Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
=====
Dikutip dari ISLAMQA. Tanggal publikasi: 15-01-2019. No. [273116]
Di terjemahkan oleh Abu Haitsam Fakhri
--------
TOPIK PEMBAHASAN
يَشْتَرِي السَّلْعَةَ مِنَ الإنتِرْنِتِ وَيُدْفَعُ الثَّمَنُ عِنْدَ الاِسْتِلَامِ. الصُّوَرُ الجَائِزَةُ وَالمُمْنَوعَةُ
Artinya : Seseorang membeli komoditas dari Internet dan membayar harganya setelah diterima ..... Berikut contoh-contoh transaksi yang diizinkan dan dilarang
PERTANYAAN:
لدي استفسار عن الشراء عبر الإنترنت ، إذا كان الدفع عند الاستلام ، أو قبل الاستلام عبر التحويل البنكي ، فإذا كانت السلعة موصوفة بكلام أو صورة ، أو غير موصوفة في المبيعات التالية :
1.السلع غير الذهب ، أو الفضة ، أو المطلية بالذهب.
2. الذهب أو الفضة ، أو المطلية بالذهب سواء فضة مطلي بالذهب ، أو أي معدن مطلي بالذهب.
3.الخواتم والأساور والساعات والحلي بشكل عام إذا كانت من الذهب ، أو الفضة ، أو مطلية بالذهب.
4. الحلي والأواني ذات اللون الذهبي غير مطلية.
5.العطور أو الأمور التي لا يغني عن وصفها الكلام أو التصوير. نأمل التفصيل في الحالات السابقة ، وما يجب فعله لمن اشترى من هذا ما لا يجوز لنفسه أو للإهداء جاهلا أو ناسيا ؟
- Barang selain emas, perak atau berlapis emas.
- Emas atau perak, atau berlapis emas, apakah perak berlapis emas, atau logam apa saja yang berlapis emas.
- Cincin, gelang, jam tangan dan perhiasan pada umumnya jika terbuat dari emas, perak atau berlapis emas.
- Ornamen dan perkakas berwarna emas yang tidak dilapisi.
- Parfum atau benda yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata atau gambar.
Kami berharap untuk menguraikan masalah-masalah yang diatas, dan apa yang harus dilakukan untuk orang yang membeli dari sini ? apa yang tidak diperbolehkan untuk dirinya sendiri atau untuk hadiah karena ketidaktahuan atau kelupaan?
JAWABAN:
الحمد لله.
أولا:
ما يشترى بالنقود على نوعين:
1-ما يشترط فيه حضور البدلين (الثمن والمثمن) والتقابض في مجلس العقد حقيقة أو حكما، وهو الذهب والفضة والعملات، فيحصل القبض حقيقة بأن تدفع النقود ، وتأخذ الذهب أو العملة في نفس المجلس.
ويحصل القبض حكما بإعطاء الشيك المصدق، أو الإيداع الفوري في الحساب ، مع استلام الذهب في المجلس.
والأصل في اشتراط هذا التقابض: ما روى مسلم (1587) عن عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رضي عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ، وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ، وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ، وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ، وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ، وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ، مِثْلًا بِمِثْلٍ، سَوَاءً بِسَوَاءٍ، يَدًا بِيَدٍ، فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الْأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ.
والنقود (العملات) لها ما للذهب والفضة من الأحكام.
وعليه:
فلا يجوز شراء الذهب أو الفضة بأن تدفع قبل الاستلام، أو بعد الاستلام، بل يجب أن يحصل قبض العوضين في نفس المجلس.
والمطلي ، أو المموه بالذهب: يأخذ حكم الذهب إن كان الطلاء يجتمع منه ذهب عند حكه، أو وضعه على النار.
أما لو كان مجرد لون لا يجتمع منه شيء ، أو كان ذهبا زائفا: فإنه لا يأخذ حكم الذهب والفضة، بل يكون من النوع الثاني الآتي.
قال النووي رحمه الله: " لو كان الخاتم فضة وموهه بذهب ، أو موه السيف وغيره من آلات الحرب أو غيرها بذهب: فإن كان تمويها يحصل منه شيء إن عرض على النار: فهو حرام بالاتفاق" انتهى من "المجموع" (4/ 441).
2- ما لا يشترط في بيعه حضور العوضين، بل يكفي وجود أحدهما، وهو بقية السلع، كالعطور، والثياب، والسيارات، والأراضي:
فيجوز أن يكون الثمن مؤجلا، والسلعة حاضرة، ويسمى البيع الآجل.
