khoththob, maka beliau Qunut setelah Ruku, mengangkat kedua tangannya dan men-JAHAR-kan suara dengan doa “. (HR. Baihaqi dlm as-Sunan al-Kubroo 2/212 dan beliau menshahihkannya.

Di Shahihkan oleh An-Nawawi dalam al-Majmu' 3/507:

Syeikh ‘Utsaimin berkata:

" صَحَّ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ. وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَحَدُ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الَّذِينَ لَهُمْ سُنَّةٌ مُتْبَعَةٌ بِأَمْرِ النَّبِيِّ ﷺ، فَيَرْفَعُ يَدَيْهِ. "

Telah shahih dari Umar bin al-Khoththob. Dan Umar bin al-Khoththoob adalah salah satu Khulafaaur Roosyidiin yang bagi mereka Sunnah yang diikuti berdasarkan perintah Nabi , dan dia mengangkat kedua tangannya dalam doa qunut “. (Baca: “الشرح الممتع” 4/18)

****

DALIL KE SEMBILAN BELAS:

Dari Thariq bin Shihab radhiyallahu 'anhu, dia berkata:

((صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ رضي الله عنه صَلَاةَ الصُّبْحِ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ، كَبَّرَ ثُمَّ قَنَتَ، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ))

((Saya sholat subuh dibelakang Umar radhiyallahu 'anhu, dan ketika dia selesai membaca surat di rakaat kedua, maka dia bertakbir kemudian berqunut, kemudian bertakbir lalu Ruku')).

Diriwayatkan oleh Abdurrozzaaq no. 4979, ath-Thohaawi dalam شَرْحُ مَعَانِي الْآثَارِ1/250, Ibnu Abi Syaibah 2/315 dan Ibnu Jariir ath-Thobari dalam Tahdziib al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbaas no. 616, 613.

ISNADNYA SHAHIH:

Riwayat ini sanadnya shahih hingga Umar bin Khaththab.

Sufyaan Ats Tsawriy:

Dia adalah seorang tsiqat faqih ahli ibadah imam hujjah [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/371].

Mukhariq bin Khaliifah:

Dia adalah seorang yang tsiqat [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 2/165].

Thariq bin Syihaab Al-Ahmasiy:

Dia adalah ia seorang yang pernah melihat Nabi  tetapi tidak mendengar hadis darinya [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/447]

Berikut ini tambahan penjelasan tentang para perawinya:

[طَارِقُ بْنُ شَهَابٍ مِنْ صُغَارِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَبَقِيَّةُ رِوَاتِهِ مُحْتَجٌّ بِهِمْ.

وَمُخَارِقُ هُوَ أَبُو سَعِيدٍ الْأَحْمَسِيُّ الْكُوفِيُّ اخْتَلَفَ فِي اسْمِ أَبِيهِ. وَأَبُو بَكْرَةَ هُوَ بَكَارُ بْنُ قُتَيْبَةَ وَوَهْبُ هُوَ ابْنُ جَرِيرٍ وَمُؤْمَلُ هُوَ ابْنُ إِسْمَاعِيلَ وَفَهْدُ هُوَ ابْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ يَحْيَى وَإِسْرَائِيلُ هُوَ ابْنُ يُونُسَ وَأَبُو نُعَيْمٍ هُوَ الْفَضْلُ بْنُ دُكِينٍ.]

Tariq bin Shahab adalah salah satu dari para sahabat kecil -radhiyallahu ‘abhu-, dan sisa-para perawi nya bisa di jadikan hujjah. Mukhaariq adalah Abu Sa'id al-Ahmasi al-Kufi, namanya berbeda-beda dalam riwayat ayahnya. Abu Bakrah adalah Bakar bin Qutaibah, Wahb adalah Ibnu Jarir. Mu'mal adalah Ibnu Isma'il. Fahd adalah Ibnu Sulaiman bin Yahya. Isra'il adalah Ibnu Yunus. Dan Abu Na'im adalah al-Fadl bin Dukain.

****

DALIL KE DUA PULUH:

Imam Baihaqi berkata:

Telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdullah Al Haafizh dan Abu Sa’iid bin Abi ‘Amru keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abbaas Muhammad bin Ya’qub yang berkata telah menceritakan kepada kami Asiid bin ‘Aashiim yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Auf dari Abu ‘Utsman An Nahdiy yang berkata:

صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ سِتَّ سِنِينَ فَكَانَ يَقْنُتُ.

"Aku shalat di belakang Umar [radiallahu ‘anhu] selama enam tahun dan ia membaca Qunut”.

Dan riwayatnya Sulaiman At-Taimiy dari Abu Utsman:

أَنَّ عُمَرَ قَنَتَ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ

Bahwa Umar  -radhiyallahu ‘anhu-  membaca Qunut dalam shalat Shubuh [As-Sunan Al-Kubra Baihaqiy no 3240]

Riwayat Baihaqiy di atas sanadnya shahih hingga Umar, para perawinya tsiqat, berikut ini keterangan mengenai para perawinya

Abu ‘Abdullah Al-Haafidz:

Dia adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad bin Hamdawaih bin Nu’aim bin Al-Haakim Adh Dhaabiy. Al-Khatib menyebutkan bahwa ia adalah penduduk Naisabur seorang yang alim memiliki keutamaan dan seorang yang hafizh. Al-Khatib menyatakan bahwa ia adalah tsiqat [Tarikh Baghdad 3/93-94 no 1096]

Abu Sa’iid bin Abi ‘Amru:

adalah Muhammad bin Musa bin Fadhl bin Syadzaan seorang Syaikh tsiqat ma’mun [As Siyaar Adz Dzahabi 17/350]

Abul ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub Al Asham: adalah seorang Imam Muhaddis Musnad, Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah menyatakan ia tsiqat [As Siyaar Adz-Dzahabiy 15/453-458]

Asiid bin ‘Aashim Ats Tsaqafiy:

adalah seorang hafizh muhaddis imam, Ibnu Abi Hatim menyatakan ia tsiqat [As Siyaar Adz-Dzahabiy 12/379]

Sa’id bin ‘Aamir Al Bashriy:

Yahya bin Ma’in berkata tentangnya “tsiqat ma’mun”. Ahmad bin Hanbal berkata “aku tidak pernah melihat orang yang lebih utama darinya” [As Siyaar Adz-Dzahabiy 9/385]

Auf bin Abi Jamiilah:

Ahmad bin Hanbal berkata “tsiqat shalih al hadits” Yahya bin Ma’in berkata tsiqat. Abu Hatim berkata shaduq shalih. Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan Hadits” [Tahdzib At-Tahdzib Ibnu Hajar 8/148 no 302]

Abu Utsman An Nahdiy:

Abu Hatim, Abu Zur’ah, Nasa’i, Ibnu Khirasy, Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat [Tahdzib At-Tahdzib Ibnu Hajar 6/249-250 no 549]

****

DALIL KE DUA PULUH SATU

Dari Zaid bin Wahb:

((أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَنَتَ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ قَبْلَ الرُّكُوعِ))

((Bahwa Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu, melakukan qunut dalam shalat subuh sebelum ruku)).

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/313 dan Ibnu Jariir ath-Thobari dalam Tahdziib al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbaas no. 614.

SANADNYA DHA'IF.

Ibnu Hajar berkata dalam Al-Taqriib:

يَزِيدُ بْنُ أَبِي زِيَادَ الْهَاشِمِيُّ ضَعِيفٌ كَبِيرٌ فَتَغَيَّرَ وَصَارَ يَتَلْقَّنُ، وَقَدْ اضْطُرِبَ فِي لَفْظِهِ، وَبَقِيَّةُ رِوَاتِهِ ثِقَاتٌ.

Yazid bin Abi Ziyad Al-Hashimi lemah, dia telah menjadi tua, maka hafalan dia berubah terbata-bata dan labil dalam pengucapannya. Dan perawi lainnya dapat dipercaya.

****

DALIL KE DUA PULUH DUA

Dari Ibnu Mughaffal, dia berkata:

((إنَّ عُمَرَ وَعَلِيًّا وَأَبَا مُوسَى قَنَتُوا فِي الْفَجْرِ قَبْلَ الرُّكُوعِ))

((Sesungguhnya, Umar, Ali dan Abu Musa melakukan qunot saat shalat Shubuh sebelum rukuk))

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad [
تنقيح التحقيق oleh Adz-Dzahabi (1/245)] - dan Ibn Abi Shaybah (2/313)

SANADNYA DHA'IF.

Dalam sanadnya ada Al-Hajjaj bin Artho'ah, dia itu Soduuq, banyak kesalahan dan tadliis.

****

DALIL KE DUA PULUH TIGA

Dari Wuhaib dari al-Hasan al-Bashri dari Abu Roofi' ibnu Roofi' ash-Shoo'igh:

أَنَّ عُمَرَ، رضي الله عنه قَنَتَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ الرُّكُوعِ

“Bahwa Umar -radhiyallahu ‘anhu- melakukan qunut pada shalat subuh setelah rukuk".

Di riwayatkan oleh al-Baihaqi 2/208. SANADNYA SHAHIH.

Dari Qatada, dari al-Hasan dan Bakr bin Abdullah, keduanya dari Abu Rafi’:

صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه فَقَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَجَهَرَ بِالدُّعَاءِ

Saya shalat di belakang Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu, dan setelah ruku, dia mengangkat kedua tangannya dan membaca doa dengan mengeraskan suara.

Di riwayatkan oleh al-Baihaqi 2/212.

SANADNYA HASAN.

Berikut ini uraian tentang para perawinya:

[[عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءَ الْخَفَّافِ أَخْرَجَ لَهُ مُسْلِمٌ، قَالَ الذَّهَبِيُّ: صَدُوقٌ وَوَثَّقَهُ يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ وَالدَّارِقُطْنِيُّ وَذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي ثِقَاتِهِ، وَقَالَ أَحْمَدُ: ضَعِيفُ الْحَدِيثِ مُضْطَرِبٌ، وَقَالَ الْبُخَارِيُّ: لَيْسَ بِالْقَوِيِّ عِنْدَهُمْ، وَقَالَ النَّسَائِيُّ: لَيْسَ بِالْقَوِيِّ، وَسَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ مُخْتَلَطٌ لَكِنْ سَمِعَ عَبْدَ الْوَهَّابِ بْنَ عَطَاءٍ مِنْهُ قَبْلَ الْاخْتِلَاطِ، وَبَقِيَّةُ رِوَاتِهِ ثِقَاتٌ.

وَأَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ هُوَ الْحَاكِمُ، وَبَكْرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ هُوَ الْمُزَّنِيُّ]].

Abdul Wahhab bin 'Ata' al-Khaffaf diriwayatkan haditsnya oleh Muslim. Adz-Dzahabi mengatakan dia adalah seorang yang jujur dan dipercayai oleh Yahya bin Ma'in dan Ad-Darqutni, dan disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab “Tsiqat”-nya.

Ahmad mengatakan dia lemah dalam haditsnya dan mudl-thorib (ada kelabilan).

Al-Bukhari mengatakan dia bukanlah yang kuat di mata mereka.

Dan An-Nasa'i juga mengatakan dia bukanlah yang kuat.

Sa’id bin Abi Arubah disebutkan bahwa hafalannya campur aduk (semrawut), tetapi mendengar dari Abdul Wahhab bin 'Ata' sebelum hafalannya campur aduk, dan sisa para perawinya adalah orang-orang yang tepercaya.

Abu Abdullah al-Hafiz adalah al-Hakim. Sementara Bakr bin Abdullah adalah al-Muzani.

****

DALIL KE DUA PULUH EMPAT

Ibnu Jarir ath-Thobary berkata:

Kami diberitahu oleh Ibnu Basyar, dia berkata: Muhammad Ibnu Abdullah Al-Anshari memberi tahu kami, dia berkata: Sa'id memberi tahu kami, dari Qotadah, dari Bakr bin Abdullah Al-Muzni, dari Abu Rafi', dia berkata:

قَنَتَ عُمَرُ رضي الله عنه فِي الصُّبْحِ وَأَسْمَعَنَا ذَلِكَ

“Umar radhiyallahu ‘anhu berqunut, di shalat Shubuh, dan dia memperdengarkan itu pada kami ”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jariir ath-Thobari dalam Tahdziib al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbaas no. 584.

SANADNYA SHAHIH.

رُوَاتُهُ ثِقَاتٌ: وَرَوَايَةُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَةَ فِي مُسْلِمٍ فَتُحْتَمَلُ أَنَّهَا قَبْلَ الْاخْتِلَاطِ

Para perawinya dapat dipercaya. Karena riwayat Muhammad bin Abdullah Al-Anshari dari Sa'id bin Abi 'Aruubah ada dalam Shahih Muslim, maka ada kemungkin meriwayatkannya sebelum hafalannya campur aduk, wallaahu a'lam.

****

DALIL KE DUA PULUH LIMA

Dari Abdul-Karim bin Abi al-Mukhaariq, dia berkata:

“رَأَيْتُ الْحَسَنَ لَقِيَ أَبَا رَافِعٍ الصَّائِغَ، فَقَالَ: إِنِّي بَيْنَهُمَا، فَقَالَ الْحَسَنُ: الْقُنُوتُ قَبْلَ الرُّكُوعِ، فَقَالَ أَبُو رَافِعٍ: لَا بَعْدَ الرُّكُوعِ، فَعَلَنَا مَعَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ الْحَسَنُ: كَمْ؟ قَالَ: شَهْرَيْنِ، قَالَ أَبُو رَافِعٍ: بَلْ سَنَتَيْنِ، قَالَ: وَأَشَارَ عَبْدُ الْكَرِيمِ بِإِصْبَعِهِ يَعْنِي فِي الصُّبْحِ ".

Saya melihat al-Hasan bertemu Abu Rafi' ash-Shaa'igh, dan dia berkata: Sesungguhnya saya berada di antara mereka berdua. Maka Al-Hasan bertanya: apakah Qunut itu sebelum ruku.

Abu Rafi' menjawab: Tidak, setelah ruku'. Kami lakukan bersama Umar, semoga Allah meridhoinya.

Al-Hassan bertanya: Berapa lama? Dua bulan?. Abu Rafi' menjawab: "Melainkan dua tahun".

Dia berkata: Abdul-Karim mengisyaratkan dengan jarinya, yakni dalam shalat shubuh".

Dan SANADNYA LEMAH.

عَبْدُ الْكَرِيمِ بْنُ أَبِي الْمُخَارِقِ، الْمُعَلِّمُ الْبَصْرِيُّ، ضَعِيفٌ، قَالَ أَيُّوبُ: لَيْسَ بِثِقَةٍ، وَضَعَّفَهُ ابْنُ مَعِينٍ وَابْنُ عَيِّينَةَ، وَذَكَرَ الْقُنُوتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ تَابَعَهُ عَلَيْهِ وَهِيَبُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ الْحَسَنِ فِي رِوَايَةِ الْبَيْهَقِيِّ.

Abd al-Karim bin Abi al-Mukhaariq al-Mu'allim al-Bashry adalah lemah. Ayyub berkata: Dia tidak dapat dipercaya. Ibnu Ma'iin dan Ibnu Uyaynah menganggapnya Dha'if. Dan dia menyebutkan Qunut setelah ruku'. Namun ada mutaaba'ah dari Wuhaib dari al-Hasan, dalam riwayat al-Baihaqi.

****

DALIL KE DUA PULUH ENAM

Ath-Thahawi meriwayatkan dalam شَرْحُ مَعَانِي الْآثَارِ (1/250):

Kami diberitahu oleh Abu Bakar, dia berkata: Kami diberitahu oleh Abu Dawud, dia berkata: Hammam memberi tahu kami, dari Qatada, dari Abu Rafi', dia berkata:

صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه صَلَاةَ الصُّبْحِ، فَقَرَأَ بِالْأَحْزَابِ، فَسَمِعْتُ قُنُوتَهُ، وَأَنَا فِي آخِرِ الصُّفُوفِ

((Saya sholat subuh di belakang Umar Ibnu Al-Khattab radhiyallahu 'anhu. Maka dia membaca surat al-Ahzaab, dan saya mendengar QUNUT-nya, dan saya berada di Shaff terakhir)).

Derajat atsar:

مُنْقَطِعٌ وَرُوَاتُهُ ثِقَاتٌ. وَتَقَدَّمَ مِنْ رِوَايَةِ قَتَادَةَ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي رَافِعٍ، أَبُو بَكْرَةَ هُوَ بَكَارُ بْنُ قُتَيْبَةَ وَأَبُو دَاوُدَ هُوَ الطَّيَّالِسِيُّ.

Sanad nya terputus [منقطع], namun para perawinya tsiqoot [dipercaya]. Seperti yang telah lalu dari riwayat Qotadah dari al-Hasan dari Abu Rafi’ Abu Bakar, dia adalah Bakr ibnu Qutaybah. Dan Abu Dawud, dia adalah ath-Thoyaalisi.

****

DALIL KE DUA PULUH TUJUH

Abdur-Razzaq dalam al-Mushannaf no. (4980) meriwayatkan dari Muhammad bin Rasyid, dari Sa'iid bin Abi 'Aruubah, dari Qatadah, dari Abu Rafi’ dan Abu Qatadah, dia berkata:

((صَلَّيْنَا خَلْفَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْفَجْرَ فَقَنَتْ بَعْدَ الرُّكُوعِ))، قَالَ أَحَدُهُمَا: ((رَفَعَ يَدَهُ))، وَقَالَ الْآخَرُ: ((لَمْ يَرْفَعْ يَدَهُ))

“Kami shalat dibelakang Umar radhiyallahu 'anhu, shalat Shubuh, maka dia berqunut setelah ruku'. Salah seorang dari mereka berkata: "Dia mengangkat tangannya." Dan yang lain berkata: "Dia tidak mengangkat tangannya."

Derajat atsar:

مُنْقَطِعٌ وَرُوَاتُهُ ثِقَاتٌ. تَقَدَّمَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي رَافِعٍ وَسَعِيدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَةَ مُخْتَلَطٌ، وَهَلْ سَمِعَ مِنْهُ مُحَمَّدُ بْنُ رَاشِدٍ قَبْلَ الْاخْتِلَاطِ أَوْ بَعْدَهُ؟ اللَّهُ أَعْلَمُ.

Sanad nya terputus [منقطع], namun para perawinya tsiqoot [dipercaya]. Seperti yang telah lalu dari Qatadah, dari Al-Hassan, dari Abu Rafi’, dan Sa'idd bin Abi Orobah, hafalannya sudah bercampur aduk, dan apakah Muhammad bin Rasyid mendengar darinya sebelum hafalannya kacau balau atau sesudahnya?

****

DALIL DUA PULUH DELAPAN

Abdur-Razzaq dalam al-Mushannaf no. (4968) meriwayatkan dari Muammar, dari Ali bin Zaid bin Jad'aan, dari Abu Rafi', yang berkata:

صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَر بن الخَطَّاب رضي الله عنه الصُّبْحَ فَقَنَتَ بعْدَ الرُّكًوْعِ قَالَ: فَسَمِعْتُه يَقُوْلُ:

((اللَّهُمَ اِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنؤمِنُ بِكَ ونَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ ونُثْنِىْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ ونَشْكُرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ ونَخُلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يّفْجُرُكَ.

اللَّهُمَّ اِيَّاكَ نَعْبُدُ ولَكَ نُصَلِّىْ وَنَسْجُدُ وَاِلَيْكَ نَسْعٰى ونَحْفِدُ ونَرْجُوْا رَحْمَتَكَ وَنَخْشٰى عَذَابَكَ اِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ.

اللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ، وَأَلْقِ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ، وَخَالِفْ بَيْنِ كَلِمَتِهِمْ، وَأَنْزِلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ.

اللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ أَهْلَ الْكِتَابِ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَاجْعَلْ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ، وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ نَبِيِّكَ، وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوَفُّوا بِالْعَهْدِ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، إِلَهَ الْحَقِّ، وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ))

Saya shalat di belakang Umar bin Al-Khattab ra, shalat Shubuh, maka dia melakukan QUNUT setelah rukuk. Dia berkata: Saya mendengar dia mengucapkan doa:

“Ya Allah, kami mohon pertolongon dan petunjuk-Mu. Kami mohon ampun dan bertobat kepada-Mu. Kami beriman dan bertawakal kepada-Mu. Kami memuji segala kebaikan untuk-Mu. Kami bersyukur don tidak menyekutukan-Mu. Kami tinggalkan orang-orang yang durhaka kepada-Mu.

Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami shalat dan sujud. Kami bergegas menjalankan perintah-Mu. Kami mohon rahmat-Mu dan takut siksa-Mu, karena siksa-Mu benar-benar nyata atas orang-orang kafir.”

Ya Allah, siksalah orang-orang kafir, dan lemparkan ke dalam hati mereka rasa ketakutan, dan pecah belahlah di antara kalimat-kalimat mereka. Dan turunkan kepada mereka siksaan-Mu dan azab-Mu.

Ya Allah, siksalah orang-orang kafir, Ahli Kitab, yang menghalangi dari jalan-Mu, dan mereka yang mengingkari rasul-rasul-Mu dan memerangi wali-wali-Mu.

Ya Allah, ampunilah para laki-laki yang beriman, dan para wanita yang beriman, para kaum muslimin dan para muslimat. Damaikanlah di antara mereka, satukanlah hati mereka, dan tempatkanlah dalam hati mereka rasa keimanan dan hikmah.

Dan kokohkanlah mereka pada agama Nabi-Mu, dan sebarkanlah pada mereka kemampuan untuk memenuhi perjanjian yang telah Kau adakan perjanjian dengan mereka terhadapnya, dan menangkanlah mereka pada musuh-Mu, dan musuh mereka, Tuhan Yang Haq, dan jadikanlah kami bagian dari mereka!

Abdur-Razzaq berkata:

ولو كنتُ إمامًا قلتُ هذا القول، ثم قلتُ: اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ

Jika aku seorang imam, maka aku akan mengucapkan doa ini, lalu aku mengucapkan doa: "Ya Allah, beri kami petunjuk seperti hal nya seseorang yang telah Engkau beri petunjuk".

Derajat atsar:

وإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ. عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ ضَعِيفٌ مِنْ جِهَةِ حِفْظِهِ، قَالَ ابْنُ حِبَّانَ: يَهِمُّ وَيَخْطُئُ فَكَثُرَ ذَلِكَ مِنْهُ فَاسْتَحَقَّ التَّرْكُ..

SANADNYA LEMAH.  Ali bin Zaid lemah dari segi hafalannya. Ibnu Hibban berkata: Dia berilusi dan membuat kesalahan, maka dia banyak melakukan hal itu, oleh karena iti dia pantas untuk ditinggalkan.

****

DALIL KE DUA PULUH SEMBILAN

Ibnu Jariir ath-Thobari dalam Tahdziib al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbaas no.591 meriwayatkan:

Hamid mengatakan kepada kami, dia berkata: Kami diberitahu oleh Bishr bin Al-Mufaddal.

Dan pada no (594) Ibnu Jarir berkata pula: Ya'qub mengatakan kepada saya, dia berkata: Ismail mengatakan kepada kami bahwa dia meriwayatkan dari Suleiman bin Thorkhon Al-Taymi, dari Abu Utsman:

أَنَّ عُمَرَ - رضي الله عنه - قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ

“Bahwa Umar radhiyallahu 'anhu berQunut setelah ruku' di shalat Subuh"

Derajat Atsar:

وإسناده صَحِيحٌ. إِسْمَاعِيلُ هُوَ ابْنُ عَلِيَّةَ وَيَعْقُوبُ هُوَ الدَّوْرَقِيُّ.

Dan SANADNYA SHAHIH. Ismail adalah Ibnu Aliah, dan Yakub, dia adalah Al-Dawroqi

****

DALIL KE TIGA PULUH

Ibnu Abi Shaybah dalam al-Mushonnaf (2/316) meriwayatkan dengan sanadnya: Yahya bin Sa'iid Al-Qattan telah menceritakan pada kami:.

Dan Al-Bukhori dalam kiatb رفع اليدين [Mengangkat Dua Tangan no. 161] meriwayatkan dengan sanadnya: " Musaddad memberi tahu kami, Yahya bin Sa'iid memberi tahu kami.:

Dan Ibnu Abi Shaybah dalam al-Mushonnaf (2/316) meriwayatkan dengan sanadnya: Telah memberi tahu kami Waki`, dari SUFYAN.:

Dan Al-Bukhari dalam kiatb رفع اليدين [Mengangkat Dua Tangan no. 161] meriwayatkan dengan sanadnya: Telah memberi tahu kami Qabisah dari SUFYAN.:

Kedua-duanya meriwayatkannya dari Ja`far bin Maymuun al-Anmaathiy, dari Abu Utsman, dia berkata:

أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ بِنَا بَعْدَ الرُّكُوعِ وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ [فيِي قُنُوْتِ الفَجْر] حَتَّى يَبْدُوَ ضَبْعَاهُ وَيُسْمَعَ صَوْتُهُ مِنْ وَرَاءِ الْمَسْجِدِ

 “Bahwa Umar -radhiyallahu ‘anhu- melakukan Qunut bersama kami setelah ruku', dia mengangkat kedua tangannya [dalam qunut Shubuh] sehingga nampak dua lengan atasnya dan suaranya terdengar hingga dari belakang masjid ".

Dalam lafadz riwayat SUFYAN:

“أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رَفَعَ يَدَيْهِ فِي قُنُوتِ الْفَجْرِ ".

“Bahwa Umar  -radhiyallahu ‘anhu-  mengangkat kedua tangannya dalam qunut Shubuh ".

Derajat atsar:

وإسناده حَسَنٌ. جَعْفَرُ بْنُ مَيْمُونٍ قَالَ عَنْهُ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ: صَدُوقٌ يَخْطُئُ، وَبَقِيَّةُ رُوَاتِهِ ثِقَاتٌ. قُبَيْصَةُ هُوَ ابْنُ عَقْبَةَ.

Dan SANADNYA HASAN. Adapun Ja'far bin Maimun, maka Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata tentang dia: Saduuq terkadang membuat kesalahan, sementara sisa perawi lainnya adalah tsiqoot [dapat dipercaya]. Qubaishah adalah Ibnu 'Uqbah.

****

DALIL KE TIGA PULUH SATU

Ath-Thobari dalam Tahdziib Al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu no. (600) meriwayatkan dengan sanadnya: Amr bin Ali Al-Baahiliy memberi tahu kami, dia berkata: Sa'iid bin 'Aamir memberi tahu kami.:

Dan Ath-Thobari meriwayatkan pula lewat jalur lain no. (601): Amr bin Ali memberi tahu kami, dia berkata: Ibnu Abi 'Adiy memberi tahu kami, mereka berkata: Hisyam bin Hasan memberi tahu kami, dari Ibnu Siirin, dari Ma`bad bin Siirin, dia berkata:

“صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ صَلَاةَ الصُّبْحِ. ، فَقَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ بِالسُّورَتَيْنِ"

Aku shalat di belakang Umar Ibn Al-Khattab radhiyallahu 'anhu, shalat subuh, maka dia berqunut setelah rukuk, dengan dua surah.

Perhatian: Tidak ada dalam riwayat Muhammad bin Ibrahim bin Abi 'Adiy, kata ((بَعْدَ الرُّكُوعِ/Setelah ruku')).

Derajat Atsar:

وإسناده صَحِيحٌ. هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ أَثْبَتَ النَّاسَ فِي مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ.

Dan SANADNYA SHAHIH. Hisyam bin Hasan orang yang paling kokoh dalam meriwayatkan dari Muhammad bin Siirin.

****

DALIL KE TIGA PULUH DUA

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf mengatakan:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا مَسْعَرُ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَيْسَرَةَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، قَالَ: رُبَّمَا قَنَتَ عُمَرُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ.

Wakie memberi tahu kami, dia berkata: Mas`ar memberi tahu kami atas otoritas Abd al-Malik bin Maysarah dari Zaid bin Wahb, beliau berkata:

“Terkadang Umar ber qunut pada sholat Shubuh “.

(Baca: al-Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah 2/140 no. 7006)

SANADNYA SHAHIH:

Riwayat Zaid bin Wahb sanadnya shahih hingga Umar.

Waki’ bin Jarrah adalah seorang tsiqat hafizh ahli ibadah [Taqrib At-Tahdzib Ibnu Hajar 2/283-284].

Mas’ar bin Kidaam seorang yang tsiqat tsabit memiliki keutamaan [Taqrib At-Tahdzib Ibnu Hajar 2/176].

‘Abdul Malik bin Maisarah Al HilaAli seorang yang tsiqat [Taqrib At-Tahdzib Ibnu Hajar 1/621].

Zaid bin Wahb Al Juhaniy adalah seorang mukhadhramun yang tsiqat jaliil [Taqrib At-Tahdzib Ibnu Hajar 1/225].

****

DALIL KE TIGA PULUH TIGA

Dalam kitab: الجامع الصحيح للسنن والمسانيد karya Shuhaib Abdul Jabbaar 28/228, doa-doa qunut Shubuh Umar  -radhiyallahu ‘anhu-  yang terdapat dalam Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah dan Mushonnaf Abdur Rozzaq di kumpulkan jadi satu, yaitu sbb:

Dari Ibn Jurayj, dia berkata: Athoo' mengatakan kepada saya bahwa dia mendengar 'Ubaid bin 'Umair), Dia berkata:

“Saya mendengar Umar  -radhiyallahu ‘anhu-  ber Qunut pada shalat Shubuh dengan mengucapkan doa [2]:

(بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ) [3].

(وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ, وَنُثْنِي عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ) [4].

(وَلَا نَكْفُرُكَ، وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ) [5].