ويجوز أن يكون الثمن معجلا، والسلعة مؤجلة، ويسمى بيع السلم، وله شروط خاصة ، منها أن تكون السلعة مما ينضبط بالصفة.
ومنها أن يتم دفع الثمن ، كاملا ، في مجلس العقد ؛ يعني: عند الاتفاق على شراء السلعة ، ولا يجوز تأخير دفع الثمن إلى وقت التسليم.
وعُلم مما ذكرنا: أنه لا يجوز تأجيل العوضين، ويسمى بيع الكالئ بالكالئ.
فلا يجوز أن يباع شيء من السلع المذكورة ؛ إذا كانت لا تسلم في مجلس العقد ، ولا يقبض البائع ثمنها.
قال ابن قدامة: " ولا يجوز التفرق عن مجلس العقد قبل قبض المبيع، أو قبض ثمنه.
وهذا قول الشافعي؛ لأنه بيع في الذمة، فلم يجز التفرق فيه قبل قبض أحد العوضين، كالسلم.". انتهى، من "المغني" (3/497).
وطريق تصحيح هذه المعاملة:
أن يتم الاتفاق على بيع سلعة ، بصفة معينة ، ويكون هذا مجرد وعد غير ملزم لأي من الطرفين ، فإذا حضرت السلعة عند المشتري: يتم العقد حينئذ ، إذا شاء ، وقبل السلعة.
Al-Hamdulillah:
[EMAS, PERAK DAN MATA UANG]:
Yaitu: Transaksi yang mensyaratkan didalamnya dua syarat:
Pertama: harus menghadirkan dua barang yang diperjual belikan (harga dan yang diberi harga).Yang demikian itu berlaku dalam transaksi komoditi barang ribawai, seperti emas, perak dan mata uang.
Maka dalam transaksi seperti ini diharuskan serah terima barang secara hakiki [nyata], yaitu harus menyerahkan mata uang sebagai alat pembayaran dan harus menerima emas atau mata uang yang dibelinya atau yang dipertukarkannya dalam majlis [tempat transaksi] yang sama.
Adapun serah terima atau bayar tunai secara hukum, maka contoh nya adalah dengan memberikan cek resmi, atau setoran langsung ke rekening, disertai dengan menerima emas di majlis [tempat transaksi].
Dalil yang mensyaratkan serah terima harga barang [mata uang contohnya] dan barang yang diberi harga [emas contohnya] di tempat akad adalah sbb:
Dari Ubadah al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"اَلذَّهَبُ بِالذَّهَبِ, وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ, وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ, وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ, وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ, وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ, مِثْلًا بِمِثْلٍ, سَوَاءً بِسَوَاءٍ, يَدًا بِيَدٍ, فَإِذَا اِخْتَلَفَتْ هَذِهِ اَلْأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ "
“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya'ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya'ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai).
Jika jenis barang tadi berbeda, maka silakan Anda membarterkannya sesukamu, namun harus dilakukan secara kontan (tunai). (HR.Muslim no.1587)
Dan mata uang hukumnya sama dengan emas dan perak.
Maka dengan demikian: Tidak boleh membeli emas atau perak dengan membayar sebelum menerimanya, atau setelah menerimanya, melainkan kedua barang yang dijual belikan itu harus diterima dalam majelis yang sama.
Dan yang disepuh atau dilapis dengan emas: sama dengan hukum emas jika pelapis itu adalah gumpalan emas saat dikerok, atau ketika dibakar pakai api.
Adapun jika hanya warna yang bukan gumpalan emas, atau emas palsu, maka hukumnya tidak sama dengan emas dan perak, melainkan jenis kedua yang akan disebutkan setelah ini.
Al-Nawawi, rahimahullah, berkata:
" لو كان الخاتم فضة وموهه بذهب ، أو موه السيف وغيره من آلات الحرب أو غيرها بذهب: فإن كان تمويها يحصل منه شيء إن عرض على النار: فهو حرام بالاتفاق" .
Jika cincin itu perak yang dilapisi dengan emas, atau jika pedang dan lainnya dari senjata perang dan lainnya yang dilapisi emas, maka jika lapisan emasnya bisa diambil ketika dibakar dengan api maka diharamkan menurut kesepakatan para ulama. [Akhir kutipan dari al-Majmu' (4/441)].
====
Transaksi yang tidak wajib menghadirkan dua barang yang diperjual belikan dalam majlis akad, melainkan cukup dengan mengahadirkan salah satu dari keduanya, yaitu barang-barang dagangan seperti minyak wangi, pakaian, mobil, properti dan lainnya:
Maka transakasinya boleh dua cara:
Pertama: Barangnya duluan, tapi uangnya nanti [بَيْعُ الأجَل]. Artinya: Barangnya langsung diterima saat akad, namun pembayarannya ditangguhkan. Ini yang disebut beli barang dengan cara ngutang [بَيْعُ الأجَل].Dan pada jual beli salam ada syarat-syarat khusus. Diantaranya:
Pertama: spesifikasi dan karakteristik barang yang dipesan harus ditentukan sedemikian rupa saat akad jual beli.Pembayaran tunai secara hukum, bisa dengan cara memberikan cek resmi, atau setoran langsung ke rekening atau via transfer banking.
Telah diketahui dari apa yang telah kami sebutkan diatas:
Bahwa tidak boleh menunda dan mengakhirkan kedua-duanya dari dua barang yang diperjual belikan [yakni: mengakhirkan pembayaran beserta mengakhirkan pula penerimaan barang]. Dan ini yang disebut dengan بَيْعُ الكَالِئ بِالكَالِئ [Jual Beli utang dengan utang] yang dilarang.
Maka dengan demikian tidak diperbolehkan untuk menjual barang-barang yang disebutkan di atas, jika barang itu tidak diserahkan pada si pembeli dalam majlis akad, dan si penjual juga tidak menerima uang pembayarannya.
Ibnu Qudamah berkata:
ولا يجُوزُ التَّفَرُّقُ عن مَجْلِسِ العَقْدِ قبلَ قَبْضِ المَبِيعِ، أو قَبْضِ ثَمَنهِ. وهذا قوْلُ الشَّافِعِىِّ؛ لأنَّه بَيْعٌ فى الذِّمَّةِ، فلم يَجُزِ التَّفَرُّقُ فيه قبل قَبْضِ أحَدِ العِوَضَيْنِ، كَالسَّلَمِ
Tidak boleh berpisah dari majlis akad sebelum menerima barang yang dijual, atau mengambil uang pembayarannya, ini adalah pendapat Imam Asy-Syafi'I; Karena ini namanya jual beli dalam tanggungan [angan-angan], maka tidak boleh saling berpisah meninggalkan majlis akad sebelum ada yang mengambil salah satu dari dua yang barang diperjual belikan [uang atau barang], seperti halnya dalam transaksi jual beli SALAM. [Akhir kutipan dari Al-Mughni (3/497)].
BAGAIMANA SOLUSINYA :
JIKA TERJADI JUAL BELI YANG TIDAK BISA SERAH TERIMA SALAH SATU DARI KEDUANYA, BAIK UANGNYA MAUPUN BARANGNYA ?
Contohnya: Dalam transaksi jual beli online: Uang pembayaran belum bisa diterima oleh si penjual barang; karena belum di transfer menunggu barang tiba ke pihak pembeli. Si Pembeli belum menerima barang; karena barangnya masih dalam proses penyerahan kepada si pembeli lewat jasa paket pengiriman.
Solusi dan Cara untuk menshahihkan transaksi jual beli yang belum bisa serah terima uang dan barang adalah sbb:
Bikin Kesepakatan antara penjual dan pembeli online untuk menjual suatu barang dengan spesifik barang tertentu, namun kesepakatannya hanyalah sebatas JANJI JUAL BELI yang tidak mengikat salah satu pihak.
Jika barang itu telah sampai dihadapan si pembeli, maka pada saat itu juga transaksi jual beli bisa segera dilakukan, jika dia mau, maka dia boleh membeli barang tersebut.
Wallaahu a'lam.
NOTE : STATUS DP COD SEBELUM BARANG DITERIMA:
Sebelum barang diterima si pembeli dan uang belum diterima oleh si penjual, Maka boleh melakukan transaksi الوَعْدُ بِالشِّرَاء / janji mau beli. Tapi tidak mengikat.
Dan boleh pula mengambil uang dp tanda keseriusan mau beli (الجِدِّيَّةُ بِالشِّرَاءِ) bukan deposit [Dp] tanda jadi jual beli.
Perbedaan nya antara dp tanda keseriusan mau beli dan dp tanda jadi jual beli adalah sbb:
Kalau DP tanda keseriusan itu harus dikembalikan jika si pembeli membatalkan nya. Berbeda dengan DP tanda jadi jual beli, maka bisa hangus DP nya.
Wallahu alam.
0 Komentar