(ثُمَّ قَرَأَ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ) [6]

(اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، اللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ, الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ، اللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ، وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ، وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ) [7]

(قَالَ: وَسَمِعْتُ عُبَيْدَ بْنَ عُمَيْرٍ يَقُولُ: الْقُنُوتُ قَبْلَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنَ الصُّبْحِ) [8].

(Dia berkata: Dan aku mendengar Ubaid bin 'Umair berkata: Qunut sebelum rakaat terakhir pada shalat Shubuh.)

TAKHRIIJ DAN SUMBER:

[1] Mushonnaf Abdurrozzaaq no. 4969.

[2] Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah no. 7031.SHAHIH. Dishahihkan al-Albaani dalam Irwaa al-Gholiil di bawah no. 428.

[3] Mushonnaf Abdurrozzaaq no. 4969.

[4] Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah no. 7031

[5] Mushonnaf Abdurrozzaaq no. 4969.

[6] Mushonnaf Abdurrozzaaq no. 4969 dan Mushonnaf Abdurrozzaaq no. 4969.

[7] Mushonnaf Abdurrozzaaq no. 4969 dan Sunan Kubro al-Baihaqi no. 2962.

[8] Mushonnaf Abdurrozzaaq no. 4969.

PENGGABUNGAN RIWAYAT QUNUT-NYA UMAR  -radhiyallahu ‘anhu- :

Menggabungkan riwayat Qunut Umar, semoga Allah meridhoinya, sebelum dan sesudah ruku’:

Telah Shahih dari Umar -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa dia qunut pada shalat subuh sebelum dan sesudah ruku', maka ini menunjukkan bahwa kedua-duanya diperbolehkan. Wallaahu a'lam.

Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata:

وَهُوَ مَحْمُولٌ عَلَى أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يَقْنُتُ تَارَةً قَبْلَ الرُّكُوعِ وَتَارَةً بَعْدَهُ.

Dan itu bisa dipahami bahwa Umar -radhiyallahu ‘anhu-, biasa melakukan qunut kadang-kadang sebelum ruku dan kadang-kadang sesudahnya. [Baca: نَتَائِجُ الْأَفْكَارِ (2/150)]

****

DALIL KE TIGA PULUH EMPAT

Al-Imam Ibnu Mulaqqiin dlam al-Badr al-Muniir 3/620 berkata:

وَرَوَى أَيْضا عَن عبد الله بن مَعْقِل (بِفَتْح الْمِيم) وَإِسْكَان الْعين الْمُهْملَة وَكسر الْقَاف – التَّابِعِيّ قَالَ: (قنت عَلّي رَضِيَ اللَّهُ عَنْه فِي الْفجْر). قَالَ الْبَيْهَقِيّ: هَذَا عَن عَلّي صَحِيح مَشْهُور.

Dan al-Baihaqi meriwayatkan pula dari Abdillah bin Ma’qil, seorang Tabi’in, dia berkata:

(قنت عَلّي رَضِيَ اللَّهُ عَنْه فِي الْفجْر)

“Ali -rodhiyallahu ‘anhu- melakukan qunut subuh".

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi, dan dia berkata: hadits ini dari sahabat Ali: SHOHIH MASYHUR “.

(Lihat pula: “المجموع شرح المهذب” karya al-Imam an-Nawaawi 3/484)

****

DALIL KE TIGA PULUH LIMA

Atsar Ali Bin Abi Thalib. Dari Abdullah Ibnu Ma'qil.

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf meriwayatkan dengan sanadnya: dari Abdullah bin Ma'qil, dia berkata:

قَنَتَ فِي الْفَجْرِ رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ: عَلِيٌّ وَأبُوْ مُوْسَى ".

Telah mengamalkan qunut Shubuh dua orang dari para sahabt Nabi , yaitu Ali dan Abu Musa. (Lihat Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah No. 7002)

Lafadz lain dari Ibnu Ma'qil, dia berkata:

أَنَ رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ يَقْنُتَانِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ، عَلِيٌّ، وَأَبُو مُوسَى رضي الله عنهما

((Bahwa ada dua orang sahabat Nabi  biasa melakukan qunut pada shalat subuh, Ali dan Abu Musa, semoga Allah meridhoi mereka berdua)).

SANADNYA SHAHIH :

TAKHRIIJ AL-ATSAR:

Ath-Thobari dalam Tahdziib Al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu no. (617) meriwayatkannya dengan sanadnya:

Hamid bin Mas'adah al-Saami memberi tahu kami, dia berkata: Yazid bin Zurai' memberi tahu kami, dia berkata: Syu'bah memberi tahu kami, dari Al-Hakam bin 'Utaibah, dari Abdullah bin Ma'qil:.

Dan Ibnu Abi Shaybah dalam al-Mushonnaf (2/311): Telah memberi tahu kami Waki', dia berkata: Sufyan memberi tahu kami:.

Dan Ath-Thobari dalam Tahdziib Al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu no. (618):

Ibnu Basyaar memberi tahu kami, dia berkata: Abdur Rahman memberi tahu kami, dia berkata: Sufyan memberi tahu kami.

Dan Ath-Thahawi dalam شَرْحُ مَعَانِي الْآثَارِ (1/251): telah bercerita kepada kami Hussain bin Nasr berkata: telah bercerita kepada kami Abu Nu'aim, berkata: telah bercerita kepada kami Sufyan, dari Abu Husain, dari Abdullah bin Ma'qil.

Dan Ath-Thobari dalam Tahdziib Al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu no. (619): Ibnu Basyar memberi tahu kami, dia berkata: Abdul Rahman memberi tahu kami, dia berkata: Syu'bah memberi tahu kami,

Dan Ath-Thahawi dalam شَرْحُ مَعَانِي الْآثَارِ (1/251): Kami diberitahu oleh Ibnu Marzuuq, dia berkata: Kami diberitahu oleh Abdush-Shomad ibnu Abdul-Waarits dan Abu Dawud, yang dua-duanya mengatakan:

Kami diberitahu oleh Syu`bah, dari Abu Husain, dari Abdullah ibn Ma'qil and Ahmad,

Imam Ahmad [Baca: تنقيح التحقيق oleh al-Dzahabi (1/245)] dan Ibnu Abi Shaybah dalam al-Mushonnaf (2/313): mereka berdua berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami: Muhammad bin Fudayl, Telah mengkhabarkan kepada kami Hajjaj bin Artho'ah, dari Ayyasy Al-Aamiri, dari Ibnu Ma'qil, dia berkata: lalu menyebutkannya.

Derajat sanad atsar:

وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ. ابْنُ بَشَّارٍ هُوَ مُحَمَّدٌ، وَأَبُو نَعِيمٍ هُوَ الْفَضْلُ بْنُ دَكِينٍ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ هُوَ ابْنُ مَهْدِيٍّ، وَأَبُو حُصَيْنٍ هُوَ عُثْمَانُ بْنُ عَاصِمِ الْأَسْدِيُّ، وَأَبُو دَاوُدَ هُوَ الطَّيَّالِسِيُّ، وَابْنُ مَرْزُوقَ هُوَ إِبْرَاهِيمُ.

تَنْبِيهٌ: زَادَ حُجَّاجُ بْنُ أُرْطَاةَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهِيَ زِيَادَةٌ شَاذَّةٌ.

SANADNYA SHAHIH. Ibnu Basyar adalah Muhammad, Abu Nua'im adalah Al-Fadhel bin Dakiin, Abdur-Rahman adalah Ibnu Mahdi, dan Abu Husain adalah Utsman bin Ashiim al-Asadiy. Abu Dawud adalah ath-Thayaalisi, dan Ibnu Marzuq adalah Ibrahim.

Perhatian: dalam riwayat Hajjaj bin Artho'ah ada tambahan 'Umar -radhiyallahu ‘anhu- dan itu adalah tambahan yang syaadz.

****

DALIL KE TIGA PULUH ENAM

Imam Baihaqi berkata:

Telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdullah Al Haafizh yang berkata: telah menceritakan kepada kami Ali bin Hamsyaadz Al-‘Adlu yang berkata: telah menceritakan kepada kami Al ‘Abbas bin Fadhl Al-Asfaathiy yang berkata: telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yuunus yang berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr Al ‘Abdiy yang berkata: telah menceritakan kepada kami Al ‘Alaa’ bin Shaalih yang berkata: telah menceritakan kepadaku Buraid bin Abi Maryam yang berkata: telah menceritakan kepada kami Abul Hawraa’ yang berkata:

سَأَلْتُ الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ مَا عَقِلْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ-؟ فَقَالَ: عَلَّمَنِى دَعَوَاتٍ أَقُولُهُنَّ:

«اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ». أُرَاهُ قَالَ:«إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ».

قَالَ: فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِمُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ ، فَقَالَ: إِنَّهُ الدُّعَاءُ الَّذِى كَانَ أَبِى يَدْعُو بِهِ فِى صَلاَةِ الْفَجْرِ فِى قُنُوتِهِ.

قَالَ الشَّيْخُ: بُرَيْدٌ يَقُولُ ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِمُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ

Aku bertanya kepada Hasan bin Ali “apa yang paling engkau ingat dari Rasulullah .

Ia berkata: “Beliau mengajariku doa yang senantiasa aku membacanya:

Ya Allah, tunjukilah aku sebagaimana Engkau menunjuki orang yang mendapat petunjuk-Mu. Jagalah aku sebagaimana Engkau menjaga orang yang mendapat penjagaan-Mu.Peliharalah aku sebagaimana orang yang mendapat pemeliharaan-Mu. Berkahilah apa yang Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku dari keburukan apa yang Engkau tetapkan. Karena sesungguhnya Engkau-lah yang menetapkannya dan tidak lah Engkau dikenai ketetapan itu. Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau cintai. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau, wahai Rabb kami”.

[Buraid] berkata maka aku menyebutkan hal itu kepada Muhammad Ibnu Al Hanafiyyah, maka ia berkata:

Sesungguhnya itu adalah doa yang Ayahku [Ali bin Thalib RA] senantiasa berdoa dengannya dalam shalat shubuh dalam Qunutnya.

Syaikh berkata: “Buraid yang mengatakan aku menyebutkan hal itu kepada Muhammad Ibnu Al Hanafiyyah” [HR. Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 3264]

SANADNYA JAYYID [BAIK]

Hadits riwayat Baihaqi tersebut sanadnya jayyid, berikut ini analisa tentang para perawinya:

  • Abu ‘Abdullah Al-Haafidz adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad bin Hamdawaih bin Nu’aim bin Al-Haakim Adh Dhaabiy. Al-Khatib menyebutkan: bahwa ia adalah penduduk Naisabur seorang yang alim memiliki keutamaan dan hafizh, Al-Khatib menyatakan ia tsiqat [Tarikh Baghdad 3/93-94 no 1096]
  • Ali bin Hamsyaadz, Abu Hasan An-Naisaburiy: Adz-Dzahabiy menyebutkan: bahwa ia seorang hafizh yang tsiqat imam syaikh Naisabur [As Siyaar Adz-Dzahabiy 15/399]
  • ‘Abbas bin Fadhl Al-Asfaathiy: Daruquthniy menyatakan: bahwa ia shaduq [Su’alat Al-Haakim no 143]. Ash Shafadiy berkata tentangnya “shaduq hasanul Hadits” [Al Wafiy Ash Shafadiy 5/343]
  • Ahmad bin Yunus bin Musayyab Adh-Dhabiy:Ibnu Abi Hatim mengatakan: bahwa kedudukannya di sisi kami shaduq [Tarikh Baghdad 5/223 no 2699]. Ibnu ‘Imaad Al-Hanbali menyatakan tsiqat [Syadzratu Adz Dzahab Ibnu ‘Imaad Al-Hanbali 2/153]
  • Muhammad bin Bisyr Al-‘Abdiy: Yahya bin Ma’in menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats-Tsiqoot. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan Hadits”. Nasa’i dan Ibnu Qani’ menyatakan tsiqat [At-Tahdzib Ibnu Hajar 9/64 no 90]
  • Al ‘Alaa’ bin Shalih At Taimiy: Yahya bin Ma’in berkata “tsiqat”. Abu Zur’ah berkata “tidak ada masalah padanya” [Al-Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 6/356-357 no 1971]. Al Ijliy berkata: “tsiqat” [Ma’rifat Ats-Tsiqoot no 1279]. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats-Tsiqoot [Ats-Tsiqoot Ibnu Hibban 7/268]. Yaqub bin Sufyan berkata “tsiqat” [Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawiy 3/132].
  • Buraid bin Abi Maryam Malik bin Rabi’ah As-Saluuliy Al Bashriy: Yahya bin Ma’in, Abu Zur’ah, Nasa’i dan Al Ijliy menyatakan: "ia tsiqat". Abu Hatim berkata “shalih”. Daruquthniy berkata “Sesuai syarat shahih” [At-Tahdzib Ibnu Hajar 1/378 no 796]
  • Abul Hawraa’ adalah Rabi’ah bin Syaiban As Sa’diy. Nasa’i berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats-Tsiqoot. Al Ijliy berkata “tabi’in kufah tsiqat” [Tahdzib At-Tahdzib Ibnu Hajar 3/221 no 487]
  • Muhammad Ibnu Al Hanafiyyah adalah Muhammad bin Ali bin Abi Thalib. Al Ijliy berkata tentangnya “seorang yang shalih tabiin tsiqat” [Ma’rifat Ats-Tsiqoot Al Ijliy no 1631].

****

DALIL KE TIGA PULUH TUJUH

Dari Abdul-Malik ibnu Suwaid al-Kaahili:

“Ali radhiyallahu ‘anhu, membaca Qunut saat shalat Shubuh dengan dua surah ini:

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَعِينُك وَنَسْتَغْفِرُك وَنُثْنِي عَلَيْك وَلاَ نَكْفُرُك، وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ،

اللَّهُمَّ إيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَك نُصَلِّي وَنَسْجُدُ، وَإِلَيْك نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ، وَنَخْشَى عَذَابَك، إنَّ عَذَابَك بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ

Diriwayatkan oleh Abd al-Razzaq (4978) dari al-Hasan ibn `Amara dan Ibn Abi Shaybah (2/314) dengan sanadnya: dari Fithri bin Khalifah, yang meriwayatkannya dari Habib bin Abi Tsabit, dari Abdul Malik bin Suwaid Al-Kaahili:.

Derajat Atsar:

وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ. الْحَسَنُ بْنُ عُمَارَةَ مَتْرُوكٌ لَكِنْ تُوُبَعٌ، وَعَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ سُوَيْدٍ ذَكَرَ الْبُخَارِيُّ فِي الْكَبِيرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ فِي الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيلِ وَلَمْ يَذْكُرَا فِيهِ جَرْحًا وَلَا تَعْدِيلًا.

SANADNYA DHO'IF. Al-Hasan bin Ammaarah adalah matruuk [ditinggalkan], tetapi ia diikuti [ada mutaaba'ah]. Dan Abdul-Malik bin Suwaid disebutkan oleh Imam al-Bukhari dalam at-Taariikh al-Kabiir dan Ibnu Abi Hatim dalam al-Jarh wa'l-Ta'diil, dan mereka berdua tidak menyebutkan jarh dan ta'diil tentang dirinya.

Syeikh al-Albaani dalam Irwaa al-Ghaliil di bawah hadits no. 428 berkata:

وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ غَيْرُ الْكَاهِلِيِّ هَذَا فَلَمْ أَجِدْهُ.

ثُمَّ رَوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مَهْرَانَ قَالَ: "فِي قِرَاءَةِ أَبِي بْنِ كَعْبٍ: اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ".

قُلْتُ: فَذَكَرَ السُّورَتَيْنِ، وَرِجَالُ إِسْنَادِهِ ثِقَاتٌ، وَلَكِنْ ابْنُ مَهْرَانَ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ أُبَيٍّ فَهُوَ مُنْقَطِعٌ.. أ. هـ

Dan orang-orangnya dapat dipercaya selain Al-Kaahili, dan aku tidak menemukannya [yakni tentang biografinya].

Kemudian dia meriwayatkan dari Maymuun bin Mahran, yang berkata: “Dalam bacaan Ubayy bin Ka’b: Ya Allah, kami memohon pertolongan-Mu….”

Aku katakan: Lalu dia menyebutkan dua surah. Dan para perawi dalam sanadnya dapat dipercaya [tsiqoot], tetapi Ibnu Mahran tidak mendengar dari Ubayy, jadi sanadnya terputus. [SELESAI]

****

DALIL KE TIGA PULUH DELAPAN

Dari Abu Suhail Aus bin Ni'aam Al-Hadaanii, dia berkata:

"صَلَّيْتُ خَلْفَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه صَلَاةَ الْفَجْرِ بِالْبَصْرَةِ، بَعْدَ مَا ظَهْرَ عَلَى طَلْحَةَ وَالزُّبَيْرِ، فَقَنَتَ بَعْدَ لرُّكُوعِ"

((Saya shalat SHUBUH di Bashrah dibelakang Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Setelah menang perang atas Thalhah dan Az-Zubair, lalu dia Qunut sesudah Ruku'.

Diriwayatkan oleh Ath-Thobari dalam Tahdziib Al-Aatsaar di Musnad Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu no. (623):

Nashr bin Ali Al-Jahdhomiy mengatakan kepada kami, dia berkata: Ayah saya memberi tahu saya, dari kakek saya, dia berkata: Al-Masymaraj bin Hamran Al-Raasibi memberi tahu saya, dari Abu Suhail Aus bin Ni'aam Al-Hadaaniy, kakek saya berkata: Saya melihat Aus bin Ni'aam dan aku tidak mendengar ini darinya. Dia berkata:

((صَلَّيْتُ خَلْفَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. فَذَكَرَهُ

((Saya shalat dibelakang Ali bin Abi Thalib, semoga Allah meridhoinya. lalu dia menyebutkannya.

Derajat Atsar:

وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ. قَالَ نَصْرٌ:

قَالَ لِي أَبِي، قَالَ شُعْبَةُ: لَمْ أَسْمَعْ فِي الْقُنُوتِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدِيثًا أَثْبَتَ مِنْ هَذَا الْحَدِيثِ، وَذَلِكَ أَنَّ أُوسَ بْنَ نُعَامٍ كَانَ يَرَى رَأْيَ الْإِبَاضِيَّةِ، وَهُمْ لَا يَرَوْنَ الْقُنُوتَ، فَحَكَى الْأَمْرَ عَلَى خِلَافِ مَذْهَبِهِمْ.

مُشْمَرَجُ بْنُ حُمْرَانَ ذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي ثِقَاتِهِ وَقَالَ: يَرْوِي عَنْ أُوسِ بْنِ نُعَامٍ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رَوَى عَنْهُ نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ إِسْنَادًا مُظْلِمًا. وَذَكَرَهُ الْبُخَارِيُّ فِي الْكَبِيرِ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ فِي الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيلِ وَلَمْ يَذْكُرَا فِيهِ جَرْحًا وَلَا تَعْدِيلًا.

وَأُوسَ بْنُ نُعَامٍ ذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي ثِقَاتِهِ وَذَكَرَهُ الْبُخَارِيُّ فِي الْكَبِيرِ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ فِي الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيلِ وَلَمْ يَذْكُرَا فِيهِ جَرْحًا وَلَا تَعْدِيلًا.

SANADNYA LEMAH:

Nashr berkata: Ayahku berkata kepadaku, Syu'bah berkata:

Aku tidak pernah mendengar tentang Qunut dari Ali radhiyallahu 'anhu, sebuah hadits yang lebih outentik dari hadits ini, dan itu dikarenakan bahwa Aws bin Ni'aam ini adalah seorang yang bermadzhab madzhab al-Ibaadhiyah [sekte Khawaarij], yang mana mereka berpandangan bahwa Qunut dalam shalat itu sama sekali tidak di syariatkan. Maka dengan demikian dia telah menghikayatkan perkara yang menyelisihi madzhab mereka.

Masymaraj bin Hamraan disebutkan oleh Ibn Hibban dalam kitab Tsiqoot-nya dan berkata: Dia meriwayatkan dari Aws bin Ni'aam dari Ali, semoga Allah meridhoinya, yang diriwayatkan oleh Nashr bin Ali dengan sanad yang gelap.

Al-Bukhari menyebutkannya dalam at-Taarikh Al-Kabiir dan Ibnu Abi Hatim dalam Al-Jarh wa'l-Ta'diil, dan mereka berdua tidak menyebutkan Jarh atau Ta'diil di dalamnya.

Dan Aws bin Ni'aam disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab Tsiqoot-nya, dan Al-Bukhari menyebutkannya dalam at-Taariik Al-Kabiir dan Ibnu Abi Hatim dalam Al-Jarh wa'l-Ta'diil, dan mereka tidak menyebutkan Jarh dan ta'diil di dalamnya.

****

DALIL KE TIGA PULUH SEMBILAN

Dari Abu Abdur-Rahman al-Sulami:

أَنَّ عَلِيًّا رضي الله عنه كَبَّرَ حِينَ قَنَتَ فِي الْفَجْرِ وَكَبَّرَ حِينَ رَكَعَ

“Ali radhiyallahu ‘anhu, bertakbir ketika hendak membaca qunut pada sholat Shubuh, dan dia bertakbir juga saat hendak ruku’.

Diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dalam Sharh Musykil Al-Aatsaar (11/373): bahwa Ali bin Syaibah memberi tahu kami, Yahya bin Yahya Al-Naisaabuuri memberi tahu kami.

Dan Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Shaybah (2/315), dia berkata: Waki` memberitahu kami.

Dan diriwayatkan oleh Abd al-Razzaq (4960), dia berkata: Sufyan mengatakan kepada kami, dari Abd al-A'laa, dari Abu Abdur-Rahman al-Sulami. lalu dia menyebutkannya.

Derajat atsar:

وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ. عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ عَامِرَ الثَّعْلَبِيُّ تَوَسَّطَ فِيهِ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ فَقَالَ: صَدُوقٌ يَهِمُّ وَلَمْ يَتَفَرَّدْ بِهِ وَبَقِيَّةُ رَوَاتِهِ ثِقَاتٌ.

SANADNYA HASAN: al-Hafiz Ibnu Hajar menengah-nengahi tentang Abd al-A'laa bin Amer ats-Ta'labiy, dengan mengatakan: Saduq, berilusi, namun dia tidak sendirian dalam meriwayatkannya, sementara sisa perawi lainnya dapat dipercaya.

****

DALIL KE EMPAT PULUH

Dari Abdullah bin Habiib:

أَنَّ عليًّا رضي الله عنه كَانَ يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ قَبْلَ الرُّكُوعِ، وَفي الْوِتْرِ قَبْلَ الرُّكُوعِ

"Bahwa Ali  -radhiyallahu ‘anhu-  dulu melakukan qunut pada shalat Shubuh sebelum ruku, dan dalam shalat witir sebelum ruku".

Diriwayatkan oleh Abdur-Razzaq (4974) dari Jafar bin Sulaiman adh-Dhuba'ii, dari Atho ibnu as-Saa'ib, dari Abu Abdur-Rahman Abdullah bin Habiib: Bahwa Ali -radhiyallahu 'anhu-.

Dan dia berkata: Dan Auf memberitahuku: bahwa Ali biasa berqunut sebelum ruku'.

Derajat Atsar:

وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ. رَوَايَةُ جَعْفَرِ بْنِ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِيِّ عَنْ عَطَاءٍ بَعْدَ الِاخْتِلَاطِ وَجَعَلَ الْقُنُوتَ فِي هَذِهِ الرَّوَايَةِ فِي الْفَجْرِ وَالْوِتْرِ قَبْلَ الرُّكُوعِ.

SANADNYA DHO'IF. Riwayat Ja`far bin Suleiman Adh-Dhuba`i dari Athaa, itu terjadi setelah hafalannya campur aduk. Dan dia menjadikan qunut dalam riwayat ini dalam shalat Shubuh dan shalat Witir sebelum ruku.

****

DALIL KE EMPAT PULUH SATU

Dari Abdur-Rahman bin Ma'qil, dia berkata:

صَلَّيْت خَلْفَ علي رضي الله عنه الْمَغْرِبِ، فَقَنَتَ

Saya shalat di belakang Ali, semoga Allah meridhoinya, sholat Maghreb, lalu dia membaca Qunut.

Dalam lafadz riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Hasyiim:

صَلَّى بِنَا الْغَدَاةَ

“Dia [Ali RA] sholat bersama kami sholat Shubuh ".

TAKHRIIJ:

Diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dalam شَرْحُ مَعَانِي الْآثَارِ (1/252): Abu Bakar menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Dawud menceritakan kepada kami, dari Syu'bah.

Dan Ibnu Abi Shaybah (2/317) berkata : Telah memberi tahu kami Hasyim.

Dan Ibnu Abi Shaybah (2/318) berkata juga : Telah memberi tahu kami Syariik, Mereka berkata: Hushoin telah memberi tahu kami:.

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Shaybah (2/318): bahwa Abu Muawiyah mengatakan kepada kami, dari Al-A'mash, dari Abdullah bin Khalid.

Dan Abdur-Razzaq (4976) dari Yahya, dari ats-Tsauri, dari Salamah bin Kuhail.

Dan Imam asy-Syafi'i dalam al-Umm (7/165): Telah menceritakan kepada kita Ibnu Mahdi dari Sufyan dari Salamah bin Kuhail.

Dan Ibn Al-Mundzir dalam Al-Awsath (2703): Telah memberi tahu kami Ali bin Al-Hassan berkata: Abdullah meriwayatkan kepada kami dari Sufyan, dari Salamah bin Kuhail,

Mereka – yakni Husain bin Abdur Rahman, Salamah bin Kuhail dan Abdullah bin Khalid – dari Abdur Rahman bin Ma'qil, yang mengatakan:. lalu dia menyebutkannya

DERAJAT ATSAR:

وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ. رَوَاتُهُ مُحْتَجٌّ بِهِمْ. أَبُو بَكْرَةَ هُوَ بَكَارُ بْنُ قُتَيْبَةَ، وَشَيْخُهُ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَّالِسِيُّ، وَأَبُو مَعَاوِيَةَ هُوَ مُحَمَّدُ بْنُ خَازِمٍ، وَابْنُ مَهْدِيٍّ هُوَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ، وَعَبْدُ اللَّهِ هُوَ ابْنُ الْوَلِيدِ.

SANADNYA SHAHIH. Para perawinya bisa dijadikan hujjah.

Abu Bakrah dia adalah Bakr ibn Qutaybah. Syeikhnya adalah Abu Dawood ath-Thoyaalisi. Abu Muawiyah adalah Muhammad ibn Khoozim. Ibnu Mahdi adalah Abdur-Rahman. Dan Abdullah adalah Ibnu al-Waliid.

****

DALIL KE EMPAT PULUH DUA

Dari asy-Sya’bi, berkata:

«لَمَّا قَنَتَ عَلِيٌّ رضي الله عنه فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ، أَنْكَرَ النَّاسُ ذَلِكَ، قَالَ: فَقَالَ: إنَّمَا اسْتَنْصَرْنَا عَلَى عَدُوِّنَا

“Ketika Ali -radhiyallahu ‘anhu- ber Qunut dalam sholat Shubuh, orang-orang mengingkarinya, lalu beliau berkata: “ Sesungguhnya kami berqunut hanyalah memohon kemenangan atas musuh kami “.

[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/310 (5/26) no. 7055; sanadnya shahih]

****

DALIL KE EMPAT PULUH TIGA

Adz-Dzahabi dlam kitab تنقيح التحقيق 1/242 berkata:

قَالَ أَبُو مُوسَى الْمَدِينِيّ: رواهُ جَابر الْجعْفِيّ، عَن إِبْرَاهِيم النَّخعِيّ، عَن سُوَيْد، فَذَكَرَ عَنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كُلُّهُمْ قَنَتَ فِي الْفَجْرِ. جَابِرٌ رَافِضِيٌّ وَاهٍ ".

Abu Musa Al-Madini berkata: Diriwayatkan oleh Jabir Al-Ju'fi, dari Ibrahim Al-Nakh'i, dari Suwaid, lalu dia menyebutkan dari: Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu:

كُلُّهُمْ قَنَتَ في الفَجْرِ

“Masing-masing mereka semua berqunut dalam shalat Shubuh ".

Namun perawi yang bernama Jabir adalah seorang Syiah Raafidhah, dia lemah.

****

DALIL KE EMPAT PULUH EMPAT

ATSAR QUNUT SHUBUH IBNU ABBAAS rodhiyaalahu 'anhu:

Imam Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra berkata:

أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الرُّوذْبَارِيُّ أنبأ إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ ثنا أَبُو عَلِيٍّ الْحَسَنُ بْنُ الْفَضْلِ بْنِ السَّمْحِ ثنا سَهْلُ بْنُ تَمَّامٍ ثنا أَبُو الْأَشْهَبِ وَسَلْمُ بْنُ زُرَيْرٍ عَنْ أَبِي رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيِّ قَالَ: " ‌صَلَّى ‌بِنَا ‌ابْنُ ‌عَبَّاسٍ ‌صَلَاةَ ‌الصُّبْحِ ‌وَهُوَ ‌أَمِيرٌ ‌عَلَى ‌الْبَصْرَةِ ‌فَقَنَتَ ‌قَبْلَ ‌الرُّكُوعِ ‌وَرَفَعَ ‌يَدَيْهِ

Dari Abu Rojaa’ al-‘Athooridi, dia berkata:

“Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- shalat bersama kami shalat Shubuh d, pada saat beliau menjabat sebagai Amir di Bashrah, lalu beliau ber qunut sebelum Ruku’ dan mengangkat kedua tangannya “. [HR. Imam Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra 1/676 no. 2170]

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf dengan sanad lain mengatakan:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ جَعْفَرُ بْنُ حَيَّانَ، وَقُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ، سَمِعَاهُ مِنْ أَبِي رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيِّ، قَالَ: «صَلَّى بِنَا ابْنُ عَبَّاسٍ الْفَجْرَ، بِالْبَصْرَةِ فَقَنَتَ»

Dari Abu Rojaa al-‘Athooridi, dia berkata: “ Telah sholat bersama kami Ibnu Abbas sholat shubuh, maka beliau berqunut “. (Baca: al-Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah no. 7005)

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf mengatakan:

حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ عَوْفٍ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيِّ، قَالَ: «‌رَأَيْتُ ‌ابْنَ ‌عَبَّاسٍ ‌يَمُدُّ ‌بِضَبْعَيْهِ ‌فِي ‌قُنُوتِ ‌صَلَاةِ ‌الْغَدَاةِ، ‌إِذَا ‌كَانَ ‌بِالْبَصْرَةِ»

Dari Abu Rojaa al-‘Athooridi, dia berkata: “ Aku melihat Ibnu ‘Abbaas menjulurkan kedua lengan atasnya dalam qunut sholat Fajar ketika beliau di Bashrah “.(Baca: al-Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah no. 7004)

DIROSAH TAKHRIJ ATSAR QUNUT SHUBUH IBNU ABBAS radhiyallaahu anhumaa:

Atsar Qunut Shubuh Ibnu Abbas ini telah riwayatkan oleh:

1.    Riwayat pertama: Abu Rojaa’ al-‘Athooridy (أبو رجاء العطاردي)

2.    Riwayat kedua: Abul ‘AAliah ar-Rayyaahi (أبو العالية الرياحي)

3.    Riwayat ke tiga: Khallaas bin ‘Amr (خلاس بن عمرو)

4.    Riwayat ke empat: Nashr bin Imraan adh-Dhob’ii (نصر بن عمران الضبعي)

RIWAYAT PERTAMA: Abu Rojaa’ al-‘Athooridy (أبو رجاء العطاردي)

Telah meriwayatkan darinya: 1: ‘Auf bin Abi Jamila Al-A’raabi. 2: Jaafar Bin Hayyan. 3: Qurrah bin Khalid. 4: Salam Bin Zariir.

1. ‘Auf bin Abi Jamila Al-A’raabi.

Telah meriwayatkan darinya sekelompok ulama, diantaranya:

A. Al-Thabari telah meriwayatkan dalam tafsirnya (5/216), dia berkata: Abbad bin Yaqoub al-Asadi memberi tahu kami, katanya, Shrek memberi tahu kami, dar ‘Auf al-A’raabi:Dan dalam kitab “تهذيب الآثار مسند ابن عباس” hal. 625:Ibn Bashar memberi tahu kami, dia berkata: Ibn Abi Uday, Abdul Wahhab, dan Muhammad Ibn Jaafar memberi tahu kami, dari Auf al-A’raabi:

B. Dan Abdurrozzaaq dlm al-Mushonnaf No. 4973: Dari Ja’far, dari ‘Auf al-A’raabi:

C. Ibnu Abi Syaibah dlm “المصنف” 2/12:

Telah memberitahu kami Hashem, dari Auf al-A’raabi:

Dan dia berkata pula: telah memberitahu kami Marwan bin Mu'awiyah dari Auf al-A’raabi, dari Abi Rajaa’, dia berkata: lalu dia menyebutkannya. Dan ISNADNYA SHAHIH.

PERHATIAN:

Ke satu: perkataan “فِي إِمَارَتِهِ عَلَى الْبَصْرَةِ” terdapat dalam riwayat Abdurrozaaq.

Ke dua: perkatan “وَرَفَعَ يَدَيْهِ” terdapat dalam riwayat Syuraik ( LIHAT END NOTE ) dalam Tafsir Imam ath-Thobari.

Dan Riwayat Hasyiim bin Basyir dalam Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah.

2. Ja’far Bin Hayyaan (جعفر بن حيان) DAN 3. Qurroh bin Kholid (قرة بن خالد):

Di rawayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam “al-Mushonnaf” 2/312:

Telah memberi tahu kami Wakii’, dia berkata: Telah memberi tahu kami Abu al-Asyhab Jaafar bin Hayyan dan Qurroh bin Khalid. Mereka berdua mendengarnya dari Abu Rajaa al-Ath-thooridi, berkata:

صَلَّى ابْنُ عباس رضي الله عنهما الْفَجْرَ بِالْبَصْرَةِ فَقَنَتَ

“Ibnu ‘Abbaas -radhiyallahu ‘anhu- shalat Shubuh di Bashrah, lalu dia ber Qunuth “. Dan ISNADNYA SHAHIH.

3. Ja’far bin Hayyaan (جعفر بن حيان) Dan 4. Salm Bin Zariir (سَلْم بن زَرير).

Di riwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dlm “السنن الكبرى” 1/461, berkata:

Telah memberi tahu kami Abu Ali al-Husayn ibn Muhammad al-Rudhbari: Telah memberi tahu kami Ismael bin Muhammad al-Shaffaar: Telah bercerita kepada kami Abu Ali al-Hassan ibn al-Fadl bin al-Samh: Telah bercerita kepada kami Sahl bin Tammaam: Telah bercerita kepada kami Abu Al-Asyhab dan Salm bin Zariir dari Abu Rajaa Al-Aththooridi, dia berkata:

‌صَلَّى ‌بِنَا ‌ابْنُ ‌عَبَّاسٍ ‌صَلَاةَ ‌الصُّبْحِ ‌وَهُوَ ‌أَمِيرٌ ‌عَلَى ‌الْبَصْرَةِ ‌فَقَنَتَ ‌قَبْلَ ‌الرُّكُوعِ ‌وَرَفَعَ ‌يَدَيْهِ ‌حَتَّى ‌لَوْ ‌أَنَّ ‌رَجُلًا ‌بَيْنَ ‌يَدَيْهِ لَرَأَى بَيَاضَ إِبْطَيْهِ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ: " هَذِهِ الصَّلَاةُ الَّتِي ذَكَرَهَا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ {حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ} [البقرة: 238] "

Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- bersama kami shalat Shubuh, pada saat beliau menjabat sebagai Amir di Bashrah, lalu beliau ber qunut sebelum Ruku’ dan mengangkat kedua tangannya, sehingga jika seandainya ada orang berada di hadapannya pasti dia bisa melihat warna putih kulit kedua ketiaknya. Lalu ketika selesai shalat, beliau hadapkan wajahnya kepada kami, kemudian beliau berkata:

“Ini adalah Sholat yang Allah SWT sebutkan dalam Kitab-Nya al-Qur’an:

{ حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ } [البقرة: ٢٣٨]

Artinya: “Peliharalah semua shalat(kalian), dan (peliharalah) salat al-wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam salat kalian) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 238).

Derajat atsar:

"وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ. الْحَسَنُ بْنُ الْفَضْلِ بْنُ السَّمْحِ ضَعِفَهُ شَدِيدٌ وَبَقِيَّةُ رَوَاتِهِ مُحْتَجٌّ بِهِمْ".

“Atsar ini ISNADNYA DHAIF/LEMAH. Karena di dalam sanadnya terdapat al-Hasan Bin al-Fadlel bin As-Samah, dia itu sangat lemah, adapun perawi lainnya bisa di jadikan hujjah “

RIWAYAT KEDUA:

Dari Abul ‘AAliah Rafii’ bin Mihran ar-Rayyahi (أبو العالية رفيع بن مهران الرياحي):
Diriwayatkan oleh sbb:

A.    Ibnu Abi Syaibah dlm “al-Mushonnaf” 2/313, dia berkata: Telah bercerita kepada kami Marwan Bin Mu’awiyah dari ‘Auf al-A’raabi:

B.    Ibnu Jariir dlm kitab “تهذيب الآثار مسند ابن عباس” No. 626, dia berkata: Telah bercerita kepada kami Ibn Basyaar, dia berkata: Telah bercerita kepada kami Abd al-Wahhaab, Dia berkata: Telah bercerita kepada kami Auf dari Abu Al Minhaal, dari Abu Al-Aliah, dari Ibn Abbas:

"أَنَّهُ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي مَسْجِدِ الْبَصْرَةِ، فَقَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ ".

“Ibnu ‘Abbaas -radhiyallahu ‘anhu- shalat Shubuh di Masjid Bashrah, lalu dia ber Qunuth“.

Derajat hadits:

وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ. أَبُو الْمُنْهَالِ سَيَّارُ بْنُ سَلَامَةَ وَعَبْدُ الْوَهَّابِ هُوَ الثَّقَفِيُّ، وَعَوْفُ هُوَ ابْنُ أَبِي جَمِيلَةَ.

Dan ISNADNYA SHAHIH. Abu Al-Minhaal Sayyar Bin Salamah dan Abdul-Wahhaab adalah Al-Tsaqofii. Dan Auf adalah Ibnu Abi Jamialah.

RIWAYAT KETIGA: Riwayat Khollaas Bin ‘Amr (خلاس بن عمرو):

Di riwayatkan Oleh sbb:

A. Ibnu Abi Syaibah dlm “al-Mushonnaf” 2/313, dia berkata: Telah bercerita kepada kami Sufyan dari ‘Auf:

B. Ibnu Jariir ath-Thobary dlm Tafsir nya 5/218: Telah bercerita pada ku Al-Mutsanna, katanya, Telah bercerita pada kami Al-Hajjaaj. Dia berkata: Telah bercerita pada kami Hammad, di berkata: Telah mengkabarkan pada kami ‘Auf dari Khallas bim ‘Amr al-Hajary, dari Ibnu ‘Abbaas -radhiyallahu 'anhuma-:

أنَّهُ صَلَّى فَقَنَتَ بِهِمْ فِي الْفَجْرِ بِالْبَصْرَةِ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى مَدَّ ضَبْعَيْهِ

“Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- bersama mereka shalat Shubuh di Bashrah, lalu beliau ber qunut maka beliau mengangkat kedua tangannya sehingga dia mengulurkan kedua lengan atasnya”.

Derajat Atsar: 

وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ. شَيْخُ الطَّبَرِيِّ، الْمُثْنَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْآمِلِيُّ، لَمْ أَقِفْ عَلَى مَنْ عَدَّلَهُ وَلَا يَضُرُّ فَهُوَ مُتَابَعٌ وَبَقِيَّةُ رَوَاتِهِ ثِقَاتٌ. سُفْيَانُ هُوَ الثَّوْرِيُّ، وَحَمَّادٌ هُوَ ابْنُ سَلَمَةَ، وَحَجَّاجٌ هُوَ ابْنُ مُنْهَالٍ.

“Dan ISNADNYA SHAHIH.

Syekh nya Ibnu Jariir al-Tabari yang bernama al-Mutsanna bin Ibrahim al-Amili Saya tidak menemukan orang yang men ta’dilnya, akan tetap itu tidak ngarauh, karena terdapat Mutaabi’ (متابع), dan para perawi lainnya dapat dipercaya.

Adapun Sufyan di sini adalah Sufyan Ats-Tsaury. Sedangkan Hammad adalah putra Salamah. Dan Hajjaaj adalah putra Minhal “.

RIWAYAT KEEMPAT: Abu Hamzah Nashr Bin Imran al-Dhuba’i (أبي جمرة نصر بن عمران الضُبَعي)

Adz-Dzahabi dlm kitab تنقيح التحقيق (1/239):

Al-Atsram berkata: Telah bercerita pada kami Ahmad bin Hanbal, Telah bercerita pada kami Hasyiim, dari Abu Jamrah, dia berkata:

صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا الْفَجْرَ، فَقَنَتْ قَبْلَ الرُّكُوعِ.

“Aku sholat di belakang Ibnu Abbaas sholat Shubuh, lalu beliau berqunut sebelum Shubuh“.

Derajat Atsar:

وَرَوَاتُهُ ثِقَاتٌ وَفِيهِ عَنْعَنَةَ هَشِيمِ بْنِ بَشِيرٍ.

“Para perawinya tsiqoot/dipercaya, akan tetapi Hasyim bin Basyiir meriwayatkannya dengan cara ‘AN ‘ANAH (عنعنة) “. [Yakni: dia seorang dipercaya tapi dia mudallis]

****

DALIL KE EMPAT PULUH LIMA

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf mengatakan:

حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ زُبَيْدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى، قَالَ: «الْقُنُوتُ سُنَّةٌ مَاضِيَةٌ»

Dari Ibnu Abi Laila, beliau berkata: “ Qunut itu Sunnah yang sudah lama berjalan “.
(Baca: al-Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah no. 7007)

****

DALIL KE EMPAT PULUH ENAM

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf mengatakan:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ زُبَيْدِ بْنِ الْحَارِثِ الْيَامِيِّ، قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ أَبِي لَيْلَى، عَنْ الْقُنُوتِ فِي الْفَجْرِ؟ فَقَالَ: "سُنَّةٌ مَاضِيَةٌ".

Dari Zubaid bin al-Haarits, dia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abi Laila tentang Qunut pada sholat Shubuh, maka beliau menjawab: “Sunnah yang sudah lama berjalan “. (Baca: al-Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah no. 7008)

****

DALIL KE EMPAT PULUH TUJUH

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf mengatakan:

حَدَّثَنَا أَبُو مَهْدِيٍّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مُحَارِبِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ الْبَرَاءِ، عَنِ الْبَرَاءِ، «أَنَّهُ كَانَ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ»

Dari seorang Sahabat al-Barra bin ‘Aazib radhiyallaahu 'anhu, bahwa beliau qunut di sholat Shubuh. (Baca: al-Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah no. 7010)

****

DALIL KE EMPAT PULUH DELAPAN

Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushonnaf mengatakan:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، أَنَّهُ قَالَ: «الْقُنُوتُ فِي الْفَجْرِ هُنَيْهَةٌ، أَوْ سَاعَةٌ، أَوْ كَلِمَةٌ تُشْبِهُهَا»

Dari Ibnu Siirin, dia berkata: “ Qunut dalam sholat shubuh segini “ atau “ sesaat “ atau kata-kata yang mirip seperti itu “.(Baca: al-Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah no. 7009)

****

DALIL KE EMPAT PULUH SEMBILAN

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam At-Takhlis al-Habiir (1/446): Al-Hakim Abu Ahmad meriwayatkan dalam kitab Al-Kunna, dari Al-Hassan Al-Bashri, dia berkata:

صَلَّيْتُ خَلْفَ ثَمَانِيَّة وعِشْرِيْنَ بَدْرِياً كُلّهُمْ يَقْنُتُ في الصُّبْحِ بَعْدَ الرُّكُوْعِ

Aku shalat di belakang dua puluh delapan para sahabat veteran pasukan perang Badar, semuanya mereka melakukan qunut Shubuh setelah rukuk.

DAN ISNADNYA LEMAH

Imam Bukhari meriwayatkan dalam At-Taarikh Al-Kabiir (3/165): telah menceritakan pada saya Amr bin Ali, dia berkata: Aku mendengar Abdus-Shomad ibn Abdul-Waarits, aku mendengar Khalid al-'Abd – dia dha'if – mengatakan:

Al-Hasan al-Bashry berkata:

"صَلَّيْتُ خَلْفَ ثَمَانِيَةٍ وَعِشْرِينَ بَدْرِيًّا كُلُّهُمْ يَقْنَتُ بَعْدَ الرُّكُوعِ، قُلْتُ: مَنْ حَدَّثَكَ عَنْ الْحَسَنِ؟ قَالَ: "حَدَّثَنَا مَيْمُونُ الْمَرْئِيُّ"، فَلَقِيتُ مَيْمُونًا فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: قَالَ الْحَسَنُ مِثْلَهُ، قُلْتُ: مَنْ حَدَّثَكَ؟ قَالَ: خَالِدُ الْعَبْدُ".

Aku shalat di belakang dua puluh delapan para sahabat veteran perang Badar, yang semuanya melakukan qunut setelah ruku.

Aku berkata: Siapa yang memberitahumu dari Al-Hasan? Dia menjawab: "Maymun al-Mar'iy yang memberi tahu kami".

Maka aku menemui Maymun dan bertanya kepadanya, dan dia menjawab: " Al-Hasan mengatakan hal yang sama ", aku bertanya: Siapa yang memberitahumu? Dia menjawab: Khaled Al-'Abd.

SANADNYA DHA'IF.

فِي إِسْنَادِهِ خَالِدُ الْعَبْدِ وَضَعْفُهُ شَدِيدٌ. قَالَ ابْنُ حِبَّانَ: كَانَ يَسْرِقُ الْحَدِيثَ وَيَحْدُثُ مِنْ كُتُبِ النَّاسِ مِنْ غَيْرِ سَمَاعٍ. وَقَالَ الدَّارِقُطْنِيُّ: مَتْرُوكٌ فَالْأَثَرُ مَنْكُرٌ.

Dalam sanadnya, ada Khalid Al-'Abd, dia sangat lemah. Ibnu Hibban berkata: Dia biasa mencuri hadits dan meriwayatkan dari kitab-kitab orang tanpa mendengarnya langsung.

Dan Al-Daraqutni berkata: dia matruuk, maka atsar ini mungkar.

====***====

HUKUM LUPA QUNUT SHUBUH BAGI YANG BERPENDAPAT QUNUT SHUBUH ITU SUNNAH

Ibnu Abi Syaibah (wafat 235 H) dalam kitabnya al-Mushonnaf 2/216 berkata:

(151) في سَهْوِ قُنُوتِ الْفَجْرِ

TENTANG LUPA QUNUT SHUBUH

(1) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا هَشِيمٌ عَنْ يُونُسَ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ: إِذَا نَسِيَ الْقُنُوتَ فِي الْفَجْرِ فَعَلَيْهِ سَجْدَتَا السَّهْوِ..

(1) Abu Bakar memberitahu kami, dia berkata: Hasyim memberi tahu kami, dari Yunus, dari al-Hasan [al-Bashri, wafat 110 H], dia berkata:

“Jika dia kelupaan qunut Shubuh, maka dia harus melakukan dua sujud Sahwi. ”

(3) حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ عَقْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ جُرَيْبِجٍ عَنْ عَطَاءٍ قَالَ: مَنْ رَأَى الْقُنُوتَ فَلَمْ يَقْنُتْ فَعَلَيْهِ سَجْدَتَا السَّهْوِ.

(3) Al-Waleed bin Uqbah mengatakan kepada kami bahwa Sufyan [ats-Tsauri, wafat 161 H] memberi tahu kami dari Ibnu Jarbaj dari Athoo' yang mengatakan:

“Barangsiapa yang berpendapat bahwa qunut itu disyariatkan, lalu tidak melakukan qunoot, maka dia harus melakukan dua sujud Sahwi. ” 

END NOTE

Tentang perawi yang bernama Syariik :

شُرَيْكُ هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمْرٍ وَابْنُ بَشَّارَ هُوَ مُحَمَّدٌ وَابْنُ أَبِي عَدِيٍّ هُوَ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي عَدِيٍّ يُنَسَّبُ لِجَدِّهِ وَعَبْدُ الْوَهَّابِ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ الثَّقَفِيِّ وَجَعْفَرُ هُوَ ابْنُ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِيُّ.

Shurayk adalah putra Abdullah bin Abi Namr, Ibnu Basyaar adalah Muhammad, Ibnu Abi Adiy adalah Muhammad bin Ibrahim bin Abi Adi yang berasal dari kakeknya, Abdul Wahhab adalah putra Abdul Majid ats-Tsaqafi, dan Ja'far adalah putra Sulaiman adh-Dhuba'i.

DAFTAR PEMBAHASAN:

  1. Pendapat Pertama: Qunut Subuh Itu Sunnah Secara Terus Menerus
  2. Pendapat Kedua: Tidak Disyariatkannya Qunut Kecuali Naazilah
  3. Pendapat Ibnu Taimiyah Tentang Qunut

 


 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar